Namun pikirannya memberontak, dengan pelan Dera memuluk punggung lelaki itu. "Lepaskan!" 

Gerald tidak sama sekali bergerak dari posisinya, sampai akhirnya Dera mencubit kaki Gerald keras. 

"Awhhh!"

"Rasakan."

Gerald meringis pelan, namun tidak melepaskan badan mungil Dera. Tiba tiba lelaki itu terdiam, dan detik selanjutnya dia mulai tertawa keras. 

Dera menjauh ketakutan.. 

"Apa yang lucu?" tanya Dera. 

"Mukamu, reaksimu, bagaimana cara kau marah kepadaku, sungut sungut tidak jelasmu, wajahmu yang merah padam, segalanya dari dirimu begitu lucu," kekeh lelaki itu. "Kau marah soal Leona, bukan?"

"Leona? Maksudmu sekretaris barumu itu? Yang begitu seksi, yang begitu menawan, begitu dewasa, begitu cantik bahkan dirimu tidak bisa lepas dari pesonanya bukan? Pantas saja dia menggunakan rok mini, menggunakan baju ketat, apakah kau sebegitu inginnya melihat tubuhnya?" kata Dera hanya membuat senyum di wajah Gerald makin melebar. 

"Mengapa kau begini, hmm?" tanya Gerald. "Kau tahu bukan aku tidak tertarik dengan perempuan lain selain dirimu?""

Emosi Dera semakin meluap saat melihat senyuman masih tercetak di wajah lelaki itu. Dera sangat tahu, itu adalah senyuman kemenangan, senyuman saat seseorang mendapatkan apa yang diinginkan mereka. 

Jadi ini yang diinginkan Gerald? Jadi dia ingin Dera untuk marah kepadanya? Kalau begitu dengan senang hati Dera akan terus marah kepada Gerald jika seperti ini. 

Terlalu posesif? Terlalu mengikat? Terlalu berlebihan?

Bayangkan saja suamimu berdekatan, membiarkan wanita murahan mendekatinya, tersenyum balik, lalu membiarkan istrinya jamuran sendiri menunggunya selesai bekerja. 

Bagi Dera itu bukan sesuatu yang bisa dilewatkannya begitu saja. 

"Omong kosong! Kalau kau tidak tertarik kepadanya, kau pasti sudah menyikirkannya saat dia bermanjaan kepadamu. Kalau kau tidak tertarik, tidak mungkin kau menangkapnya dan membiarkan perempuan itu bersandaran kepadamu saat dia dengan sengaja menjatuhkan dirinya sendiri. Dan jika kau betul betul tidak tertarik kepadanya, kau tidak akan mungkin merasa tidak risih dengan pakaiannya yang begitu minim. Bukankah begitu?!

"Dan sebaliknya kau malah meninggalkanku sendiri dan membiarkanku diam terus di atas sofamu dan melihat kau bermesraan dengannya!" 

Rasanya Dera meluapkan semuanya di depan laki laki itu. Sangking kesalnya, tangannya terkepal erat dan badannya bergetar kuat. 

Namun saat Dera mendongak untuk memandang mata Gerald, yang dia dapatkan hanya seorang laki laki yang terlihat begitu menikmati kekesalannya dan sedang tersenyum bahagia. 

Rasanya dia ingin menggorok leher laki lakinya sendiri. 

"Aku tidak mengerti mengapa kau begitu marah kepadaku," kata Gerald dengan tawa menghiasi wajah tampannya. "Apakah kau.. Cemburu?"

Wajah Dera merona merah, dan hatinya berpacu dua kali lebih lipat. 

"Katakan kepadaku, sayang. Kau cemburu melihatku dengan Leona bukan?" tanya Gerald sambil mengusap samping wajah Dera. "Kau begitu lucu saat kau sedang iri kepada seseorang."

"Iri? Buat apa aku iri?" tanya Dera dengan suara gemetar. 

"Tidak perlu bersandiwara. Dalam hati kau ingin bukan kalau dirimu yang menyeduhkanku segelas kopi? Bahwa kau yang akan aku ajak berbicara sepanjang hari? Bahwa kita akan menghabiskan waktu bermesraan berdua saja?" tanya Gerald dengan nada jahilnya. 

"A-apa salahnya aku merasa begitu!?" bentak Dera terbata bata. "Aku ini istrimu! Aku berhak merasa cemburu jika kau bersama dengan perempuan lain!"

Gerald kembali tertawa. "Artinya rencanaku hari ini berjalan dengan sangat lancar," kata Gerald. 

"Rencana apa!?" Dera masih terendam dalam emosinya. 

"Rencana meringankan kekhawatiranmu."

"Kau begitu ketakutan semalam, bahkan kau terlihat seperti seseorang yang habis melihat hantu, mungkin lebih parah. Kau terlihat begitu tersiksa, dan kau terlihat begitu rapuh. Makanya hari ini, aku berencana untuk membuat pikiranmu teralihkan dari segala masalah di keluargamu dulu, dan aku ingin kau untuk tidak tenggelam dalam ketakutan lagi.

"Makanya aku dengan sengaja membawamu ke kantor hari ini, untuk membuatmu merasa kesal kepadaku. Leona? Memang dari awal dia datang ke kantor sudah dengan pakaian seperti itu, dan kelakuan seperti itu. Jika kau bertanya apakah aku risih? Sangat. Aku ingin cepat cepat Bu Nia sembuh dari penyakit paru parunya dan langsung kembali menjadi sekretarisku," kata Gerald panjang. 

"Namun hari ini ada satu hal yang aku syukuri dari datangnya Leona ke kantorku," katanya pelan sambil perlahan menunduk lalu mencium bibir Dera lembut. "Karena dia membantuku membawamu teralihkan dari masalahmu."

Dera terdiam di tempatnya, kaget karena ciumannya yang tiba tiba dan perkataan Gerald juga. 

"Kau lakukan ini dengan sengaja, untukku?" tanya Dera. Gerald mengangguk pelan sebelum akhirnya kembali menunduk dan mencium bibir manis perempuan itu. 

"Hanya untukmu," bisiknya. Dera terdiam kaku.

"Makanya jangan kau bersedih lagi, jangan kau ketakutan lagi, jangan kau pernah merasa sendiri lagi. Jangan kau takut kepada adikmu itu, karena aku akan selalu melindungimu." 

Ada sedikit jeda sebelum akhirnya Gerald melanjutkan, 

"Aku mencintaimu."

Dan kali ini Dera yang berjinjit untuk merampas bibir Geraldnya. Ciumannya lekas dibalas oleh Gerald, dan mereka berdua tenggelam dalam perasaan masing masing menikmati kebersamaan itu. 

"Aku tidak akan pernah tergoda dengan perempuan macam itu. Aku hanya ingin dirimu dan dirimu saja. Makanya jangan kau marah lagi kepadaku, mengerti? Istriku yang cemburuan?" tanya Gerald sambil mencubit hidung Dera lembut. 

.

FOLLOW ME ON ISTAGRAM

Nnareina

Aku cepet banget revisi chapter ini, dikit banget yang salah. Tambah aku baper sama character sendiri wkkwkwkw 😂😂😂

Jangan lupa vote dan komen. Thank youu

Love you all!!!

Yes, Mr Billionaire [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang