Laki laki ini memang senang menggoda Dera sampai wajah gadis itu merona merah padam. Gerald terkekeh sekali lagi sebelum akhirnya membawa Dera menuju dapur. Bukan menuju kamar yang sebenarnya diinginkannya. Ups...

Rasanya sudah lama sekali semenjak Dera mendudukan tempatnya di dapur itu. Tiba tiba dia mengingat Bi Sati, rasanya dia sangat merindukan wanita paruh baya tersebut.

"Apa yang kau inginkan untuk makan?" tanya Dera sembari membuka kulkas. Gerald menarik kursi di paling ujung meja lalu duduk disana.

"Terserah. Aku serahkan menunya kepada koki saja," katanya.

"Fish and chip? Kau mau?"

"Aku mau."

Dera mengangguk dan langsung mengeluarkan panci dari dalam lemari.

Dengan terampilnya dia mulai membalur ikan filet dengan tepung lalu menggoreng, membuatnya terlihat begitu sedap dengan warna emas mengkilap saat dikeluarkan dari dalam minyak. Digorengnya pula kentang dalam api sedang dan dibiarkannya dingin sembari dia membuat bumbu lumur yang tentu tidak kalah terlihat sedap dari antara yang lain pula.

Gerald harus menahan nafsu makannya hanya dengan mencium harumnya masakan Dera.

Sesaat selesai, Dera meletakkan seluruh makanan yang dibuatnya di atas meja, membuat Gerald akhirnya bisa memuaskan laparnya.

"Aku baru sadar, ternyata bukan hanya dirimu, namun aku juga merindukan masakanmu," katanya. Dera terkekeh pelan dan menaruh piring di atas meja.

"Kalau kau merindukannya, silahkan makan. Aku membuatnya khusus untukmu."

---

Jam sudah menunjukan pukul 10 malam, Dera dan Gerald sedang berbaring di kamar mereka beristirahat.

Mereka menyalakan televisi sembari menonton berita berita terkini.

Dera dengan nyamannya menyandar kepada bantal sembari Gerald merangkul pundaknya. Wangi Gerald memenuhi indra penciumannya dan badan laki laki itu bersentuhan dengannya membuat Dera merasa sangat hangat.

"Kriminalitas sangat meningkat hari hari ini. Berita penuh dengan kasus kasus yang sangat sepele," gerutu Gerald.

"Karena itu jaman jaman seperti ini semua orang harus sangat berhati hati melangkah keluar rumah," kata Dera. "Seperti layaknya aku yang harus berhati-hati keluar rumah agar tidak bertemu dengan seorang lelaki yang ingin memaksaku pulang dengannya."

Gerald tertawa mendengar sindiran halus Dera.

"Namun kau bahagia sekarang bukan?" goda Gerald membuat wajah Dera menyeruak merah.

"Berkatalah semaumu," sungut Dera balik yang dihadiahi oleh sebuah ciuman singkat di pipinya. "Oh iya, ngomong ngomong mamah Anandya meneloponku tadi, dia mengatakan kalau kau seharusnya menemani mamah ke undangan?"

"Oh masalah itu? Abaikan saja," kata Gerald acuh.

"Tidak boleh, Gerald, kau sudah berjanji kepada ibumu," kata Dera.

"Bukan itu masalahnya, Mamah mengajakku pergi karena dia berusaha menghiburku karena kau pergi meninggalkanku. Sebelumnya dia tidak pernah membawaku pergi ke undangannya atau semacamnya. Aku hanya akan menjadi beban untuknya menemani dia berjalan jalan, mengingat aku tidak hafal satupun temannya dan akhirnya mamah harus membisikkan nama mereka kepadaku setiap ada orang yang menghampiri kami," katanya.

Gerald mendekatkan wajahnya kepada Dera lalu berbisik pelan, "terlebih lagi, untuk apa aku harus pergi ke undangan ketika aku sudah memilikimu di sini sekarang?"

Dera bisa bersumpah bahwa hawa di kamar itu meningkat drastis. Dera berusaha untuk tidak tersipu dan menenangkan jantungnya. Namun tiba tiba, bibir Gerald menyambar bibirnya.

Diciumnya Dera lembut.

Dera sangat merindukan ciuman ini, dan dia sangat merindukan dirinya menghabiskan waktu dengan Gerald. Dilingkarkan tangannya di leher Gerald dimana posisi mereka sekarang sudah menjadi Gerald berada di atasnya.

Ciuman itu tetap berlanjut, sampai akhirnya Gerald mulai menciumnya liar.

Sebuah ciuman panas yang membakar tenggorokan Dera. Mereka bergerak seirama, tanpa tahu sebagaimana kerepotannnya Dera mengikuti ciuman gila Gerald. Namun, Dera sangat menikmatinya.

Dera kehilangan setengah kesadarannya. Dia hanya ingin merasakan dirinya bersama Gerald lebih lama lagi.

Ciuman mereka terlepas dan bibir Gerald mulai beralih menelusuri leher jenjangnya, meninggalkan beberapa jejak di sepanjang garis leher Dera.

Dera mengeluarkan erangan pelan yang hanya membuat Gerald makin meliar. Tangannya tanpa sadar membuka beberapa kancing baju Dera, membiarkan kulit perutnya terekspos kepadanya.

Dera merasakan tangan Gerald masuk melalui celah bajunya, menaiki punggung putihnya, dan sampai akhirnya menemukan tali bra nya.

Dera terlonjak panik, ini pertama kali baginya dan akan kah dia memberikannya hari ini juga?

Dia belum siap!

"Gerald!" serunya lantang.

Gerald yang sedari tadi kalut dan hawa nafsunya, seketika sadar apa yang dilakukannya. Dera sudah terbaring di sana dengan bajunya yang setengah terbuka dan kaitan branya yang sudah terlepas.

Bahkan Gerald hampir memaksa merobek celana perempuan itu kalau tidak Dera hentikan.

Tanpa berpikir panjang, Gerald mengambil selimut dan menutupi Dera yang masih berdiam terkejut di tempat.

"Maafkan aku, aku akan tidur di kamar sebelah," kata Gerald membisik sebelum akhirnya mencium kening Dera lembut.

Dia keluar dari kamar itu dan menutup pintunya pelan.

Dera menghela nafas panjang masih kesusahan mengambil nafasnya.

Semoga tidak ada masalah yang akan terjadi diantara kita...

.

Follow me on instagram.
Nnareina

Ternyata aku udah mulai ngga bener otaknya dari semenjak chapter ini ya 😂😂😂

Makasih semua yang udah vote dan komen, apalagi karena komen komen banyak sampe aku kepikiran untuk double update 😘

Thank you all

Love you!!! 😘😘

(aku coba update malem ini satu lagi, tapi kalau aku ngga keburu, besok double up yaaa)

Yes, Mr Billionaire [COMPLETED]Where stories live. Discover now