Part 20: spesial untuk kalian yang setia sama cerita ini

19.5K 1.2K 17
                                    

3 jam berlalu, resepsi pernikahan Ali dan Prilly pun sukses digelar dengan sangat meriah. Para tamu yang hadir tak lain tak bukan adalah teman satu maskapai Ali dan beberapa teman kampus Prilly. Sanak saudara mereka berhalangan hadir di acara pernikahan karena sedang sibuk-sibuknya. Meski begitu, Ali dan Prilly tetap mendapat hadiah dari seluruh kerabat keluarganya.

"Sayang.. capek.." Ucap Ali manja. Prilly tak menggubrisnya. Ia fokus melepaskan pernak-pernik yang menggantung di kepalanya.

"Capek tidurlah, Say.." Jawab Prilly sangat lembut. Bibir Ali mengerucut.

"Why?" Tanya Prilly yang tak sengaja melirik wajah cemberut Ali.

"Pikir aja sendiri." Ali melepaskan sepatu dan jasnya dengan kasar. Selimut ia tarik sampai kepala.

Prilly hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Ali sangat manja hari ini. Efek kecapekan mungkin?

"Kamu mau aku ngapain? Hm?"

Ali menyembulkan sedikit kepalanya untuk menatap Prilly. Sejenak kemudian, Ali terbangun dengan selimut ia lempar sampai menubruk pintu.

"Sini," Ali menepuk-nepuk pahanya. Prilly yang mengerti pun pindah posisi menjadi duduk di paha suaminya.

"Kamu itu, kalo suami ngambek, cium kek apa kek. Jangan didiemin gitu aja. Layani suami dengan baik dong Sayang," Tutur Ali dengan lembut. Prilly mengangguk kecil.

"Jadi kalo suami ngambek, istri wajib cium suami gitu?" Tanya Prilly dengan polosnya. Ali mengangguk mantap.

"Kamu tau dong apa yang harus kamu lakuin sekarang?"

"Cium kamu." Jawab Prilly agak malu. Terbukti dengan wajah yang ia palingkan ke arah lain. Ali terkekeh pelan.

CUP

"Di pipi doang nih? Yang disini ga?" Goda Ali sambil menunjuk bibir merahnya. Pipi Prilly makin memanas. Semburat merah semakin jelas terlihat.

CUP

Ali memegangi bibirnya sambil tersenyum hangat. Prilly masih enggan menunjukkan wajahnya yang sudah seperti kepiting terlalu lama direbus.

"Thanks, sweetheart. I love you." Ucap Ali lalu mengecup kedua pipi Prilly.
*posisi Prilly hadap2an sama Ali*

"Gausah malu gitu, dong. Aku kan suami kamu."

"Aaaaa Ali.." Prilly merengek karena Ali terus menggodanya.

"Kamu udah ga ngambek lagi kan?" Tanya Prilly dengan wajah imutnya. Ali tampak berpikir.

"Masih ga ya.." Wajah Prilly berubah lesu. Ali tersenyum.

"Ngambek aku udah pergi, kok. Kan udah dikasih vitamin sama kamu." Ucap Ali sedikit 'mesum'. Prilly yang memang anaknya sangat polos hanya bisa mengkerutkan kening pertanda tak mengerti arti ucapan Ali.

"Vitamin apa? Perasaan aku ga bawa kotak vitamin deh. Kotak vitamin aku tinggal di rumah tadi." Sanggah Prilly dengan polosnya.

"Udah gausah dibahas. Yuk tidur, udah malam banget ini. Besok kita kan mau honeymoon." Ceplos Ali. Mata Prilly terbuka sempurna.

"Honeymoon? Kita honeymoon? Demi apa?" Ucap Prilly dengan nada menginterogasi. Ali menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Ok, aku keceplosan. Kita honeymoon besok di suatu tempat. Kamu ga boleh tau." Jawab Ali.

"Honeymoon emang harus mendadak gitu, ya?" Tanya Prilly. Ali mengangguk.

"Biar cepet berbuah." Gumam Ali tepat ditelinga Prilly.

"Kita honeymoon bawa pohon pisangnya Mama?"

Ali mengerutkan alisnya. Kok jadi nyambungnya ke pohon pisang?

"Kok pohon pisang sih, Sayang?" Tanya Ali bingung.

"Kan tadi kamu bilang biar cepet berbuah, itu artinya kita harus bawa pohon honeymoon biar buahnya cepet numbuh kan?"

Ali menghembuskan napasnya pelan kemudian tersenyum amat manis pada istrinya. Ini Prilly yang begitu polos atau Alinya yang kelewat mesum ya?

"Besok aku jelasin, ya. Yuk mending sekarang kita tidur." Ajak Ali. Mereka pun tertidur dengan posisi Prilly didekap oleh Ali.

                                 ♡♡♡

7.45 a.m

Ali dan Prilly sudah turun ke lobby hotel untuk menyantap sarapan. Tak lupa mereka membawa barang-barang untuk dibawa pergi ke suatu tempat yang Ali pilih.

"Kamu kenyang makan telur dadar sama sosis doang?" Prilly mengangguk.

"Aku emang ga bisa makan nasi pagi-pagi. Maklum, udah lama tinggal di luar jadi susah hilang kebiasaannya." Jawab Prilly sehabis mengunyah sosis.

"Kamu pernah tinggal di luar? Kok aku gatau sih?"

"Kamu yang ga pernah tanya." Balas Prilly tak mau kalah.

"Ceritain dong."

"Actually, aku 13 tahun tinggal di Paris. Waktu itu Papa berbisnis sama orang asli sana. Awalnya aku sama Mama nolak ikut, tapi ujung-ujungnya ikut juga setelah Papa ngasih tau berapa lama dia harus tinggal disana."

Ali tak memotong penjelasan Prilly. Ia terus mendengarkan sambil sesekali melahap nasi merahnya.

"1 tahun aku disana, kangen banget sama tanah air. Aku sampe mogok makan gara-gara Mama Papa nolak ajakan aku untuk balik ke Indo. Hingga pada suatu saat aku ngerti alasan mereka nolak waktu aku ajak pulang. Mereka cuma mau anak perempuan satu-satunya dapet banyak hal yang luar biasa disini. Mulai dari pendidikan, teman, bahkan tempat tinggal. Kasih sayang Papa sama Mama bener-bener besar buat aku. Aku sangat berarti bagi mereka. Sebisa mungkin mereka berusaha bahagiain aku gimanapun caranya."

"5 tahun aku di Paris, aku punya teman. Edward namanya. Dia baik banget, tulus berteman sama aku, sering nolongin aku waktu aku lagi butuh bantuan, dan selalu ada disamping aku kala aku sedih. Dia satu-satunya cowok yang bisa klop temenan sama aku. Wajar, aku orang Indonesia yang jelas berbeda dari segi suku, negara, dan bahasa. Tapi entah kenapa Edward gampang banget temenan sama aku. Mungkin karena dia punya darah Indonesia dari Mamanya ya."

"Tapi itu berlangsung cuma 1 tahun. Tahun berikutnya, Edward menjadi korban tabrakan antara truk dan mobil pribadi. Aku shock banget dengernya saat itu. Aku langsung otw kerumah sakit jam 3 pagi demi liat kondisi dia. Tapi sampe sana, aku dapet kabar lebih mengejutkan lagi. Edward udah dipanggil Tuhan."

Ali awalnya merasa cemburu karena Prilly terlihat sangat membangga-banggakan Edward. Tapi setelah mendengar kabar buruknya, Ali langsung termenung.

"Aku ga nyangka dia bakal ninggalin aku secepat itu. Sehari sebelum peristiwa itu terjadi, dia sempet ngasih kalung gitu. Sampai sekarang pun masih aku simpan. Cuma kalung itu kenang-kenangan yang ngingetin aku sama Edward." Nafas Prilly memburu. Airmata perlahan keluar dari mata indahnya.

Ali pun memeluk istrinya dengan penuh sayang. Rasa cemburunya berganti menjadi rasa iba. Ternyata nasib pertemanan Prilly tidak seindah nasib kehidupannya.

Awalnya aku emang niat vakum, tapi gajadi setelah aku pikir 2 hari 2 malem! Hehe

'Dunia orange' inilah sarana aku berkomunikasi sama kalian. Ya kali aku ninggalin tempat ternyaman aku.

Aku masih tetep jadi penulis abal-abal kok.

Till The End (New Version)Where stories live. Discover now