[45]Jalan hidup masing-masing[revisi]

326 10 0
                                    

Kita hanya merencanakan, dan Tuhan yang menakdirkan.
-Author
🌸🌸🌸

Sasya menatap Vando yang sedang duduk di hadapannya. Vando yang merasa ditatap lalu mengangkat wajahnya.

"Kenapa? Ada yang salah? " tanya Vando.

"Nggak ada. "

Setelah acara kelulusan, gue udah nggak pernah ketemu lagi sama lo Nan. Lo di mana? Gue kangen sama lo, batin Sasya.

"Sya, are you okay? "

"Yeah, i'm good. "

Vando masih mengamati perubahan wajah Sasya. Setelah acara kelulusan itu, Sasya terlihat murung. Apa karena ia tak lagi bertemu Nando? Atau Sasya sudah mengetahui kabar kepergian Nando?

"Kamu mikirin apa sih Sya? Pasti mikirin Nando kan? " tanya Vando.

"...."

"Apa susahnya sih Sya lupain Nando? Dia udah nyakitin kamu juga."

"Gue yang nyakitin dia. Gue yang udah  ninggalin dia Van, bukan Nando yang salah. Di sini gue yang salah. "

"Lo nggak akan pernah ketemu Nando lagi, dia udah pergi Sya. "

"Pergi? Pergi kemana? "

"Nando ambil beasiswa keluar negeri. Jadi, kamu nggak akan ketemu sama dia lagi. "

Sasya mengerutkan keningnya membuat kedua alisnya menyatu, "Luar negeri?! Emang dia ke negara mana?"

"Aku dan mama nggak tau, kemarin pagi dia berangkat sendiri. Nando nggak mau aku sama mama antar. Mama sebenarnya nggak rela biarin Nando pergi. Tapi,  kamu tau sendirikan sikap Nando, dia keras kepala. "

"Kemarin dia pergi? " tanya Sasya.

"Iya. "

Itu artinya, kemarin yang gue lihat bener Nando. Apa gue udah telat? Apa gue harus nyerah sekarang? Nando! batin Sasya.

"Gue mau pulang Nan, " ujar Sasya.

"Nan?! "

"Eh, Van. Sori gue nggak fokus. "

Vando mencoba menyembunyikan emosinya. Ia mengangguk singkat lalu pergi diikuti Sasya yang berjalan di sampingnya.

Sekarang, gue nggak akan biarin lo direbut siapapun Sya. Lo milik gue, cuma gue yang berhak milikin lo, batin Vando.

Sasya membiarkan Vando merangkul pundaknya. Ia tak peduli, toh Nando sudah pergi dari hidupnya. Yang masih menjadi pertanyaan di benaknya adalah. Kenapa Nando tidak memberitahunya? Apa ia bisa hidup tanpa kehadiran Nando? Tanpa mencintai Nando lagi? Dan apakah ia juga bisa kembali jatuh cinta kepada Vando?

"Makasih Van, gue masuk dulu, " ujar Sasya keluar dari mobil Vando.

Sebelum keluar Vando sempat menarik tangan Sasya. Membuat gerakan Sasya tertahan. Mata mereka bertemu, Vando mengunci pandangannya. Sasya membeku di tempat.

Kenapa dia nahan tangan gue? batin Sasya.

Vando mendekatkan wajahnya dengan Sasya. Sasya bahkan bisa merasakan hembusan nafas Vando. Vando sedikit memiringkan kepalanya, ia semakin mendekat ke arah Sasya.

"Stop! Gue harus pergi sekarang, " ujar Sasya menahan tubuh Vando dengan tangannya.

Fuck! batinVando.

Sasya segera keluar dari mobil Vando. Ia tak mau kejadian itu terulang lagi. Sekarang Sasya sedang ingin sendiri. Meratapi nasipnya yang akhirnya menyerah  pada keadaan. Ya, Sasya menyerah pada takdirnya.

Apa arti kepergian lo yang sebenarnya Nan? Lo ngehindari gue? Nando! Gue sayang sama lo, batin Sasya.

Sasya membenamkan kepalanya ke dalam bantal. Ia mengigit bibir bawahnya, mencoba menahan isakan tangisnya.

Nando! Gue sayang sama lo! batin Sasya.

"Sekarang lo punya jalan sendiri dan gue juga punya jalan sendiri. Sekarang kita tak lagi berjalan bersama, berjalan dalam tujuan yang sama. Lo pergi mencari jalan yang lain. Dan gue, gue cuma bisa diam di tempat lo ninggalin gue, " ujar Sasya menatap bingkai foto dirinya dengan Nando.

"Selamat tinggal Nando. Gue harap lo bahagaia tanpa gue, dan gue juga akan bahagia tanpa lo. "

===

"Ini jalan gue. Jalan yang udah gue pilih, mau ada Sasya atau nggak hidup gue tetep akan berjalan. Selamat tinggal Sya, gue harap lo bersama orang yang lo cintai nantinya, " ujar Nando pada dirinya sendiri.

Nando merebahkan dirinya di atas tempat tidur. Kini ia harus menjalani kehidupan seorang diri. Menghindari takdir adalah pilihan yang sulit. Dan kini,  Nando harus mulai terbiasa menjalani kehidupannya.

===

Vote+coment
-brilliantradhea

For Sunrise [COMPLETED]Where stories live. Discover now