Part 11

17.5K 1.2K 7
                                    

"Papa!!"

Prilly memeluk erat tubuh gempal sang Papa. Kue yang sedari tadi berada ditangan Papa Rizal pun beralih menjadi di tangan Mama Ully.

"I miss u so much, Dad! Kenapa balik ke Jakarta ga bilang aku?" Prilly sangat merindukan sosok pelindung dirumahnya. Papa Rizal hanya terkekeh pelan sambil membelai rambut belakang Prilly.

"Kalo Papa bilang, bukan suprise namanya. Sekarang kamu ucapin terima kasih sama Ali. Karena Ali yang udah bikin semua ini. Kamu beruntung, Princess."

Prilly melepaskan pelukannya dan beralih menatap Ali yang berdiri tepat dibelakang Prilly. Senyum manis tak pernah hilang dari wajah Arab itu.

"Maafin aku yang belum bisa jadi calon istri yang baik untuk kamu. Maafin aku yang udah pernah bentak kamu. I know i'm wrong but do you forgive me?"

Ali menatap intens kedua bola mata hazel dihadapannya. Lil Princess nya kini sudah dewasa. Wajahnya begitu menggemaskan, tak mungkin jika Ali tidak memaafkannya. Bilanglah Ali 'pedofil' karena dia mencintai anak 10 tahun dibawah umurnya.

"Is that you? My lil Princess? You've grown up, honey. Of course i forgive you."

Prilly tersenyum bahagia. Di hari ulangtahunnya yang ke 19, ia mendapat hadiah yang sangat istimewa dari Tuhan; Ali, pilot andalan Indonesia, peraih penghargaan pilot terbaik, akan menjadi pendampingnya dalam menjalani hidup.

                              ***

Setelah acara suprise party kecil-kecilan di taman, Ali pun mengajak Prilly pulang. Mama Ully dan Papa Rizal sedang ada urusan jadi tugas Ali sekarang untuk mengantarkan Princess pulang ke rumahnya.

"Kamu ngapain, Sayang? Dashboard aku kenapa dibuka tutup gitu?" Tanya Ali yang bingung dengan tingkah Prilly. Prilly hanya tersenyum singkat dan membuka lagi dashboard yang baru Ali tutup.

"Princess, what do you do? Once again, don't touch dashbord. You understanding?" Ali berusaha menahan emosinya. Ali bukanlah tipikal orang yang emosian tapi jika sudah menyangkut mobil, tak ada toleransi bagi Ali sekalipun itu orang yang ia sayang.

Prilly masih tetap membuka tutup dashboard mobil Ali. Entah apa alasannya, mungkin ia sedang bosan. Tangan kiri Ali berulang kali menahan tangan Prilly untuk menyentuh dashboard. Tapi percuma, Prilly tidak menghentikan aksinya.

Dengan sekali hentakan, tangan Prilly berhasil menjauhi dashboard. Tapi sayangnya, tangan Prilly terluka. Mungkin karena tercakar kuku Ali yang lumayan panjang.

"Udah berapa lama kamu ga gunting kuku? Sumpah sakit."

Ali menarik napas, dan menghembuskannya secara perlahan. Berulang kali sampai emosinya hilang. Setelah merasa tenang, Ali langsung mengambil tangan Prilly yang terluka dan menciumnya.

"Sekarang giliran aku yang salah. Forgive me?"

"Kamu ga salah. Tangan aku yang salah. Gatel banget pengen rusakin dashboard mobil kamu. Gapapa lah ini hukumannya. Kamu fokus aja nyetir. Aku ga mau mati konyol disini."

Ali tersenyum. Digenggamnya tangan Prilly sambil pandangannya fokus pada stir.

"Li."

"Hmm?"

"Kamu ultah tanggal berapa?"

Ali memandang Prilly sebentar lalu fokus lagi ke stir mobinya.

"26 Oktober. Kenapa?" Tanya Ali. Prilly tampak berpikir.

"Kamu kan beda 10 tahun sama aku, jadi.... 29! Tua ya kamu. Hehe." Ali terkekeh menyadari kepolosan Prilly.

"Tua gini tetep kece kan?" Tanya Ali pede.

"Up to you, Captain." Jawab Prilly diiringi dengan kekehannya.

"O iya kamu mau dikadoin apa?" Tanya Prilly lagi. Ali menggeleng pelan.

"Di umur yang hampir mencapai kepala tiga, aku ga minta yang aneh-aneh. Cuma kamu dan orang-orang yang aku sayang berada disamping aku pun itu udah jadi hadiah terindah dalam hidup aku."

Anggaplah Prilly spechless mendengar ucapan bijak Ali.

"Aku ada satu permintaan lagi di hari spesial ini." Ucap Prilly.

"Apa?"

"Hug."

"Nanti kalo udah sampai rumah. Now, ur time for sleep. Good nite, Sweetheart. Akan aku bangunin kamu kalo udah sampai."

Prilly pun tertidur dengan selimut barca yang Ali ambil di jok belakang. Wajah Priĺly terlihat sangat damai bila sedang tidur.

"Maknya ngidam apa ya pas ngandung dia? Bening banget hasilnya." Gumam Ali pelan sambil tetap menyetir.

Setibanya dirumah, Ali langsung membangunkan Prilly. Untungnya, Prilly cepat terbangun. Meskipun setengah sadar, Prilly bisa dengan benar berjalan menuju ruang tamu.

"Kamu langsung pulang?" Tanya Prilly saat nyawanya mulai terkumpul sempurna.

"Iya. Udah malam banget, ga baik cowok cewek belum mukhrim berdua di satu rumah. Malam-malam pula."

"Tapi kan aku minta peluk."

Ali menepuk pelan jidatnya. Ia lupa akan hal itu. Dirinya langsung memeluk dan mengangkat tubuh mungil Prilly ke udara.

"It's done. Thank you, bae." Ucap Priĺly saat Ali sudah menurunkannya.

"Anything for you, honey. Yaudah aku balik dulu ya. Bye, good nite."

Mobil alphard Ali pun perlahan menghilang dari pandangan Prilly. Prilly tersenyum riang sambil bersenandung kecil menuju kamarnya.

                             ***

"Lo yang bocorin tempat rahasia kita? Jawab!"

Adisti hanya terdiam. Elisa tak pernah terima dengan semua ini. Dirinya di DO dari sekolah dan kini menjadi incaran polisi. Elisa yakin, semua ini pasti karena Adisti, Mila, dan pilot sok jagoan itu.

"Lo harus kembali kayak dulu, Sa. Jadilah Elisa yang gue kenal! Sumpah, lo bukan Elisa sekarang. Gue mau Elisa yang penyayang dan lembut kembali! Bukan cewek jahat dan kasar kayak lo!"

PLAK!

Satu tamparan mendarat mulus di pipi kanan Adisti. Adisti terperangah. Ia benar-benar tak mengenal siapa perempuan yang berada dihadapannya.

"Gausah banyak bacot! Sekarang lo cuma kasih tau tempat Prilly tinggal dan pisau ini ga akan mampir di leher lo!."

Adisti lemas melihat pisau yang sangat tajam diayun-ayunkan Elisa. Adisti bingung. Ia berada dalam pilihan yang sulit. Mengorbankan dirinya agar Prilly selamat atau mengorbankan Prilly agar dirinya selamat.

"Lo boleh sakitin gue! Tapi please, gue mohon, jangan sakitin Prilly. Dia anak baik. Dia ga pantes lo sakitin." Ucap Adisti lirih.

TAK!

PLAK!

SRETT!

Darah segar mengalir tepat diwajah Adisti. Tak putus, namun lehernya terlihat sedikit terbelah. Pisau yang digunakan pun sudah penuh darah.

"Gue ga butuh anak buah! Gue bisa cari dia sendirian! Prilly, lo ga aman sekarang."











Dah malam. Bacanya besok aja. Bhay.

Till The End (New Version)Where stories live. Discover now