Part 16

15.9K 1.2K 15
                                    

2 mobil Fortuner terparkir agak jauh dari tempat penyekapan Prilly. Tentunya mereka adalah anak buah Papa Rizal.

"Jangan sampai lengah! Karena ini menyangkut keselamatan Nona Prilly dan temannya." Ucap salah satu anak buah yang sepertinya pemimpin diantara yang lain.

Satu persatu orang suruhan keluarga Prilly pun turun dari mobil sambil berjaga-jaga.

Setelah dirasa aman, mereka pun masuk. Total ada 10 anak buah. 5 masuk lewat pintu belakang, dan 2 berjaga di pintu samping, dan 3 lagi berjaga disekitar lokasi penyekapan.

Didalam, Prilly terkulai lemas tak berdaya. Perutnya tak lagi merasakan lapar karena sudah terlalu larut dalam kesedihan. Makanan yang kemarin dikasih pun sudah ia buang. Sedangkan Mila, ia pingsan dari 2 jam yang lalu.

"Selamatkan aku, Tuhan.. aku mohon.." Ucap Prilly sambil menahan sakit di perut dan kepalanya.

"Non Prilly?"

Wajah yang sedari tadi disembunyikan pun langsung mendongak ke sumber suara. Mata Prilly berbinar.

"Edo?"

"Ayo, non. Ntar ketahuan." Ucap Edo, salah satu anak buah kepercayaan Papa Rizal.

"Tapi Mila pingsan diruang sebelah, Do." Lirih Prilly.

"Mila sudah dibopong sama yang lain ke mobil. Tinggal non Prilly yang belum. Ayo non."

Edo pun membuka ruangan Prilly dengan ujung kawat yang sengaja ia bawa. Edo merangkul majikannya sampai luar gudang penyekapan.

"Makasih, Do."

"Sama-sama non. Ini sudah kewajiban saya." Jawab Edo ramah.

Mereka pun masuk di mobil yang berwarna putih. Beberapa alat medis pun memenuhi mobil itu. Tangan Prilly diinfus, Prilly sangat kekurangan cairan selama 1 minggu.

Sedangkan Mila, ia diperiksa salah satu dokter keluarga Prilly. Dokter itu memberikan Mila alat untuk membantunya bernapas.

Edo mengeluarkan IPhone nya. Segera ia mendiall nomer seseorang.

"Bawa mereka berdua ke polisi, dan bakar semua tempat yang mereka jadikan ruang penyekapan."

Prilly merasa bersyukur. Hikmah yang ia ambil dari kejadian ini adalah, seberat apapun masalah yang menerpa, kita tetap harus tabah, dan berserah diri kepadaNya. Sebab, Tuhan akan mengabulkan permohonan kita dengan cara yang tak pernah terduga.

                                  ♡♡♡

Handphone Ali bergetar. Rizky yang melihat Ali tertidur pun langsung mengambil handphone Ali dan menjawab panggilan dari seseorang.

"Halo, maaf, ini saya Rizky, teman Ali. Ada yang bisa saya sampaikan pada Ali?" Ucap Rizky memulai obrolan.

"Saya Rizal, calon mertua Ali. Saya disini ingin memberi tau bahwa Prilly sudah ditemukan dan sedang dirawat dirumah. Memangnya, Ali kenapa?"

Rizky senang mendengarnya. Ia yakin, Ali akan bahagia juga mendengarnya.

"Alinya lagi sakit, Om. Padahal udah saya bilangin kalo dia juga harus jaga kesehatan. Tapi ya gitu, egoisnya dia kambuh. Jadi deh sekarang akibatnya." Adu Rizky. Disisi lain, Papa Rizal terkekeh.

"Yasudah, titip Ali ya nak Rizky. Kalo ada apa apa, bilang saya. Dan sampaikan ke Ali, bidadarinya udah ditemukan."

"Siip, Om!"

"Assalamu'alaikum"

"Waalaikumsalam."

Rizky menutup telepon. Ia tersenyum mendengar kebahagiaan sahabatnya sudah kembali.

"Lo harus cepet sembuh, Li. Calon bini lo udah balik!"

"Hah?"

Ali terbangun dari tidurnya. Mata yang masih 5 watt pun ia paksa untuk bangun. Rizky setengah kaget. Bukannya Ali masih pulas?

"Lain kali, kalo mau bangun bilang dulu. Bikin orang kaget aja."

"Cepet kasih tau kenapa?"

Rizky mengeryitkan dahinya.

"Kenapa apanya?"

"Ya kenapa lo keliatan happy gitu?"

"Iyalah gue happy. Calon bini lo balik."

Ali terdiam. Sesaat kemudian ia jingkrak-jingkrak di kasur.

"Woi! Per nya rusak, bego! Duduk!"

Ali tak menghiraukan perkataan Rizky. Ali terlalu bahagia. Saking bahagianya, ia lupa dengan sakit yang dirasakan.

"Lo masih sakit, Li. Tiduran aja dulu."

"Gue sembuh!"

Rizky menaikkan sebelah alisnya. Ali memang hiperaktif. Kasur yang semula rapih pun berantakan karenanya.

"Lo baru sakit 2 hari yang lalu dan sekarang sembuh?" Tanya Rizky tak percaya.

"Iya." Jawab Ali singkat lalu melanjutkan aktifitasnya jingkrak-jingkrak tanpa melihat ekspresi datar Rizky.

                               ♡♡♡

Prilly terbaring lemah dikamarnya. Berbagai alat medis pun menemaninya. Awalnya memang agak risih, namun Prilly berusaha menikmatinya. Toh ini juga untuk kesehatannya.

"Prill?"

Prilly memiringkan kepalanya untuk melihat siapa yang masuk.

"Mama?"

Mama Ully pun memeluk anaknya erat. Airmata tak mampu untuk ia tahan. Ibu mana yang tega melihat kondisi anaknya yang terbaring lemah tak berdaya?

"Orang yang nyekap kamu udah diurus pihak berwajib. Sekarang kamu aman, Sayang. Kamu aman.."

Prilly ikut menangis melihat betapa sayang sang ibu kepadanya.

"Aku kangen Mama, Papa, dan Ali. Aku kangen kalian semua." Ucap Prilly disela isak tangisnya. Mama Ully menghapus sisa airmata yang mengalir di pipi anaknya.

"Kita semua juga kangen banget sama kamu, Sayang. Bahkan Ali sampai sakit karena mikirin kamu."

Prilly kaget mendengarnya. Ali sakit?

"Ali sakit? Gimana keadaan dia, Ma?"

"Kamu tenang ya, Sayang. Ada Rizky yang menjaga dia selama disana. Sekarang kamu harus mentingin diri kamu dulu. Berapa lama kamu ga makan, Nak?"

"1 minggu."

Mama Ully merasa gagal menjadi seorang ibu. Pedih rasanya mendengar Prilly yang harus menahan lapar selama itu.

"Tapi Mama tenang aja. Aku kuat, kok. Buktinya aku ga mati kan?"

"Sst! Kamu ga boleh ngomong gitu, Sayang. Badan kamu drop banget sekarang. Kamu bisa bohong tapi badan kamu ga. Kamu kekurangan banyak sekali asupan. Mila aja sampai harus dilarikan kerumah sakit karena tensinya yang sangat amat rendah. Pokoknya kamu ga boleh kuliah sampai badan kamu fit lagi. Apapun alasannya, kamu harus istirahat." Ucap Mama Ullu dengan tegas. Prilly memang harus ditegaskan. Tidak makan seminggu adalah kalimat paling horror untuk Mama Ully. Prilly memang kuat, dia masih bisa menahan sakitnya tidak makan. Tapi hal itu sangat tidak wajar.

"Iya, Ma." Jawab Prilly lembut.

"Yaudah Mama keluar dulu, ya. Kalo butuh apa apa, tombol merah selalu aktif disamping ranjang kamu. Selamat istirahat, Sayang."

Mama Ully pun keluar kamar. Prilly kalut dalam pikirannya. Ali sakit, dan jauh darinya.

"Ku tak bisa.. jauh.. jauh.. darimu..
Dan tak bisa.. jauh.. jauuhh.. darimu..." Suara Prilly terdengar sangat lirih menyanyikan sepenggal lagu yang sangat mewakili perasaannya. Ia berharap, Ali bisa mendengar suara hatinya saat ini.















Kembali lagi dengan author keche disini!! *apaan sih:v

Sesuai permintaan kalian, Prilly aku bebasin! But sorry ya kalo ga seru karena keyboard ngajak beranten daritadi. Hehe:v

Till The End (New Version)Where stories live. Discover now