"Tidak, Via, Tante hanya bercanda, tante tahu kamu tidak akan melakukan hal seperti itu," kekeh Anandya sembari menunduk mengambil cangkir tehnya. "Dera, apakah kamu tau, Nak, sebelumnya mamah mau menjodohkan Gerald dengan Silvia?"

"Iya, Mah, Dera tahu." Gerald pernah mengatakan itu kepada Dera.

"Tetapi, waktu itu jujur Mamah sangatlah terkejut ketika Gerald datang kepada ulang Tahun Mamah membawamu dan mengenalkanmu kepada Mamah tiba tiba," kata Anandya. "Mamah sungguh senang waktu itu saat akhirnya mamah melihat Gerald terlihat begitu bahagia mengenakan jasnya sambil menggengam tanganmu bertemu mamah."

"Rasanya mamah begitu bangga sebagai seorang ibu."

Sekali lagi Dera merasa iri kepada Gerald yang memiliki ibu sehebat Anandya.

Dera selalu mengagumi Anandya karena sikapnya, begitu lembut, begitu penyabar, selalu memikirkan anaknya melebihi apapun. Dera melihat sosok ibu di dalam tubuh tua Anandya, sosok yang tidak pernah ditemui Dera di dalam keluarga lamanya.

Dera mendongak dan menemukan wajah Silvia terlihat begitu jengkel dan tidak suka dengan topik pembicaraan. Dan kali ini Dera yang tersenyum kemenangan.

"Waktu itu Dera pun terkejut, Gerald langsung meminta Dera untuk menikahinya secara mendakak," kekeh Dera.

"Tapi kamu merasa bahagia, bukan?" tanya Anandya.

"Sangat."

Sekali lagi Dera menatap ke arah Silvia, tersenyum puas melihat wajah perempuan itu yang terlihat semakin kecut.

Mereka berbincang lagi, segala mereka bahas, tentang karier, pekerjaan, jodoh masing masing, dan beberapa kali Silvia telihat kesal karenanya.

Dera hanya bisa tekekeh geli melihat wajah kesal Silvia ketika Anandya sedang menceritakannya betapa romantisnya Gerald kepada Dera.

"Silvia, mengapa kau berhenti pekerjaan sebagai modelmu? Bukankah kau sukses berat karenanya?" tanya Anandya tiba tiba, dan kali ini Dera benar benar kesusahan menahan senyumannya.

Silvia secara terang terangan melihat tawa Dera dan perempuan itu tampak marah denagn tatapan matanya yang tiba tiba berubah mengancam. Dera malah semakin melebarkan tawanya.

"Tidak banyak, hanya saja aku merasa kurang cocok di perusahaan itu, dan sekarang aku memutuskan untuk beristirahat dari dunia permodelan. Aku ingin refreshing dulu agar nanti kalau sudah siap kembali bekerja, hasil pekerjaanku menjadi semakin baik pula," kata Silvia yang dijawab dengan anggukan dari Anandya.

"Oh iya ngomong ngomong, Dera, mascaramu sedikit luntur," kata Silvia.

Dera kaget, padahal dia tidak mengingat dirinya telah memegang matanya sepanjang datang ke rumah itu. "Sebentar, Dera izin ke toilet dulu sebentar, Mah."

"Iya, Sayang."

---

Sialan!

Mascaranya tidak sama sekali luntur, Silvia mempermainkannya.

Dera merasa sangat kesal.

Ketika Dera hendak keluar dari kamar mandi, tiba tiba pintu di belakangnya dibanting terbuka dan disana muncullah Silvia dengan lengannya yang terlipat di dada dan ekspresinya yang mencemooh tidak suka.

"Sudah puas menertawaiku di hadapan Tante Anandya?" tanya Silvia terlihat murka.

Mungkin jika ini terjadi dulu, Dera akan mengalah ketakutan, mungkin dia akan meminta maaf semaaf maafnya kepada Silvia. Namun sekarang dia bukan dirinya yang dulu.

Rasanya sudah tidak sudi untuk mengucapkan maaf kepada orang sepertinya.

"Bibir bibirku sendiri, aku rasa terserah pada diriku mau berekspresi seperti apa."

"Bocah sialan!"

Dera kembali tersenyum senang, yang alhasil kembali mendidihkan amarah Silvia. Silvia menatap Dera tajam.

"Apa yang akan kau lakukan sekarang? Mempermalukanku lagi?" tanya Dera. Ada apa dengan kepercayaan diri tiba tiba ini? "Sudahlah hentikan Silvia, aku tidak ingin buat keributan, apalagi di sini dimana ada Mamah Anandya bersama kita. Aku tidak ingin merepotkannya."

"Jangan khawatir, aku tidak akan menimbulkan masalah kali ini," kata Silvia. "Aku tidak ingin membuat Tante Anandya kerepotan pula, namun masalahnya berada di dalam rumah tanggamu."

"Apa lagi yang mau kau lakukan?" kata Dera penuh penekanan.

"Tidak, aku sama sekali tidak melakukan apapun, tapi apakah kau yakin suamimu bisa setia dengan dirimu? Maksudku, lihatlah kau," kekehnya. "Kau sangat muda, sangat kecil tubuhmu itu, tidak cantik, tidak menawan, bahkan kau tidak begitu mahir merias dirimu sendiri. Kau yakin kau bisa membuat Gerald bertahan dengamu? Dengan tubuh sepertimu, kau yakin suami tercintamu tidak akan beralih kepada perempuan lain? Aku saja tidak yakin."

Silvia terlihat tersenyum kali ini, yang membuat Dera jengkel.

"Apa yang kau ingin katakan?"

"Aku mengatakan, bahwa suamimu itu sebenarnya sekarang, bahkan di tempat kerjanya juga, dia sedang bermain main dengan perempuan lain, memuaskan nafsunya yang tidka bisa dia puaskan bersamamu.

"Dengan kata lain, dia selama ini selingkuh darimu, dari dirimu yang bahkan tidak ingin dirinya sebut sebagai seorang istri."

Kali ini Silvia sungguh membuat Dera begitu kesal, rasanya dia ingin mencekik perempuan ini di tempat seperti yang dulu dilakukannya kepada Dera.

Dera terkekeh kepada dirinya sendiri. "Apa yang lucu!?"

"Tidak apa apa, aku hanya mengingat perkataanmu tadi. Bukan pelakor? Sungguh lelucon," kata Dera. "Apakah kau sebegitu miskin, sebegitu tidak diinginkan sampai kau merendahkan dirimu sendiri menghancurkan kehidupan rumah tangga orang lain?"

"Apa yang kau bilang, Bocah!?"

"Aku hanya menegaskan ini kepadamu, Silvia. Yang kau lakukan itu semuanya sia sia, kau hanya merugikan dirimu sendiri, bersusah payah mengusirku dari kehidupan Gerald hanya karena kau yang mengemis Cinta dari lelakiku."

Rasanya sangat benar menyebut Gerald sebagai lelakinya.

"Dengarkan aku sekali lagi, Gerald bukanlah lelaki serendah yang kau bayangkan. Dia bukan laki laki yang dengan seenaknya meninggalakan kehidupan rumah tangga dan memilih bersenang senang dengan perempuan lain. Dia bukan seseorang murahan yang kau bisa rendahkan semau dirimu," kata Dera. "Jaga ucapanmu, karena sepertinya kau belum puas hanya dengan kehilangan pekerjaanmu saja."

Silvia berdecak kesal, wajahnya berubah semerah tomat menahan amarah.

"Bilang saja kau sebenernya ketakutan menemuiku sampai kau berani mengancamku," kata Silvia tidak terima.

Dan kali ini Dera tertawa semakin keras.

"Buat apa aku takut kepada seseorang yang bahkan tidak bisa mendapatkan perhatian dari orang yang diinginkannya sehingga harus mengemis untuk mendapatkannya?" tanya Dera. "Hidupmu sangat memprihatinkan, aku ingin tertawa melihatnya."

Dan dengan begitu Dera langsung berjalan keluar dari toilet, meninggalkan Silvia yang sedang marah besar dipermalukan habis habisan.

.

FOLLOW ME ON INSTAGRAM

Nnareina

Iyaa Dera akhirnya udah beranii. Horeeee

Jangan lupa vote dan komen. Thank you!

Love you al!!

Yes, Mr Billionaire [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang