Chapter 43

398K 20.5K 636
                                    

Sudah di benarkann

Tekan tombol di bawah ini sebelum mulai membaca dan jangan lupa KOMEN supaya revisinya makin semangat 😘

Happy reading!!

---

Ketiga perempuan itu langsung masuk ke dalam rumah. Anandya berjalan dengan begitu bahagia, memamerkan senyumannya kepada semua pelayan yang berjalan melewatinya. Memang begitulah Anandya, dia sangat ramah kenapa semua orang yang dianggapnya nyaman. Sedangkan Silvia, dia juga berjalan sembari memamerkan senyumannya, namun sedikit berbeda, miliknya adalah senyuman palsu yang dipasang hanya untuk mencari muka di hadapan Anandya.

Sebaliknya Dera, dia merasa tegang sekaligus kesal. Dia tidak melupakan apa saja yang dilakukan Silvia, dan mengingat wajahnya saja sudah membuat darah Dera mendidih.

Dera ingin memberitahukan kepada Gerald, mengatakan bahwa d isini ada perempuan sialan yang bernama Silvia, namun mengingat pesan Gerald yang mengatakan bahwa dia sedang terjerat masalah, rasanya Dera tidak tega jika Gerald harus meninggalkan pekerjaannya hanya untuk dirinya sendiri.

Dera mencoba menghindari tatapan Silvia yang beberapa kali tertuju kepada Dera, dan beberapa kali juga bibir Silvia tertekuk, tersenyum mencemooh.

Rasanya Dera ingin menonjoknya, menamparnya sekarang juga, namun dia mengatakan kepada diri sendiri untuk menahan emosinya. Jangan lakukan disini

Tidak di depan Anandya

"Dera mau minum apa? Mamah suruh buatkan teh ya, apa Dera mau?" tanya Anandya ramah sembari duduk di atas sofanya.

"Boleh, Mah, terimakasih," kata Dera terenyum. Anandya menyuruh salah satu pelayannya untuk membuatkan Dera secangkir teh.

"Mamah ingin hari ini kami berbincang bincang sepanjang malam, mamah begitu bosan tinggal sendiri tanpa siapapun menemani," kata Anandya. "Kalian tahu anakku yang tunggal itu selalu saja disibukkan oleh pekerjaan bahkan tidak pernah berkunjung ke tempat ini," kata Anandya setengah bergurau.

"Oh iya, dimanakah Gerald? Bukankah tante mengundang Gerald juga?" tanya Silvia.

"Oh Gerald, tadi dia tadi berkata kalau dia-"

"Dia sedang bekerja. Mohon tidak perlu membahas tentangnya dan lanjutkan perbincangan dengan topik lain," kata Dera menyelang.

Silvia menatap Dea kecut. Amarahnya mulai menjadi.

Tidak lama teh Dera datang dan mereka kembali berbincang bincang, Anandya dengan senyumannya, Silvia dengan tawa palsunya, dan Dera dengan hatinya yang dipenuhi kekesalan.

"Kapan sebenarnya kalian pertama kali bertemu? Waktu Gerald mengumumkan pertunangannya dengan Dera kah? Mamah tidak sempat melihat kalian berdua waktu itu, sebelum akhirnya Dera harus pulang karena sakit tidak enak badan. Namun kalian bertemu?" tanya Anandya.

"Kami berbincang di suatu tempat, saling menyapa satu dengan yang lain," kata Silvia berbohong.

"Kalian tidak pernah bertengkar merebutkan anak Tante, bukan?" kata Anandya bergurau yang dilanjutkannya dengan tawanya yang pecah.

Dera hampir saja memuncratkan teh yang sedang diminumnya.

Itu yang sampai sekarang dia dan aku lakukan.

"Tidak mungkin Tante, aku tidak mungkin merebut laki laki milik orang? Aku bukan pelakor atau perebut laki orang yangs ering anak jaman sekarang katakan," kata Silvia. Untuk kedua kalinya Dera ingin memuncratkan tehnya.

Bukan pelakor?

Apakah jaman sekarang lelucon sudah berubah segaring itu? Bahkan tidak lucu saat Silvia mengatakan seperti itu.

Yes, Mr Billionaire [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang