Part 30

14.5K 980 12
                                    

Suasana rumah yang biasanya hangat kini menjadi tegang. Hanya terdengar tetesan air dari keran yang baru saja dimatikan.

"Kamu ga denger ucapan aku setiap mau berangkat kerja, ya? Kamu anggap ucapan aku tuh angin berlalu. Iya?"

Prilly semakin tak berani menatap wajah suaminya. Kalau Ali sudah berbicara seperti itu, tak akan ada yang berani berkutik.

"Aku ngoceh panjang lebar setiap hari bukan tanpa alasan. Aku sayang sama kamu. Aku tau, kamu pengen banget ngelakuin hal yang kamu suka, tapi sekarang belum bisa, Sayang. Aku mohon, kejadian ini jangan sampai terulang lagi."

"Dan untuk Bi Tika, tolong peringatkan istri saya. Lapor ke saya kalo dia tetap ngotot." Lanjut Ali. Bi Tika mengangguk pelan.

Ali pun beranjak dari sofa dan berlalu ke kamar. Terdengar suara pintu kamar yang dikunci.

"Bi.. Ali marah banget ya sama aku?" Tanya Prilly ketika Bi Tika mengusap lengannya.

"Ga kok, Nyonya. Tuan sayang sama Nyonya. Mana mungkin marah? Tuan cuma kecewa aja kok." Ucap Bi Tika menenangkan majikannya yang sudah ia anggap seperti anaknya sendiri.

Kejadian Prilly terjatuh ketika memasaklah yang membuat Ali berubah dingin seperti ini. Ali yang kala itu masih tidur, langsung bangun dan lari dari kamar menuju dapur setelah mendengar teriakan Bi Tika. Untung tidak ada yang luka. Meskipun begitu, Ali sangat menyayangkan sifat istrinya yang teledor. Lupakah dia jika ada bayi di rahimnya?

Bi Tika merasakan pundaknya basah. Ia menoleh dan melihat Prilly menangis.

"Nyonya? Kok nangis? Jangan nangis atuh.. Bibi jadi khawatir.." Bi Tika pun menghapus airmata yang mengalir deras begitu saja di pipi chubby Prilly.

"Ali marah sama aku Bi.. selama ini dia ga pernah sedingin ini sama aku." Ucap Prilly disela tangisnya.

"Tidak ada suami yang bisa marah lama-lama sama istrinya. Coba diomongin baik-baik. Bibi yakin, semua pasti bisa kayak semula."

Prilly memeluk erat Bi Tika. Bagi Prilly, Bi Tika adalah mama ke 3 setelah mamanya sendiri, dan mertuanya. Bi Tika lah yang menemani Prilly ketika mama dan mertuanya sedang tidak bisa menemaninya. Bi Tika juga yang menenangkan Prilly jika sedang ada masalah. Seperti sekarang ini.

                                    ♡♡♡

Jam sudah menunjukkan pukul 8 pagi, tetapi Prilly masih betah di ranjangnya. Sebenarnya ia sudah terbangun 3 jam yang lalu, namun Prilly sengaja masih terdiam di ranjang demi menunggu suaminya bangun. Rasa bersalah masih terasa di benaknya.

"Kamu ga masak lagi? Udah pagi lho." Suara serak Ali mengagetkan Prilly yang masih melamun.

"Maaf.." Ucap Prilly pelan. Ali tersenyum samar.

"Sini deh, aku mau ngomong." Prilly pun mendekat pada suaminya. Sudah siap dengan omelan yang akan keluar dari mulut Ali.

"Aku ga akan marah sama kamu. Buat apa marah? Bikin muka ganteng aku keriput. Aku juga tau, kamu paling ga bisa dibentak."

"Cuma aku kesel aja sama kamu. Kenapa sih cantik-cantik teledornya minta ampun? Hm? Kamu boleh masak, tapi ga sekarang Sayang.. untung kesabaran aku tinggi. Coba kalo ga, nangis semaleman kali kamu karena aku bentak-bentak." Lanjutnya sambil mengusap-usap rambut Prilly.

"Masa aku ga boleh masak sampai ngelahirin? Boleh dong.. janji deh hati-hati." Bujuk Prilly. Ali akhirnya mengangguk.

"Tapi janji ya, kejadian kemarin ga boleh terulang. Kemarin yang pertama dan terakhir. Gaada season 2 nya." Prilly mengangguk dengan semangat. Perempuan lain seusianya mungkin semangat jika diajak nonton ataupun shopping. Beda dengan Prilly. Hanya dengan memasak sudah bisa membangkitkan mood nya.

"Yaudah aku masak ya. Kamu mau dimasakin ap...."

"Aku ikut! Yuk."

Prilly pasrah ketika Ali menarik tangannya.

'Posesif!' Batin Prilly.

                                   ♡♡♡

"Hati-hati, Say.."

"Motong bawangnya jangan deket-deket!!"

"Pisaunya yang agak tumpul aja yang."

"Jangan deket-deket kompor!!"

"Aku panggilin Bi Tika ya buat bersihin lantainya. Biar kamu nyaman."

Prilly menatap Ali dengan tatapan tajamnya. Bayangkan, Prilly memotong bawang saja dikomen.

"Pertama, motong bawang setiap orang itu beda-beda dan gaya aku motong bawang itu emang harus deket. Kedua, pisau tumpul memperlambat aku untuk masak dan hasil potongannya ga bagus karna tumpul. Ketiga, aku mau deket-deket kompor kek mau nyemplung ke kompornya sekalipun ga masalah karna kompornya mati. Kalo nyala pun aku agak menjauh. Dan keempat, lantai dapur bersih. Aku bisa kok masak dengan hati-hati. Kasian Bi Tika kamu suruh buat bersihin ini yang emang udah bersih." Ucap Prilly panjang lebar. Ali terdiam.

"Aku mau masak dengan tenang. Mending kamu duduk aja diruang makan. Tunggu masakan aku selesai disana daripada repot-repot komentar cara masak aku."

Ali mengalah. Ia bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menuju ruang makan. Tiba-tiba terdengar ringtone dari handphone nya.

"Rizky? Tumben nelpon pagi-pagi." Gumam Ali lalu mengangkat panggilan.

"Holaaa ma bro!!"

Ali agak menjauhkan handphone dari telinganya. Suara Rizky sangat mengagetkan.

"What happen aya naon? Tumben lo nelpon jam segini. Kangen? Lusa juga ketemu." Ucap Ali dengan tingkat kepedean yang luar biasa.

"Udah punya bini juga masih ae kepedean. Nih lo denger baek-baek. Pastiin telinga lo kagak soak habis ini."

"Lo mau ngomong apaan curut?"

"Besok gue tunangan!!!!!!!"

Hampir saja Ali membanting ponselnya. Tunggu, tunangan? Sahabatnya yang jomblonya sangat memprihatinkan mau tunangan?

"Demi apa lo tunangan? Besok? Wah nge-prank gue ya lo?" Tanya Ali tak percaya.

"Ya Allah.. ada ya sahabat kayak lo. Tega banget. Kesannya kayak gue ga laku amat. Ini bener bro! True! Emang lo doang yang bisa dapet bini bule? Gue juga bisa."

"Nih ceritanya lo mau ngasih tau doang atau sekalian ngundang gue sekeluarga?"

"Dua-duanya. Jangan lupa besok dateng yak! Lokasi nya gue kirim di WA. Babhayy!! See u tomorrow!!!!"

"Iy..."

Tuuuuuuutt

"Kurang ajar. Belum gue selesai ngomong udah dimatiin aja." Dumel Ali.

"Siapa sih say?"

Saking asyiknya bertelpon, Ali sampai tak sadar jika Prilly sudah disampingnya.

"Si Rizky. Dia mau tunangan besok. Kita disuruh dateng."

Mata Prilly berbinar. Tak salah kah ini?

"Cepet banget. Perasaan terakhir ketemu dia ga cerita tentang cewek. Eh sekarang udah mau tunangan aja." Ucap Prilly mengingat-ngingat terakhir ia bertemu dengan sahabat suaminya itu.

"Apalagi aku yang hampir setiap hari ketemu dia. Jangan-jangan dia cuma boongin kita doang lagi." Prilly menepuk lengan Ali agak keras.

"Kamu sahabatnya mau tunangan malah mikirnya yang enggak-enggak. Menurut aku sih ini beneran. Mungkin aja dia gamau pacaran segala macem."

"Ya lagian tumben aja gitu dia ga cerita sama aku. Biasanya kan apa-apa dia kasih tau ke aku." Bela Ali.

"Yaudah mending kamu sarapan aja dulu. Nasgornya udah siap."

Mereka pun sarapan sambil berbincang ria~~~

















Maaf ya baru update lagi dan maaf juga kalo semakin kesini semakin absurd:v maklum, amatiran banget aku.

Tapi meskipun begitu, vote dan komen tetep ya. Ingat, hargai orang yang sudah mengetik walaupun sedikit.

Till The End (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang