Part 17

17.4K 1.2K 22
                                    

Beberapa hari kemudian...

"Bangun Sayang"

"Prilly.."

Prilly masih saja menelungkup dibalik selimut. Seakan-akan ada magnet di ranjangnya itu.

Prilly sudah sangat baik kondisinya. Sakit dan memar disekujur tubuhnya telah hilang. Mama Ully dan Papa Rizal tak henti-hentinya mengucap syukur atas membaiknya kondisi Prilly yang bisa dikatakan sangat sulit untuk bisa bertahan.

Dan Mila, ia juga sudah membaik walaupun sampai sekarang kakinya masih merasakan sakit yang luar biasa. Namun Mila tetap ceria seperti dulu.

Elisa, ia masih diproses oleh pihak berwajib. Seluruh kejahatannya masih ditindak lanjut oleh pihak kepolisian.

"Katanya mau jemput Ali.. jadi ga nih?"

Prilly langsung terduduk di ranjangnya. Ia mengucek-ngucek mata yang masih berkekuatan 3 watt itu. Setelah nyawanya terkumpul semua, Prilly melihat jam dindingnya.

"Kenapa Mama ga bangunin aku dari tadi?"

Mama Ully menghela pelan napasnya. Sifat Prilly memang tidak berubah.

"Mama udah dari 1 jam yang lalu bangunin kamu. Kamunya aja yang kebo. Pasti lagi mimpiin oppa oppa Korea."

Prilly cengengesan. Tebakan Mamanya memang selalu benar. Tapi tenang, cintanya hanya untuk pilot tampan kebanggaannya.

"Udah cepet mandi. Setengah jam lagi Ali landing." Titah Mama Ully.

Prilly pun berdiri dan berjalan menuju kamar mandi. Mama Ully hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah sang anak yang masih kekanak-kanakan.

                                 ***

Prilly sangat cantik dengan baju berwarna hitam dan tas pemberian dari Papanya

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.

Prilly sangat cantik dengan baju berwarna hitam dan tas pemberian dari Papanya.

"Morning Papa, Mama.." Sapa Prilly ketika dirinya sudah turun ke ruang tamu.

"Udah siang, Princess." Jawab Papa Rizal.

Prilly tertawa malu menyadari kekeliruannya.

"Mau sampai kapan kamu berdiri di situ? Katanya mau jemput Ali." Tegur Mama Ully. Prilly menepuk pelan dahinya.

"Yaudah aku berangkat dulu, ya. Assalamu'alaikum." Pamit Prilly sembari mencium kedua tangan orangtuanya.

"Waalaikumsalam. Be careful, Princess." Balas Mama Ully.

Tak butuh waktu lama, mobil Fortuner miliknya sudah terparkir sempurna didepan gate 3, bandara internasional Soetta.

Pria bertubuh tegap dengan pakaian pilotnya menghampiri mobil itu. Koper besar dan tas ransel pun ia taruh di bagasi.

Till The End (New Version)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ