Halaman 50 : Kebahagiaan Dalam Duka

Start from the beginning
                                    

Revanda terbatuk lalu menjawab, "Revi, siapa disana? Apakah dia sang Putri? Atau aku hanya mengkhayal sebelum mati?"

"Kak, tidak boleh berkata seperti itu! Ini Vale, dia datang untuk membantu kita!" Revian memapah tubuh kakaknya yang berusaha mendekati Vale.

"Putri, tolong kaumku! Kumohon, sembuhkanlah mereka. Buatlah mereka menjadi normal kembali, apapun akan kuberi padamu termasuk nyawaku! Bunuh aku asalkan kau bersedia mengobati mereka!" teriak Revanda lemah.

Revian memeluk tubuh kakaknya yang tengah bersujud didepan Vale. Hati adik mana yang tidak sedih jika melihat kakaknya sendiri bersujud di kaki orang lain.

"Kakak..."

Vale mengetatkan kepalan tangannya. "A.. aku.."

Perasaannya bimbang, satu sisi ia menghawatirkan nyawa Siren Terkutuk akan punah namun disisi lain ia tidak tahu harus berbuat apa. Melihat kaum Siren Terkutuk yang terbaring lemah dengan tubuh menghitam, hati Vale tercubit sakit.

Vale mengambil batu pipih tajam disisi gua lalu menyayat telapak tangannya sendiri hingga darahnya keluar dan berbaur dengan air laut.

"Resaplah," ucap Vale lirih. Ia membiarkan telapak tangannya terluka asalkan kaum Siren Terkutuk selamat.

Revian membelalakkan matanya, bagaimana bisa Vale memberikan darahnya pada musuh dengan mudah? Dengan darah ini kaumnya dapat berubah menjadi Siren asli.

Kaum Siren Terkutuk langsung meresap air laut yang telah tercampur darah Vale termasuk Revanda. Lalu mereka semua kejang-kejang dan pingsan.

"Vale, apa yang kamu lakukan!" Sea langsung menarik tangan Vale yang terluka. "Mengapa kamu membuat keputusan sendiri?!"

Sea berdecak, darah Vale tidak akan berhenti jika telapak tangannya masih terluka, bagaimanapun ini di lautan sangat sulit untuk mengobatinya.

"Ck, aku terpaksa." Sea menggenggam telapak tangan Vale hingga keluarlah cahaya hijau yang menyelimutinya, setelah itu lukanya pun hilang.

"Sea..." cicit Vale ketakutan, Sea yang menyadarinya langsung memeluk tubuhnya.

"Sstt, tenanglah. Mereka akan baik-baik saja. Mari kita pulang, Ayahku akan mengurus sisanya."

Vale mengangguk kecil, menaiki gelembung udara yang mengantarnya menuju Kerajaan Laut bersama Sea, meninggalkan Neptune dan para pengawal untuk menjaga kaum Siren Terkutuk lainnya.

"Kini menjelang malam, apakah kita akan menginap disini?" tanya Vale.

Sea menggeleng. "Tidak. Setelah para tamu pulang, kita akan langsung menuju daratan tepatnya rumah Paman Coast."

"Ah, mengapa begitu cepat? Padahal aku belum berjumpa dengan Fanya dan juga Trappe. Aku belum mencoba kembali kekuatanku ini, belum mengunjungi taman bermain didalam ruang pribadi, belum pergi-- hmphh!" ucap Vale terpotong ketika Sea membungkam mulutnya dengan bibirnya.

Sea melepaskan ciumannya lalu menyeringai. "Sudah selesai bicaranya?"

Vale menatap tajam Sea. "Belum! Aku belum selesai bicara!"

Mendadak gelembungnya bergetar, menampilkan wajah Neptune yang berada ditengah-tengah lokasi kejadian. Karena ayahnya sedang berkomunikasi dengannya, Sea mengode Vale untuk diam.

"Oh, apa? Baiklah kalau begitu, Ayah," gumamnya pada gelembungnya.

"Hei, tadi kamu berbicara apa?" tanya Sea setelah memutuskan hubungan komunikasinya.

"Tidak. Sudah selesai."

"Ayolah, masa begitu saja marah?" goda Sea, mengubah mimik wajahnya menjadi sok imut. "Lihatlah wajah lucu ini, pasti rasa marahnya akan hilang~"

Prince Of Sea [REVISI]Where stories live. Discover now