Chapter 49

379K 18.7K 603
                                    

Seminggu yang lalu

Dera terduduk di atas sofa dengan tatapan mata kosong. Langit sudah menjadi gelap dan lampu lampu dari luar jendela sangat menyilaukan matanya. Sekarang dirinya berada di kos lamanya Charlotte, dia sangat akrab dengan pemilik kos sehingga diadiperolehkan untuk meminjam satu kamar kosong sebentar saja.

Dera meminta untuk dibiarkan sendiri di dalam kamarnya, dan Charlotte membiarkannya sementara perempuan itu mengurus beberapa hal untuknya.

Dera terduduk dengan lemas dan gelisah.  

Hatinya terasa sangat dingin, tidak ada kehangatan yang biasa dirasakannya, tidak ada kasih sayang yang biasa menghibur perasaannya. Kembali lagi seperti dahulu, saat dunianya masih monokrom, , di dunianya dimana dia merasa sendiri dan kesepian, dan di dunianya tanpa seorang Gerald mendampingi hidupnya.

Wajahnya yang kaku karena bekas air mata kembali dibasahi oleh cairan yang sama. Tangis adalah hal yang dibencinya, karena tetesan air mata hanya akan membuat dirinya merasa lemah. Tangis hanya akan membuat dirinya semakin merasa sepi, dan tangis hanya bisa membuatnya semakin rindu kepada sosok Gerald yang telah menyakiti hatinya.

Mau sebagaimana pun dirinya mencoba, kalau memang Tuhan tidak mengijinkan, semuanya akan hancur.

Dera hanya bisa tertawa miris, menatap betapa bodoh dirinya yang membiarkan Gerald masuk ke dalam hatinya, membiarkan laki laki itu menghancurkannya sedikit demi sedikit.

Dan betapa bodohnya dia, dengan segala kepahitan yang dirasakannya, hatinya masih terus mencintai laki laki itu.

"Sekarang tinggal sisa kita berdua, nak," bisiknya pelan tanpa mengalihkan perhatiannya dari jendela. Kembali lagi setetes air mata terjatuh pelan keluar dari pelupuk matanya. "Maafkan mamah yang egois meninggalkan papahmu, padahal mamah tahu nanti kelak kamu akan membutuhkan sosok ayah untuk pertumbuhanmu."

Tangis kembali menitik pelan keluar dari matanya saat dia membayangkan kehidupannya kedepan menjadi seorang single mother.  

“Maafkan Mamah, Nak,” ucapnya lirih menutup matanya erat.

Suara pintu terbuka masuk ke dalam indra pendengarannya, dan di sana masuklah sosok Rian ke dalam kamar itu.

"Maaf, kau ingin sendiri? Aku akan keluar," katanya.

"Tidak, tetaplah disini," kata perempuan itu. Matanya terlihat sangat merah. Dalam diam, Rian mengangguk pelan, menutup pintu di belakangnya, lalu terduduk di sebelah Dera.

Keduanya duduk dalam diam dengan pikiran mereka masing masing. Rian berusaha mengangkat pembicaraan, namun dia ragu. Dan pada akhirnya Dera yang lebih dulu memecahkan keheningan.

"Aku ingin meminta maaf, aku telah merepotkanmu," kata Dera pelan.

"Tidak apa, aku tidak keberatan," kata Rian pelan.

"Dera," panggil laki laki itu.

"Hmm?"

"Kau baik baik saja?" tanya Rian lembut. Dera membalikkan wajahnya kehadapan Rian lalu menatap lelaki itu sendu. "Kau sebetulnya belum siap bukan? Dengan semua ini, dengan hal apa yang akan terjadi kedepan. Kau akan tinggal dengan Charlotte di Singapura, kau akan kehilangan kehidupanmu di Indonesia, kau akan meninggalkan hidupmu di tempat ini," kata Rian.

"Walaupun dengan yakin kau mengatakan bahwa kau tidak apa, aku tahu dalam hati kau masih ragu, bukan? Karena aku tahu, kau masih sangat mencintai laki laki itu tidak peduli sebagaimana kau disakiti olehnya."

Kembali lagi Dera menitikan air matanya, dia menutup wajahnya dan membiarkan air mata menggenang diatas telapak tangannya. Dera mengangguk lemah disela tangisnya.

Yes, Mr Billionaire [COMPLETED]Where stories live. Discover now