Halaman 50 : Kebahagiaan Dalam Duka

Start from the beginning
                                    

Neptune menjentikkan jarinya, seketika saat itu juga banyak pengawal kerajaan datang dari berbagai tempat. Mereka memang terlihat berbeda dibanding Siren lainnya karena sisiknya yang sedikit berkilau seperti keluarga kerajaan.

"Hormat kami, Neptune." Para pengawal menunduk hormat.

"Periksa laut bagian barat daya, berikan laporan kepadaku secepatnya. Jika berbahaya, jangan terlalu dekat," titah sang Neptune diangguki seluruh pengawal.

Setelah kepergian pengawalnya, Neptune mulai mendekati Revian. "Antarkan aku pada kaummu berada."

"Hamba ikut!" teriak Vale membuat seluruh Siren menatap kearahnya. "Izinkan hamba membantumu, Neptune."

"Vale, tapi..." sanggah Sea khawatir.

"Baiklah. Untuk para rakyatku didalam istana Kerajaan maupun diluar Kerajaan, silahkan nikmati hidangan yang telah saya persiapkan. Berhubung saya akan pergi, para pelayan akan menjamu kalian dengan berbagai makanan unik yang belum pernah kalian rasakan sebelumnya," ujar Neptune menggema kencang.

Para Siren menunduk hormat sebelum menikmati jamuannya. Neptune memberi aba-aba tangan, Vale yang mengerti maksudnya pun mengekor dibelakang bersama beberapa pengawal bertubuh kekar.

Sea hanya dapat mengetatkan rahangnya. Mengapa di acara pernikahannya ada saja cobaan yang membuat dirinya harus mengelus dada? Kekasihnya yang lugu itu pastilah sangat ingin membantu. Dengan wajah tertekuk, Sea menghampiri Vale.

"Mengapa kamu terlalu bersikeras untuk membantu mereka, Vale? Sedangkan acara kita baru saja berlangsung," bisik Sea, takut pengawal dibelakang mendengarnya.

Vale menggeleng, "Sehebat apapun acara itu, kita harus mementingkan nyawa seseorang, Sea. Bukankah kamu adalah calon Raja? Maka kamu harus mencerminkan kepentingan rakyatmu daripada kepentingan pribadi."

"Ck, tapi mereka bukan rakyatku," bisik Sea semakin mengecil.

"Kamu tidak boleh membeda-bedakan golongan, Sea. Seluruh makhluk di lautan adalah rakyatmu dan kamu harus mengerti itu," jelas Vale.

Sea membuang muka, menatap kumpulan ikan badut yang nampak menarik. Sebenarnya ucapan Vale tidak salah namun dirinya sulit untuk menerima kenyataan itu.

Cup.

Vale mengecup pipi kiri Sea karena sangat gemas dengan wajah merajuk kekasihnya. Sea dibuat melayang walau hanya kecupan ringan dipipi.

"Kamu memancingku, hm?" goda Sea.

Vale menggeleng, "Tidak."

Akhirnya mereka berdua tertawa bersama-sama dan Sea memeluk pinggang kekasihnya dengan posesif. Para pengawal yang berada di belakang mereka hanya menunduk malu.

Revian mengepal tangannya kuat, jelas-jelas ia mendengar percakapan yang membuat hatinya sakit. Mencoba menahan emosi yang telah memuncak, ia mengepal tangan seraya berenang didepan memberi tahu tempat dimana kaumnya diungsikan.

"Kakak!" Revian berenang secepat kilat menghampiri kakaknya yang tengah batuk darah.

"Uhuk! Uhuk! Adikku..." ucap Revanda lemah.

Kondisi mereka amat buruk. Tubuhnya hampir menghitam karena teracuni, cairan hitam yang merupakan darah mereka memenuhi badan gua dekat jurang.

"Aku akan memanggil beberapa Siren penyembuh, jadi tunggulah disini," perintah Neptune diangguki Revian.

Sea berbalik menghadiri ayahnya. Ia meminta jawaban, mengapa ayahnya rela memberikan bantuan kepada kaum yang telah membunuh ibu beserta adiknya?

"Kakak bertahanlah, Neptune sedang memanggil Siren penyembuh," hibur Vian kepada kakaknya.

Prince Of Sea [REVISI]Where stories live. Discover now