BLS - 1

87K 3.8K 47
                                    

Kemala menggoyangkan pinggulnya lebih keras. Hentakan musik hingar bingar membuat tubuhnya berkeringat semakin deras. Rino tertawa memepetkan tubuhnya ke tubuh Kemala, dengan sengaja menggesekkan tubuh bawahnya ke pantat gadis yang tengah menari mencoba melupakan luka yang baru di dapatnya.

Tubuh Kemala sudah sangat lelah dan basah oleh keringat. Ia mengangkat kedua tangannya dan keluar dari dance floor.
Rino mengikutinya sambil tersenyum licik., menggamit pinggang Kemala dan sedikit meremasnya.

Kemala menoleh cepat, menepiskan tangan nakal Rino dengan tatapan tidak suka.

Rino mengangkat kedua tangannya, sedikit memisahkan diri dari gadis itu. Diam-diam ia menyeringai menoleh ke arah bar, memberi kode pada seseorang.

Semua itu tidak luput dari pengamatan Ananta. Matanya menyipit. Tangannya terkepal erat. Rahangnya mengetat, menimbulkan suara gemeletuk pelan. Tidak ada seorangpun yang boleh menyentuh gadisnya!

Ananta bergerak sedikit memutar tubuhnya, mengangkat sedikit tangannya tanpa mengalihkan pandangannya pada Kemala dan Rino.
Matanya tampak berkilat marah saat dilihatnya seorang waiter mengantarkan segelas wine dan sebotol bir pada kedua orang yang kini tengah duduk menyandar di sofa.

Tanpa kentara, seorang laki-laki berpakaian hitam-hitam bergerak menyelinap di antara orang-orang setelah ia mendapatkan isyarat dari Boss besarnya.

Kemala meraih wine dan bersulang dengan menyentuhkan gelasnya pada botol yang dipegang Rino, lalu menyesapnya hingga tak bersisa.
Tangan Rino kembali beraksi. Kemala masih menepis dengan kasar meski ia mulai merasakan keanehan dari dalam tubuhnya.

Wajah Ananta makin merah padam memendam marah. Dilihatnya Kemala mulai gelisah, menggigit bibir ketika Rino kembali menyusurkan tangannya ke tubuh berlekuk wanitanya.
Tanpa sanggup menunggu lebih lama, Ananta berdiri, dengan langkah lebar ia menuju ke arah dua orang itu.

"Ja-jangan ehm.... Panassss...." desahan Kemala menyakiti telinga Ananta.

Ananta menggeram, mencekal krah kemeja Rino hingga laki-laki itu melepaskan remasannya di tubuh Kemala.

"Brengsek! Kau akan menerima akibat dari perbuatanmu!"

"HEI!"

BUGH! BUGH! BUGH! BUGH!

Pukulan bertubi-tubi bersarang di tubuh Rino tanpa laki-laki itu sempat melawan.
Dua orang pria berpakaian hitam-hitam mencekal tubuh Rino, menyeret laki-laki yang sudah lemas dan nyaris pingsan itu keluar dari club.

Ananta menoleh, mendapati wanitanya tengah mengusap kasar lengan, dada dan lehernya sendiri hingga menimbulkan ruam-ruam merah di sana sini.
Dengan hati-hati, Ananta menarik tubuh Kemala dan memapahnya keluar dari tempat itu.

"Uhhh.... panaaasssss... ahhhh....." hati Ananta tersayat melihat Kemala semakin menggelinjang kepanasan dan bergairah karena wine yang ia minum sudah dicampur dengan obat perangsang.

Sesampai di luar club, Ananta menggendong tubuh molek yang tengah menggeliat itu dan memasukkannya ke mobil miliknya.

"Jalan Bim!" perintahnya sambil menutup sekat mobilnya hingga privasi antara dirinya dan Kemala hanya menjadi milik mereka.

Mobil itu melesat cepat menembus pekatnya malam.

.

.

.

🍁🍁🍁

.

.

.

Ananta menatap nanar wanita itu. Wanitanya. Satu-satunya perempuan pemilik seluruh hatinya. Wanita yang menjadi tujuan utama di setiap hela nafasnya.

Billionaires Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang