"Dimana Dera?" tanya Gerald kepada salah satu orang yang melewatinya.

Perempuan itu tampak gugup dan bibirnya terlihat kaku.

"Nyonya Dera belum pulang, Tuan."

"Tidak perlu mengada ada! Aku tau kau mengetahui dimana dirinya, bukan!? Jangan sembunyikan apa apa dan beritahuku sekarang juga!" bentak Gerald. Emosi sudah mendominasi kesadarannya.

Pelayan itu terlihat semakin ketakutan, badannya mulai bergetar. Namun Gerald yang terlalu panik, mungkin simpati pun sudah tidak berpengaruh kepadanya. Sekali lagi dirinya akan membentak perempuan itu, namun seseorang lebih dulu muncul di sebelahnya.

"Untuk apa Anda menanyakan keberadaan Dera? Jangan mengada ada bahwa Anda masih peduli. Rasanya mempertemukan Anda dengan Dera setelah apa yang Anda lakukan kepadanya terasa tidak benar bagi saya," kata Bi Sati datang menghampiri majikannya itu dengan wajah tertekuk, kecewa terpancar jelas darinya. Bahkan dirinya sudah tidak memanggil Gerald dengan embel embel Tuan seperti yang biasa dilakukannya. "Saya tahu apa yang telah Anda lakukan dan menurut saya Anda pantas mendapatkan segalanya sekarang."

"Tutuplah mulutmu, aku tidak butuh komentar darimu." Gerald berjalan meninggalkan sosok perempuan paruh baya itu yang berdiri disana dengan lesu.

"Saya sangat kecewa kepada Anda," kata BI Sati sebelum pergi dari tempat itu.

Gerald tidak kembali marah, tidak juga dia mengomel lagi kepada perempuan itu.

Karena melebihi siapa pun Gerald lah yang paling kecewa kepada dirinya sendiri.

---

Seminggu telah lewat setelah kepergian Dera dari mansion Gerald. Emosi masih mendominasi hari hari Gerald.

Lelaki itu selalu tampak marah. Marah kepada para detektif yang disewanya karena selalu datang dengan laporan tanpa hasil, marah kepada orang yang membuat dirinya merasa kesal walaupun hal sekecil apapun, dan terlebih lagi marah kepada dirinya sendiri karena apa yang dilakukannya minggu kemarin.

Hatinya selalu berdenyut nyeri, bahkan pekerjaan pun banyak yang keteteran karena buruknya keadaan hati yang membuatnya tidak bisa fokus sama sekali.

Gerald duduk di kursi kerjanya dengan wajah tertekuk. Leona sudah dipecat olehnya dari hari saat Dera menghilang dari sebelahnya. Sampai dipecat pun perempuan itu tidak sekalipun meminta maaf, dia malah sibuk cekikikan saat melihat wajah marah Gerald yang memecatnya.

Lelaki itu memutar mutarkan bolpoin diatas tangannya dengan pikiran yang melayang jauh ke alam lain. PIkirannya tidak akan bisa tenang sebelum dia menemukan perempuan itu yang diketahuinya sudah kabur bersama perempuan bernama Charlotte Jadelia, suster yang ditemuinya minggu lalu. Gerald hanya berharap bahwa Dera baik baik saja, Gerald hanya berharap bahwa perempuan itu masih sehat sampai sekarang. Dan dirinya tidak bisa tenang sebelum memastikannya dengan mata kepala sendiri.

"Pak, ada yang datang untuk menemui Anda," kata seseorang membuyarkan lamunan Gerald. dirinya sudah menghire orang baru untuk menjadi asistennya sementara, kali ini dengan aturan jelas tidak menggunakan pakaian minim, dengan rok melebihi lutut.

Gerald mendongak dan matanya melihat dua orang lelaki masuk ke dalam ruang kerjanya. Detektif yang disewanya.

"Apakah kalian menemukan sesuatu?" tanya Gerald bangkit dari duduknya.

"Maaf, Pak," kata salah satu dari kedua orang itu. Gerald dengan lesu kembali terduduk di atas kursinya. Tubuhnya terasa tidak berdaya dan otaknya kembali berdenyut tidak nyaman.

"Tapi," panggil yang satunya lagi. "Kami perkirakan bahwa perempuan yang anda cari sudah tidak ada di Indonesia. Kemungkinan besar dirinya sudah kabur menuju luar negri dengan identitas palsu. Kami akan memulai mencari ke sekitar Asia dulu karena kemungkinan besar Dera Destia tidak bisakabur terlalu jauh."

Gerald manghela nafasnya lelah, hatinya kembali memberat, dan nafasnya menjadi tidak nyaman.

Lelaki itu bangkit dari duduknya lalu berjalan menuju pintu ruang kantornya dengan lemah.

"Carilah dia secepat mungkin, aku tidak peduli berapa biaya yang aku harus keluarkan," kata lelaki itu. "Hanya deminya."

---

Gerald menghempaskan tubuhnya dengan lelah diatas sofa. Entah mengapa hari hari terasa begitu melelahkan, dan rasanya otaknya sudah tidak tahan dengan semua beban pikiran yang bertengger disana.

Akhir akhir ini Gerald kurang tidur, dan dia measa sangat lelah karenanya.

"Sepertinya aku butuh istirahat, otakku tidak bisa berfungsi dengan benar," gumamnya pelan kepada diri sendiri.

Gerald beranjak dari duduknya lalu beralan ke arah laci di ruang tamunya dimana dia selalu meletakkan obat penidurnya di sana. Dia membuka laci itu, lalu merongoh mencari obat tidurnya. Namun bukannya deretan pil pil yang dilihatnya disana, dia sebaliknya menemukan sebuah kertas yang tampak terlipat rapih ditaruh di dalam sana.

Gerald membuka perlahan kertas itu menampilkan apa yang didalam sana. Tidak pernah Gerald menyangka bahwa sesuatu seperti ini akan muncul dan ditaruh manis diatas tangannya.

Otaknya berputar begitu kencang dan oksigen terasa seperti meninggalkan semua organ pernafasannya.

Tangannya bergetar pelan dan sebisa mungkin Gerald berusaha untuk tetap menjaga tubuhnya berdiri setelah apa yang dilihatnya. Gerald membelalak kaget

Sebuah testpack dengan hasil postif tertera diatasnya.

.

FOLLOW ME ON INSTAGRAM

Nnareina

Yey sesuai janji di updateee. Nanti malem stay tune ya satu lagii

Bagaimana bagaimana? Makin kesel ke gerald??? wkwkwkw

dan btw itu mulmednya ngga aku copot deh, lumayan sambil denger denger wkwkwkkw

Jangan lupa vote dan komen!! Thank youu

Love you alll!!!

Yes, Mr Billionaire [COMPLETED]Kde žijí příběhy. Začni objevovat