Part 35

14.5K 990 33
                                    

Ali tak henti-hentinya memanjatkan doa pada Yang Maha Kuasa. Sekarang sudah jam 1 pagi, dan anaknya belum juga keluar. Dokter bilang Prilly akan melahirkan pukul 12 malam, namun sampai saat ini, ia belum mendengar suara tangisan bayi.

"Lancarkanlah proses melahirkan istri hamba, Yaa Allah.. hanya kepadaMu lah aku menyembah, dan hanya kepadaMu lah aku meminta pertolongan." Kalimat itulah yang selalu Ali utarakan setiap menitnya.

Ia tidak sendiri, ada Rizky dan Atries yang setia menemani. Mereka juga tak kalah khawatirnya dengan Ali. Bersama-sama mereka memanjatkan doa untuk Prilly dan bayinya.

"Pak Ali? Silahkan masuk. Bu Prilly menyebut nama anda terus sedari tadi." Ucap salah satu perawat. Ali pun segera masuk.

Dilihatnya sang istri yang sedang berjuang antara hidup dan mati. Ali tak kuasa menahan airmatanya. Ia genggam tangan Prilly, dan menciumnya berulang kali.

"Kamu pasti bisa! Semangat, sayang.." Ucap Ali lembut meskipun ia sedang kesakitan karena tangannya dijadikan bahan cengkraman Prilly.

Tak lama, suara tangisan bayi menggema hingga seluruh penjuru ruangan. Ali mengucap syukur sebanyak-banyaknya pada Tuhan, karena telah mengabulkan doanya. Tak lupa, ia mencium kening Prilly cukup lama.

"Makasih, Sayang.. makasih.." Ucap Ali. Prilly pun tersenyum.

"Udah brojol, Li?"

"Yesss punya ponakann!!!"

Ali menyesal telah membawa mereka kesini. 'Heboh banget' batinnya.

"Bisa diem ga sih? Anak gue belum ada semenit lahir. Ntar kalo dia ngamuk trus minta balik lagi ke perut bini gue gimana? Mau tanggung jawab?"

Rizky dan Atries terdiam mendengar ucapan tegas Ali. Prilly hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Mau liat bayinya ya? Mau gendong? Nanti ya, dia lagi dimandiin." Ucap Prilly.

Setelah dibersihkan, Prilly langsung menggendong sang bayi. Betapa bahagianya dia, diberikan rezeki yang sangat mulia di usianya yang baru menginjak 21 tahun.

"Wait, ni anak mirip banget sama bapaknya. Wih Li, mantep juga lo." Puji Rizky. Ali tersenyum bangga.

"Secara, dia kan cowok. Wajib mirip gue. Ya kan, sayang?" Prilly mengangguk terpaksa.

"Btw namanya siapa nih?" Tanya Atries. Ali dan Prilly saling memandang dan tersenyum.

"Adrian Meshach Pradipto." Ucap mereka bersamaan.

"Kenapa depannya harus A? Kenapa ga R aja biar sama kayak gue? Biar gantengnya bisa nular gitu ke gue."

Ali, Prilly, dan Atries hanya diam sambil memasang muka jijik mereka.

"Makanya, bikin dong. Biar Adrian ada temennya." Bujuk Prilly sambil melirik Atries. Atries yang paham pun langsung mengusap tengkuknya.

"Nanti deh gue bikin, mumpung gaada jadwal. Sehari langsung 30 ronde!" Ucap Rizky ngasal. Atries tak segan memukul pelan lengan suaminya.

"Tega banget lo, bini lo pingsan kecapekan baru tau rasa." Tegur Ali.

"Udah ah. Napa jadi nyambungnya kesitu? Prill, aku sama Rizky pulang dulu ya. Sehat-sehat terus kamu dan si bayi." Pamit Atries sembari memeluk Prilly.

"Gue pulang ya Li, jaga anak lo yang keterlaluan gantengnya. Jangan sampe digodain tante-tante."

"Iya tau gue, makasih yak udah nemenin dari tadi. Titi dj."

Setelah Atries dan Rizky pulang, Ali langsung menggendong Adrian. Dikecupnya berkali-kali sang anak. Mata, alis, bibir, persis seperti Ali. Sedangkan hidung dan bentuk wajahnya seperti Prilly. Ciptaan yang sempurna, bukan?

                                   ♡♡♡

Hari ini, rumah megah Ali dan Prilly di penuhi dengan ibu-ibu dan bapak-bapak yang sangat gembira atas kelahiran cucu pertama mereka.

"Aduhh, gantengnya cucu oma..." Ucap Mama Ully saat melihat Adrian tersenyum. Mama Nova, Papa Rizal, dan Papanya Ali pun juga begitu.

"Aduh, Ma, Pa, bukannya kita ga ngizinin, tapi Adrian ga boleh dikekepin gitu. Sesak dia." Tegur Ali.

"Abisnya keterlauan gemesnya. Parah sih ini. Ga kebayang gedenya kayak apa." Oceh Mama Nova.

"Ya pasti mirip Ali lah, Ma. Liat aja mata, alis, sama bibirnya. Yakin nanti banyak yang ngejar-ngejar dia." Ucap Ali dengan bangga.

"Yang pasti dia lebih ganteng dari kamu. Liat aja hidungnya, bentuk wajahnya, Prilly banget." Ucap Papa Rizal.

*suara tangisan Adrian*

"Ehhh mau nyusu nih, Prill." Ujar Mama Ully. Prilly langsung sigap dan izin ke kamar untuk menyusui Adrian.

"Haus ya nak? Yuk sini sini nyusu yuk sama Mommy. Cup cup cup.. anak Mommy yang ganteng.." Oceh Prilly sambil menyusui Adrian. Rupanya, ini sudah masuk jam tidur Adrian, pantas dia terus menangis.

"Sayang?"

Prilly menoleh. Terlihat Ali masuk kamar. Ia menghampiri box Adrian, dan melihat putranya tertidur sangat pulas.

"Gantengnya anak Daddy, nanti kalo gede jangan macem-macem ya, nak. Jadilah cowok yang 11 12 sama Daddy. Yang selalu jagain Mommy, sayang keluarga, dan setia." Dumel Ali sambil mengusap lembut kepala Adrian.

"11 12 sama kamu?" Tanya Prilly mengulang ucapan suaminya. Ali mengangguk.

"Berarti kamu berharap Adrian punya potensi digodain pelakor dong?"

Ali tersenyum. Sudah 2 bulan berlalu, namun kebencian Prilly belum juga surut. Menurut kabar dari orang kepercayaan Ali, Bella sudah pindah ke luar negeri dan mungkin sudah menemukan pria disana.

"Kita ga boleh membenci seseorang sampai segitunya. Kamu boleh marah sama dia, tapi sewajarnya aja. Itu udah 2 bulan yang lalu. Sekarang, kamu cuma boleh liat masa sekarang dan masa depan. Kita harus sama-sama besarin Adrian. Apapun yang terjadi, kita harus sama-sama."

Prilly tersenyum. Seperti lagu, masa lalu biarlah masa lalu. Sekarang sudah ada Adrian yang melengkapi keluarga kecil Ali dan Prilly. Semoga ia bisa menjadi putra pertama yang cerdas, seperti namanya.



















Ada usul buat nama panggilan Adrian? Silahkan tulis di bawah👇

Till The End (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang