Dera tertawa karenanya. "Kalau begitu, aku memiliki urusan. Urusan menghabiskan waktu dengan suamiku sepanjang hari." Gerald tersenyum lebar.

"Masuklah, temani aku," bisiknya pelan. Dera mengangguk. Dia kembali masuk ke dalam kamar bersama Gerald. Dera mendudukkan dirinya dia atas kasur Gerald, namun sebelum dia benar benar bisa, Gerald terlebih dahulu menariknya ke atas pangkuan laki laki itu.

"Apa yang kau lakukan!?" Detak jantung Dera menggila di dalam sana, menggebu gebu tidak karuan.

"Menikmatimu," bisiknya lembut.

Gerald mengusap wajah Dera lembut, dan Dera meletakkan tangannya di dada bidang Gerald. Gerald memajukan wajahnya lalu membenamkannya di leher Dera, menghirup wangi tubuh Dera dalam tanpa peduli kepada perut besar Dera yang mengganjal. Dera terkesiap kaget saat merasakan bibir Gerald menyentuh kulit lehernya.

Tangan Dera beralih kepada rambut Gerald lalu meraba kepala laki laki itu pelan, sembaritangan sebelahnya menggenggam lengan Gerald yang sedang memeluk pinggangnya.

Gerald tidak berkata apapun dan begitu pual Dera, mereka berdua hanya menikmati sentuhan masing masing, kehangatan yang mereka rasakan bersama.

Dera sangat merindukan saat saat seperti ini.

"Bagaimana aku bisa bekerja hari ini jika pagi buta seperti ini saja aku rasanya sudah ingin kembali tidur bersamamu," bisik Gerald. Leher Dera terasa geli merasakan pergerakan bibir Gerald di kulit polosnya. "Kau adalah racun bagiku, racun yang sangat menagih, dan aku menyukainya."

Dera tidak bisa menyembunyikan senyumnya.

"Gerald?" bisik Dera.

"Hmm?"

"Apakah semuanya akan baik baik saja?" tanya Dera.

"Maksudmu?"

"Tentang Rian. Aku khawatir tentangnya, aku ada hal buruk terjadi kepadanya," kata Dera.

"Kalau soal itu aku tidak tahu, tapi yang jelas dia masih bernafas," kata Gerald dengan nada tidak tertarik. Sebuah kalimat itu membuat emosi Dera sedikit meningkat.

"Bisakah kau sedikit saja lebih peduli masalah ini, aku rasa kau selalu saja menjawab secukupnya setiap kali aku menyebutkan tentang Rian."

"Memang karena aku tidak begitu mengkhawatirkannya. Dia akan baik baik saja, aku yakin. Sudahlah, aku bosan dengan topik ini."

Dera memegang kedua sisi wajah Gerald lalu menjauhkan wajah laki laki itu dari lehernya, membuat Gerald terpaksa menatap mata Dera yang sekarnag menatapnya tidak suka.

"Aku tahu sebagaimana kau tidak menyukainya, aku tahu kau tidak suka jika aku menyebut namanya, tapi bisakah kau sedikit menunjukkan kepedulianmu? Dia sudah sangat banyak membantuku selama ini!"

Gerald terlihat semakin tidak peduli. "Kau terlalu berlebihan mengkhawatirkannya, sangat menjengkelkan."

Emosi Dera mendidih panas.

"Tidak pernahkah kau berkaca!? Seharusnya kau bisa lihat sekarang kau yang menjengkelkan!" Dera memaksakan dirinya keluar dari pangkuan Gerald. Jantungnya masih berdetak kencang, namun kali ini karena emosi.

"Sudah tidak perlu, aku tahu kau tidak akan peduli apapun yang kukatakan, lebih baik aku tidak usah berbicara kepadamu."

Dera hendak keluar dari dalam kamarnya Gerald, bertepatan saat Dera mendengarkan suara bel rumah berdering. Dera berdecak pelan.

Siapa pula pagi pagi seperti ini!?

Dera segera turun ke bawah dan menghampiri pintu depan. Dibukanya pintu itu dengan kasar tanpa melihat siapa di luar sana. Dan betapa kagetnya Dera saat melihat seseorang muncul dari balik pintu itu.

Yes, Mr Billionaire [COMPLETED]Where stories live. Discover now