Halaman 49 : Kejutan

Mulai dari awal
                                    

"Tante, inikan di Indonesia jadi aku harus memakai bahasa Indonesia yang baik dan benar. Lagipula aku 'kan sudah besar," Ucap Vale dengan nada lembut.

Wanita paruh baya itu terkekeh lantas menggandeng keponakan tercintanya keluar dari restoran. Sea yang mengekor dibelakang hanya mampu tersenyum samar.

Sebelah tangannya melambai-lambai di udara. Senyuman hangat menyambut kedatangan dua orang terpenting dalam hidupnya. Seorang pria paruh baya berdarah barat sedang menggendong seorang anak perempuan.

Helen mendekat, memeluk tubuh kecil putrinya. "Giny! My Princess!"

"Mommy, I miss you!" Seorang gadis kecil berperawakan tinggi memeluk sang ibu dengan bahagia lalu menoleh kesamping. "Valleria?!"

Vale membungkuk seraya mengelus puncak kepala keponakannya dengan sayang. Sudah lama ia tidak berjumpa dengan keponakan imut yang satu ini.

"Hai, Georginy. Apa kabarmu?" Tanya Vale dalam bahasa Indonesia.

Giny langsung menoleh kearah Helen dan mengangkat dagu seperti meminta jawaban, 'artinya apa?'

Helen yang melihat tingkah anaknya hanya tertawa. Giny memang dapat berbahasa Indonesia namun tidak terlalu fasih saat berbicara.

"Kamu ingat apa yang telah Mommy ajarkan?" Ucap Helen dalam bahasa Inggris, Giny balas mengangguk.

"Ba... baik," Jawab Giny dengan terbata. Tangannya saling bertaut karena takut salah bicara.

"Astaga, kamu menggemaskan!" Vale segera mencubit kedua pipi ponakannya hingga Giny mengaduh kesakitan.

Melihat tingkah Vale yang sangat menyukai anak kecil, pikiran Sea melayang-layang membayangkan jika dirinya dengan Vale mempunyai anak.

Kamu tidak perlu memuji anak orang lain, kita bisa membuatnya sendiri. Bahkan jauh lebih bagus dan banyak! Saat inilah senyum miringnya mengembang.

"Sea?!" Lamunan Sea buyar ketika Vale mengguncang tubuhnya.

Sea yang tersadar langsung menerima jabatan tangan dari Paman Vale. Pria paruh baya itu sedikit mengeratkan jabatan tangannya.

"Saya Felix Baumgartner, suami dari Helen dan Paman dari Vale."

Sea tersenyum kecil. "Sea Arnoldish, kekasih Vale."

Felix menggendong sang anak serta menggandeng tangan istrinya, senyuman tidak pernah pudar dari pria yang hampir berkepala tiga itu.

"Baiklah Vale, Tante mau pulang dulu sekalian mau berlibur. Kalian mau ikut? Kebetulan kursi pesawat masih banyak yang kosong," seru Helen sembari terkekeh.

Vale menggeleng perlahan seraya mengibaskan tangannya kedepan. "Tidak perlu Tan, besok pagi aku akan ikut Sea ke Bandung untuk menghadiri peresmian cabang kantornya. Oh, apa Tante ingin ikut bersama kami?"

"Hush, Tante yang ngajak pergi, eh kalian juga ngajak pergi. Yang benar yang mana?" Ucap Helen sembari tertawa kecil.

"Begini saja. Saya sekeluarga akan tetap berlibur dan Vale boleh ikut kekasihmu pergi. Hei, anak muda! Jaga Vale baik-baik disana, jangan sampai lecet, ingat!" Seru Felix serius, diangguki Sea.

"Pasti Om, saya pasti menjaganya dengan senang hati," sahut Sea mantap.

Dengan seulas senyum kecil Helen menggenggam tangan Vale. Airmata menetes pada sudut matanya membuat Vale terheran-heran.

"Tante baik-baik saja?"

Helen terkekeh seraya menyeka airmata yang hendak menetes lagi. "Abaikan saja, Tante hanya kelilipan. Baiklah kalau begitu Tante pamit dulu ya, jaga diri baik-baik. Sea, Tante titip Vale ke kamu. Awas jangan dirusak!"

Prince Of Sea [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang