Sepertinya ibu yang menabraknya. 

---

Semua orang telah meninggalkan kamarnya meninggalkan Dera seorang diri. 

Jarum detik berdetik pelan, menelan sunyi yang mencekam di dalam kamar itu. Diluar terdengar sangat ricuh, mungkin ada pasien yang sedang dalam keadaan darurat harus segera ditangani. Suara sirine berkali kali terdengar memekakan telinga, berlalu lalang meninggalkan rumah sakit untuk menjemput pasien selanjutnya. 

Berbagai bunyi masuk dengan perlahan ke dalam gendang telinganya, namun tidak ada satupun suara yang terespon olehnya. Sunyi.

Dera merasa kosong tanpa warna, semuanya terasa sangat hampa, dan semua dia tidak bisa mendengar suara apapun. 

Dera menatap kearah jendela menatap kearah langit dimana awan awan yang terukir begitu apiknya oleh Sang Pencipta di atas sana. 

Bahkan awan pun mengapung dengan banyak teman menemaninya, bukan? 

Sebuah air mata bergulir perlahan membelai kulit wajah keringnya. Bibirnya bergetar pelan dan sekujur tubuhnya mati rasa. 

Mungkin hari ini adalah hari yang cerah, namun tidak dengan hatinya. 

Sakit. 

Sebuah pisau kembali terasa menusuk dadanya kuat dan bersamaan dengan rasa sakit itu, air mata mulai satu persatu berjatuhan dari kedua manik matanya membawa Dera kepada guyuran tangis yang terasa sangat menyakitkan.

Rian datang memasuki kamar inap Dera, tampak terkejut melihat Dera yang sudah terjaga. 

Dera ingat jelas bahwa ponselnya berada pada layar kontak sebelum mati karena kehabisan baterai,  namun saat dia mengeceknya tadi,  ponselnya bersanggah dalam layar percakapannya dengan Gerald. Artinya seseorang membuka ponselnya. 

Rian. 

Mengetahui sifat Rian yang begitu peduli kepadanya, Dera langsung tahu apa yang dilakukan laki laki itu hingga meninggalkannya sendiri di rumah sakit.

Dia pergi mendatangi Gerald. 

"Dari mana kamu?" tanya Dera pelan. 

"Hanya mengurusi urusan kecil," kata Rian. Salah satu sifat Rian, dia tidak bisa berbohong. Dera mengetahuinya. 

"Kau mendatanginya, bukan?" tanya Dera. 

Rian terdiam kaku tidak bisa menjawab. Dia merasa tidak enak berbicara kepada Dera, tidak setelah dia melihat ada perempuan asing di dalam rumah Gerald tadi. "Kau mendatanginya kan, Rian?  Tolong jawab aku."

Rian mendesah dan akhirnya memutuskan untuk mengangguk menjawabnya.

"Apa dia mengatakan sesuatu kepadamu?" tanya Dera. 

"Tidak, kami hanya berbincang sebentar, kau tidak perlu khawatir," kata Rian sambil menghampiri kursi di sebelah ranjang Dera. 

"Aku mohon, Rian, jangan sembunyikan apapun dariku. Dia berkata sesuatu, bukan? Tolong beritahu aku," kata Dera. 

Alasan mengapa lelaki itu mengingkari perkataannya semalam, sampai meninggalkanku sendiri sampai larut malam.

"Dia mengatakan satu atau dua hal, namun semuanya tidak penting, kau tidak perlu memikirkannya," katanya. 

"Kumohon, Rian," kata Dera. 

Rian menghela nafas gusar. "Aku tidak ingin membuatmu sedih, tolong mengertilah," kata Rian. 

Yes, Mr Billionaire [COMPLETED]Where stories live. Discover now