Leo sengaja memancing Sergio. Raut Sergio berubah seketika. Seakan pertanyaan yang Leo tanyakan adalah pertanyaan menakutkan yang harus ia jawab.

"Bengong aja! Ceritain dong, jangan pelit pelit lo sama gue."

"Gue...."

Leo mengernyit.

"Gue..."

"Lo kenapa? Gue - gue mulu dari tadi."

Sergio menarik nafas panjang lalu menghembuskannya pelan.

"Gue enggak bisa cerita."

Leo tersenyum miring. "Kenapa?"

"Ya, gue enggak bisa cerita aja."

"To the point aja deh." ucap Leo.

Kali ini, giliran Sergio yang mengernyit.

"Lo marahan kan sama Ariel?"

Sergio tidak dapat menyembunyikan wajah kaget nya. Bagaimana Leo bisa tahu?

"Lo marah sama Ariel karena alasan yang sama sekali enggak bisa gue terima."

"Maksud lo apa sih? Gue enggak paham."

"Enggak usah pura- pura deh, semua orang kalo tau alesan lo marah sama Ariel juga bakal bertindak kayak gue gini." Jari telunjuk Leo menepuk meja.

"Pura- pura? Marah? Apaan sih? Balik balik kok jadi enggak jelas gini?" Sergio tidak mau kalah.

"Udahlah Sergio , jangan munafik, lo enggak pantes perlakuin Ariel kayak gini. Dia enggak layak buat diperlakuin sejahat ini. Dan lo kayak gini ke Ariel cuman gara gara Tiara? Gebetan lama lo."

Sergio diam.

"Gue tau kalo Tiara itu cinta pertama lo dan lo masih enggak bisa lupain dia. Karena emang hukum alam nya begitu. Tapi lo juga harus move on."

"Apa alasan lo nuduh Tiara kayak gini?"

"Gue enggak nuduh. Gue cuman ngomong yang sebenarnya."

"Asal lo tau ya, gue bisa kok ngerasain kalau Tiara itu cinta sama gue dan itu tulus dari hatinya."

Rasanya Leo ingin tertawa mendengar ucapan Sergio.

"Lo udah dibutain sama Tiara tau gak. Oke gini, sekarang gue nanya sama lo. Emang Ariel enggak tulus sayang sama lo? Emang ketulusan Ariel enggak lebih besar dari Tiara?"

"Kemarin Ariel cerita ke gue soal masalah ini. Asal lo tau ya, dia sedih banget karena lo yang berubah sama dia tiba tiba gini. Dan lo malah milih si Tiara yang licik itu."

Sergio bingung. "Licik?"

"Oh jadi ini yang dimaksud Ariel?" Leo tertawa kecil.

"Dampaknya gede juga ya, bisa bikin mata hati orang jadi buta dan enggak bisa ngeliat topeng di muka orang lain."

Sergio menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Buka mata hati lo. Jangan ditutup dengan ke-bego-an lo. Tiara ngarang cerita biar bisa dapet perhatian lo, goblok! Dan lo ngasih dia perhatian lo dengan gampangnya?" Leo tertawa kecil "Bego!"

"Inget, Gio. Waktu enggak akan keulang lagi. Jangan ampe lo nyesel karena lo ngelepasin sesuatu yang udah bikin lo bahagia selama ini. Jangan ampe lo nyesel karena lo dengan mudahnya merusak ini semua."

Petir menggelegar didalam hati Sergio. Ia merasa seperti tertusuk dan tak dia sangka , bayangan wajah Ariel terbentuk jelas dikepalanya dan reflek air matanya keluar walaupun sangat sedikit dan hampir tak terlihat. Tangannya bergerak menggaruk kepalanya yang tidak gatal lalu mengusap wajahnya.

SerrielWhere stories live. Discover now