Chapter 51

361K 18.4K 859
                                    

Dera merasakan tubuhnya menegang. Dia yakin dia mengenal mobil itu, dan dia yakin mobil itu milik seseorang yang benar benar tidak ingin ditemuinya selama ini.

"Dera kau kenal pemilikinya?" tanya Ashley berbisik kepada telinganya. Dera merasakan bulu di seluruh kulit tubuhnya berdiri tegak, kulitnya merinding dan nafasnya mamanas. "Dera?"

"Bu, boleh aku menumpang di rumah Ibu sebentar?" tanya Dera kembali berbisik dengan suaranya yang sedikit bergetar.

"Tentu tidak apa, tapi kenapa?" tanyanya kembali berbisik. "Apa ada hubungannya dengan mobil itu? Apa itu orang jahat?" tanyanya setengah panik.

Iya, Bu. Orang jahat yang telah menghancurkanku selama ini.

"Seseorang yang sangat tidak ingin aku temui sekarang," kata Dera balik. "Kumohon, biarkan Dera menumpang sebentar."

Namun tiba tiba Dera mengingat tentang Ibu Charlotte yang belom mendapatkan makan siangnya. Dera kembali ragu, dia tidak ingin bertemu dengan orang yang berada di dalam mobil itu, namun dalam waktu yang sama dia juga tidak tega membayangkan wanita itu terkulai lemas tanpa makanan disampingnya. Rasanya luka di hati Dera kembali berdenyut nyeri.

Tiba tiba pintu mobil itu terbuka pelan. Dera terkejut setengah mati. Dia dengan cepat menarik tangan Ashley dan bersembunyi di balik rumah blok sebelah. Oh tidak...

Dera merasakan sebuah getaran di kantong. Ponselnya?

R14N_9ant3N9 : Dera! Informasimu yang kau minta aku sembunyikan dibobol oleh seseorang. Dugaanku salah satu detektif suamimu. Mungkin sebentar lagi Gerald akan pergi kesana, berhati hatilah jika kau belum siap bertemu dengannya.

---

Gerald terduduk di atas sofa mobilnya dengan tidak sabar.

Tadi pagi, dia mendapatkan sebuah kabar dari detektif sewaannya, bahwa Dera sekarang sedang tinggal di Sangapura, tinggal bersama seorang suster yang dikenalnya di rumah sakit.

Hati Gerald masih berguncang pelan setiap mengingat testpack yang ditinggalkan Dera di dalam rumahnya. Ahri itu merupakan sebuah kejutan yang mendadak bagi Gerald. Entah itu kejutan baik ataupun buruk, Gerald tidak tahu.

Bagaimana jika dia menggugurkan anak mereka?

Hatinya kembali berdetak kencang. Dera tidak mungkin melakukan sesuatu sekejam itu. Dia tidak mungkin melakukannya.

Benar, kan?

Gerald cemas. Sangat cemas.

Otak Gerald kembali mengingat perkataan Detektif yang disewanya.

Ada seseorang nama yang saya curigai kemarin malam mengambil flight menuju Singapura. Inisialnya ED, yang saya curigai Ellena Destia. Kami belum yakin sepenuhnya, namun kemungkinannya cukup tinggi. Serta kami juga mendapatkan info bahwa Ellena Destia telah berkenalan dengan seorang ahli senjata api. Entah apa yang akan dilakukannya, saya hanya bisa memperingati Anda.

Setelah mendapatkan informasi itu, secepat mungkin Gerald mengambil flight menuju Singapura, memastikan apakah Dera akan tidak apa apa, karena dirinya tidak ingin apapun terjadi kepada Dera dan anaknya.

Hatinya kembali berpacu dua kali lipat saat mengetahui rumah yang seharusnya dihuni oleh Dera kosong, tanpa ada kehadiran seseorang pun di sana.

Pandangan Gerald menerawang jauh mencari sosok yang diriindukanya itu, berharap bahwa Dera akan berada disana sedang tersenyum tipis, baik baik saja tanpa ada apa apa yang terjadi karena ulah adik gilanya itu.

Dan Tuhan mengabulkan permintaan Gerald. Dia melihat di balik kaca mobilnya, ada sosok Dera, berdiri tegak tidak bisa berkutik dengan belanjaan di tangannya dan perut yang sudah membesar. Lega menghantam Gerald bagai ombak besar di laut, rasanya hatinya begitu nyaman. Dugaan buruknya tidak pernah terjadi.

Lelaki itu membuka pintu mobilnya, membuat Dera kabur ke belakangsebuah rumah lain membawa seorang perempuan di sebelahnya.

---

Dera mendengarlangkah seseorang mendekat kepadanya membuat hatinya berdetak dua kali lipat lebih kencang. Dia takut jika dia akan kembali menangis dan akan kembali luluh di depan laki laki itu.

"Bu, ibu kembali saja ke rumah saja, ya?" pesan Dera.

"Kau mau ke mana, Ra?" tanya Ashley.

"Aku harus pergi ke suatu tempat, jangan khawatirkan aku dan tolong pergi ke rumah Kak Lotte. Di dalam kulkas ada sayur, tolong hangatkan dan berikan kepada Ibunya Kak Lotte. Maaf merepotkan, Bu."

"Tidak masalah, Sayang, ibu juga udah berniat mau menemui Charlotte dan ibunya setelah ini," kata Ashley membuat Dera bernafas lega, sesaat. "Tapi sungguh kau tidak apa apa?"

Dera tersenyum kecil lalu mengangguk. Ashley mengangguk lalu langsung berjalan ke dalam rumahnya untuk menaruh belanjaannya, dan belanjaan Dera yang dititipkan kepadanya, sementara Dera kembali bergegas untuk berlari menghindari Gerald yang dia yakin akan juga mengejarnya.

Dera bergegas berjalan cepat menghindari Gerald tidak ingin dipertemukan kembali dengannya. Namun karena dia jarang pergi ke luar rumah, dia belum sepenuhnya mengingat seluruh liku liku kompleknya. Dengan bodohnya dia masuk ke dalam gang buntu.

Oh tidak!

Dia melihat bayangan seseorang yang berlari ke arahnya, dan tidak lama muncullah sosok lelaki terengah menghampirinya. Gerald.

"Buat apa kau kemari!?" tanya Dera.

"Aku datang untuk menjemputmu pulang," kata Gerald tegas seakan mengatakan dia tidak menerima penolakan.

"Dan kau sangka aku akan dengan mudahnya mengatakan iya?" tanya Dera.

"Aku tau kau tidak sebodoh itu," bisiknya pelan. Hati Dera berdetak sangat cepat. Sejak kapan wajahnya terlihat setampan ini? "Namun, apapun yang terjadi, aku terpaksa harus membawamu pulang."

"Kau tidak lagi memilki hak untuk menyuruhku," kata Dera menahan segala emosi yang bercampur aduk di dalam dadanya.

"Tapi aku yakin aku memilki hak untuk melindungimu," kata Gerald. Lelaki itu harus menahan dirinya untuk tidak menerjang kepada Dera dan mendekap tubuh mungil Dera meluapkan rindunya.

"Biarkan aku bertanya, bagaimana kau bisa melindungiku jika dirimu sendirinya yang menyakitiku paling banyak selama ini?"

Kalimat Dera membuat hati Gerald berdenyut ngilu, namun tidak dibiarkan oleh laki laki itu Dera melihatnya. Apapun yang terjadi, Gerald harus membawa Dera pulang, keluar dari negara itu, negara dimana sekarang adiknya sedang berada.

Demi keselamatan Dera dan anaknya.

"Aku tahu aku melakukan salah kepadamu dan kali ini aku tidak akan memintamu untuk memaafkanku karena aku sendiri pun belum memaafkan diriku sendiri," kata Gerald. "Tapi aku butuh dirimu untuk berada di sebelahku, di area dimana aku bisa melindungimu."

Dera mengernyit dahinya. Melindunginya? Tapi dari apa? Dia merasa hidupnya baik baik saja selama ini, jika bukan karena drama drama hidupnya senidiri.

"Aku tidak mengerti apa yang ingin kau katakan, tapi aku tidak mau pulang kepadamu apapun yang terjadi, karena kau bukan seseorang yang bisa dan sakiti sesuka hatimu," kata Dera.

"Dera!"

"Jangan memanggil namaku!"

"Dera, dengarkan aku dul-"

Sebelum Gerald bisa menyelesaikan perkataannya, tiba tiba sebuah suara mengganggunya. Suara yang tidak pernah ingin didengarnya, apalagi ketika suara itu melesat menuju kepada Dera di hadapannya. Gerald membelalak kaget.

Dorr!!

.

Follow me on instagram

Nnareina

aku udah tau gimana nanti kelanjutannya, kok aku malah deg degan sendiri ya?

Oh dan hari ini aku nonton Captain Marvel. Seru banget jadi pengen cpt cpt april end game akhhhh wkwkwkw (maaf menggila XD)

Jangan lupa vote dan komennya semua. Makasihhh

Love you All!!

Yes, Mr Billionaire [COMPLETED]Where stories live. Discover now