Chapter 41

421K 22.2K 584
                                    

Tekan tombol ⭐ di bawah ini sebelum mulai membaca dan jangan lupa KOMEN supaya revisinya makin semangat 😘

Happy reading!!

---

Dera dan Gerald akhirnya pulang dari kantor. Tubuh Dera terasa sangat lelah walapun hanya pergi meninggalkan rumah beberapa jam saja. Tubuhnya terasa bertambah berkilo kilo membuat selangkah demi selangkah terasa berat, ditambah lagi kesal dan beban hatinya, semakin saja Dera merasa tidak mood bergerak.

Hati Dera semakin memanas.

Sekretaris baru Gerald sok dekat, sok menggoda, bahkan sampai memegang megang Gerald. Dari bajunya pun sudah membuat Dera begitu muak, apalagi kelakuannya. Seperti disengajakanDan terlebih lagi Gerald tidak menghiraukan perlakuan menjijikannya dan hanya tertawa jika perempuan itu sengaja memanja manjakan dirinya sendiri. 

Sungguh Dera merasa begitu kesal, bahkan berbicara dengan Gerald pun rasanya sudah tidak ingin. Dirinya masih merasa kesal bertanya tanya mengapa Gerald tidak peka terhadap rasa kesal Dera saat dikantor tadi. 

Awalnya Dera ingin sekali menghabiskan waktunya berduaan saja dengan Gerald, berbicara sambil bercanda gurau bersama. Dirinya membayangkan adegan adegan romantis, saat makan, atau saat berbicara mungkin Gerald akan memberinya satu atau dua kecupan untuk menenangkan hatinya yang masih terasa tidak tenang. 

Namun dia sudah tidak ada waktu untuk memikirkan takutnya itu. Hatinya diselimuti oleh rasa kesal dan risih. Bahkan hampir setiap 5 menit sekretaris itu pasti datang ke dalam kantor Gerald padahal tempat kerja dia tepat di depan ruang kantor Gerald. 

Dia datang hanya untuk menawarkan kopi, lalu keluar lagi. Kembali lagi menanyakan apakah ingin gula, lalu kembali lagi untuk ketiga kali menanyakan ingin dingin atau hangat. Dan yang membuat kesal Dera adalah, perempuan itu harus masuk dulu dan bertanya kepada Gerald sambil menyentuh pundak laki laki itu. Bahkan setengah berbisik dan menggoda berbicara kepada Gerald. 

Dan tidak sekali pun Gerald tampak risih atau mencoba untuk menyingkirkan perempuan itu.. 

Rasanya Dera ingin meledak saja. 

Seperti biasa Gerald berjalan cepat ke arah pintu Dera untuk membukakannya bagi perempuan itu. Gerald mengulurkan tangannya kepada Dera dengan sebuah senyum tercetak di wajahnya. Namun bukannya menerima uluran tangan Gerald, perempuan itu malah menepisnya jauh jauh lalu masuk ke dalam rumah meninggalkan Gerald yang terkekeh pelan sendiri. 

"Kau marah kepadaku?" tanya Gerald. Laki laki itu menggenggam tangan Dera, memaksanya untuk menatap mata Gerald. Senyum masih tercetak jelas di bibirnya. "Berbicaralah kepadaku, Sayang."

Dera begitu tidak ingin berbicara dengan Gerald, dia mencoba untuk menepis tangan Gerald namun kekuatan laki laki itu terlalu besar.

"Kau marah kepadaku bukan?" tanya Gerald membisik jahil. "Apa salahku?"

Rasanya emosi Dera menaik berkali kali lipat. 

Apa salahnya, dia bertanya!? 

Semuanya! 

"Kalau kau masih memiliki otak berpikirlah sendiri!" bentak Dera entah dengan keberanian dari mana. Dia membuang wajah dari pandangan Gerald.Perempuan itu menutup telinganya rapat rapat. 

Tiba tiba Dera merasakan tangannya dicekal oleh Gerald, lalu dengan paksa menarik perempuan itu kedalam dekapannya. 

"Lepaskan!" bentak Dera yang dialas dengan Gerald yang semakin mendekap Dera erat. 

"Tenanglah," kata Gerald menenggelamkan kepala ke ceruk leher Dera. 

Dera merasakan jantungnya berpacu dua kali lipat lebih cepat. Kulitnya terasa terbakar karena Gerald menempelkan wajahnya disana, dimana otomatis bibir lelaki itu menempel dengan kulitnya. Rasanya begitu hangat dan begitu nyaman. 

Yes, Mr Billionaire [COMPLETED]Where stories live. Discover now