Chapter 9

543K 26.9K 782
                                    

Perjalanan terasa sangat sunyi dan canggung. Tidak ada diantara mereka yang memulai pembicaraan, tidak ada pula yang bersuara. Bahkan radio pun tidak dinyalakan untuk sekedar mencarikan suasana. Gerald terlihat biasa biasa saja dengan keadaan ini, namun Dera sudah sangat berkeringat dari balik dressnya menahan grogi. 

Tangannya terus terkepal dengan kuat hingga permukaan kulit tangannya berkeringat. Hampir tidak pernah dia berada berduaan saja dengan seorang laki laki. Apalagi seorang dewasa yang berumur 10 tahun lebih tua darinya. 

Tiba tiba Dera merasakan seseorang menggenggam tangannya lembut. Gerald 

"Tidak perlu begitu gugup. Tidak akan ku makan dirimu," katanya tersenyum kecil. "Tenanglah sedikit." Dera mengangguk kecil. Keadaan kembali membisu, namun kali ini tidak begitu canggung. 

----

Gerald membawa Dera ke sebuah restauran, restauran orang kaya. 

Dera hanya bisa melongo melihat bangunan menjulang tinggi di hadapannya. 

Bangunan itu mungkin setinggi 7 tingkat, dan lampu di dalamnya sangat terang membuat bangunan ini sangat mencolok diantara bangunan lainnya. Tidak hanya bagian dalam, bagian luar tempat itu pun dihias dengan berbagai macam dekorasi membuatnya terlihat sangat Indah. Dera berpikir pikir apakah ketujuh lantai itu semuanya untuk restoran saja? 

"Apa kau sebegitu terkejut?" tanya Gerald terkekeh pelan. "Tutuplah mulutmu, lalat akan masuk ke dalamnya."

Dera langsung menutup mulutnya rapat, mendengus kecil mendengar komentar Gerald. Dia merasa sangat kampungan di bandingkan dengan pria itu. "Ayo kemari." Gerlad menggandeng tangan Dera. 

Laki laki itu melingkarkan tangannya di pinggang Dera, membuat perempuan itu tersipu malu untuk kesekian kalinya. Mereka berjalan bersama menuju pintu masuk, langsung disambut oleh kepala pelayan restoran. 

Dera tidak memperhatikan kata sambutan dari sang kepala pelayan, tidak juga sambutan sambutan lainnya dari pelayan yang berjajar rapi di sekitar pintu masuk. Perhatian perempuan itu terpaku kepada design dari rumah makan raksasa itu. 

Lantai lantai diselimuti oleh karpet merah tebal, dipenuhi oleh meja yang sudah diatur sedemikian rupa, sejajar lurus dengan meja lainnya dengan jarak yang persis sama dengan meja sebelahnya. Meja makan itu ditutupi oleh sebuah kain putih dan diletakkan di atasnya perabotan makan yang terlihat begitu mahal dengan warna perak dan emas yang sangat mencolok. 

Dan Dera hanya bisa tersenyum miris membayangkan betapa beruntungnya orang orang yang bisa menikmati suasana restauran seperti ini setiap harinya. 

Jelas jelas orang yang berbeda denganku. 

Jangankan makan di restauran mahal, dibuatkan makanan oleh ibunya saja Dera hampir tidak pernah, dan kalaupun iya sekalipun, itupun hanya nasi dan kacang polong tanpa rasa. 

Dia harus memasak sendiri, bersembunyi supaya tidak bertemu ibunya dan kena pukulan karena hal sepele seperti menghabiskan minyak lebih banyak dari yang ibunya inginkan. 

Miris bukan? Fakta terburuk bagi Dera yang begitu memimpikan dan menginginkan memiliki keluarga yang harmonis untuknya. 

Dera merasakan tangan Gerald meremas tangannya erat. DIAa menyadari raut wajah Dera yang berubah kusut secara tiba tiba dan mencoba untuk menghiburnya walaupun tidak tahu sama sekali apa yang sedang dipikirkan Dera. Dera merasakan sebuah perasaan hangat di dadanya. 

"Selamat malam Tuan Heston. Kami sudah menunggu kedatangan Anda." Dia adalah kepala pelayan di restauran itu. "Mari ikuti saya. Kami sudah menyiapkan ruangan untuk Anda," ucapnya dan berbalik menuntut mereka berdua. 

Gerald dan Dera berjalan dipimpin oleh kepala pelayan itu. Hampir semua orang yang menikmati masing masing makanan mereka  melihat ke arah Gerald dan Dera. Mereka mengenali wajah Gerald. 

Ketika Dera mulai merasakan ketidak nyamanan seperti biasa, tiba tiba sebuah suara membisik kepadanya. "Tenanglah ada diriku." Suara itu cukup untuk membuat seluruh bulu kuduk Dera meremang dingin. 

---

Pelayan tadi mengantar Dera serta Gerald ke sebuah ruangan VIP yang hanya berisi 1 meja yang terlihat lebih besar daripada yang ada di ruang makan tadi. Ruangan itu sangat nyaman, tidak terlalu dingin, tidak terlalu panas. Suhu udara yang nyaman untuk menikmati makan malam. 

"Pilihlah makanan sesukamu," kata Gerald mengoperkan menu kepada Dera. 

Dera mengangguk lalu membuka buku menu. Betapa terkejutnya dia saat melihat harga harga yang tertera disana. 

Steak Terdeloin - 540k

Cream soup - 125k

Lasagna - 370k

(Anggep aja restorannya nyelupin emas ato apalah kedalem makanannya sampe mahal gt.. 😂😂😂)

"Apa yang kau lamunkan? Cepatlah pilih makananmu," kata Gerald. 

"Tapi ini, harganya..."

"Tidak perlu pikirkan tentang harganya," kata Gerald. "Kau tidak akan membuatku bangkrut walaupun kau membeli seluruh stok makanan di restauran ini sekalipun. Maka dari itu, cepatlah memilih. Aku sudah kelaparan."

Dera terpaksa memilih walaupun dengan perasaan tidak enak mendapatkan makanan semahal ini tanpa mengembalikan apapun. 

Tidak diragukan dari restauran professional, tidak butuh lama hingga hidangan mereka tersaji di hadapan mereka. Dera memakan tenderloin steak serta lemon tea pesanannya, dan Gerlad memesan T-bone steak dan mojito. 

Ini sangat enak! 

"Kau terlihat menyukainya," kata Gerald dengan sebuah senyum tipis tercetak di wajahnya. "Makanlah pelan pelan, kita bisa menikmati waktu kita disini."

"Aku masih ragu apakah tidak apa untukku makan ini," kata Dera. "Maksudku lihatlah harga makanan ini, aku merasa tidak nyaman meminta uangmu tanpa bisa mengembalikan apapun."

"Sudah kukatakan kepadamu untuk tidak memikirkannya. Membayar uang sebanyak itu bukanlah sebuah beban untukku," kata Gerald. "Lagipula, kau sudah membayarnya dengan setuju menjadi istri bohonganku."

Dera tersenyum kecut. Dia ingin memiliki pernikahan berdasarkan sebuah perasaan Cinta, pernikahan bersama dengan seseorang yang benar benar dicintainya. Namun dia tidak memiliki pilihan. 

"Gerald."

"Hmm?"

"Mengapa kau memilihku? Maksudku masih banyak orang diluar sana yang lebih cantik, berpendidikan, yang ingin menjadi istrimu walaupun sebuah sandiwara sekalipun," kata Dera. "Lalu kenapa aku?"

Gerald tampak berpikir sebentar. 

"Tidak ada alasan rumit, hanya saja wajahmu tidak terlalu buruk, badanmu pun cukup proporsional walaupun sedikit terlalu kurus. Dan kau tampak seperti gadis sederhana yang tidak menuntut ini itu, memaksa harus pergi ke salon setiap satu jam sekali. Intinya kau bukan seorang perempuan yang mencariku demi uang, bukan? Kau hanya membutuhkan rumah dan kau mau melakukan permintaanku. Kebetulan akupun bertemu denganmu waktu itu," katanya. "Hubungan mutual menurutku."

"Dan Dera," panggil Gerald. 

"Iya?"

"Mengenai malam kemarin, aku ingin kembali mengingatkanmu untuk bergantung kepadaku jika sesuatu hal buruk terjadi. Kau tidak perlu khawatir tetang apapun," kata Gerald. Kalimat laki laki itu membuat dada Dera menghangat, dia tersenyum lebar. 

Dera tidak tahu bagaimana kelanjutan hidupnya setelah ini, bagaimana jadinya dia menjalankan hidupnya sebagai seorang istri dari seseorang seperti Gerald, namun dia hanya bisa percaya kepada Gerald. 

Dia tidak memiliki pilihan lain selain menyerahkan seluruhnya kepada orang itu, apakah dia akan bahagia atau sebaliknya dia akan merasa tersiksa, itu semua ada di tangan lelaki itu. Dan dia akan berusaha mempercayainya. 

.

Follow me on instagram
nnareina

Dont forget to vote and comment, thank youuu

Love you all

Yes, Mr Billionaire [COMPLETED]Where stories live. Discover now