[26]Kritis[revisi]

266 12 0
                                    

Di saat lo terluka sebenarnya gue jauh lebih sakit dari apa yang lo rasain
-Sasya
🌸🌸🌸

Malam ini seperti biasanya, Nando pergi ke area balap. Di sana sudah ada Martin dan teman-temannya yang lain.

"Kesini juga lo. Udah lama gak liat lo gue, "ujar Denis.

Nando hanya tertawa mendengar ucapan Denis yang diarahkan kepadanya,"Biasa gue sibuk. "

Saat Nando sedang asyik mengobrol dengan Martin dan Danis, Rio menghampiri Nando.

"Ada yang nantang lo malam ini, " ujar Rio menepuk pundak Nando.

Nando menaikan alisnya,"Masih ada yang berani nantang gue nih? "

Ucapan Nando membuat temannya yang lain tertawa. Dalam hal membalap memang Nando adalah jagoannya, ia selalu menang di area balap. Deru motor dari kejauhan mengalihkan perhatian semua orang di area balap malam ini.

"Itu yang nantang lo, "ujar Rio menunjuk orang tersebut.

Nando menatap lekat lelaki yang sedang turun dari motornya itu. Ia membulatkan mata, tidak percaya dengam penglihatannya sendiri. Lelaki itu berjalan menghampiri Nando yang masih diam di tempat dengan sejuta emosinya.

"Dunia sempit ya! " sapa lelaki itu.

"...."

"Gimana kabar cewek murahan lo itu?!" ujar lelaki itu yang mendapat balasan tinju di wajahnya.

"BRENGSEK LO! "

"Udah Nan, gak usah di dengerin," ujar Martin menengahi pertengkaran mereka.

"MAU LO APA?! "

"Lo tanya mau gue?! Mau gue lo jauhin Sasya!"

Nafas Nando kembali memburu, "Mimpi lo! Lo, Rendi! Gak bakalan bisa dapetin Sasya!"

"Gue tantang lo. Kalo lo menang di area balap ini, gue akan jauhin Sasya dan gak akan ganggu kalian lagi. Tapi, kalo gue kalah lo yang harus putusin Sasya dan jauhin dia. "

Nando mengerutkan dahinya, "Lo, berani nantang gue?! Ayo, siapa takut! "

Rendi mengangguk singkat. Ia kembali menaiki motornya. Begitu juga dengan Nando, ia mengambil motornya dan segera menaikinya. Deru motor mereka beradu di tengah sunyinya malam. Nando dan Rendi saling berpandangan. Rendi mengajungkan jempol tangannya yang sengaja dibalik di hadapan Nando. Dalam hitungan ketiga perlombaan antara Nando dan Rendi segera di mulai.

Satu.... Dua.... Tiga....

Nando mulai memimpin permainan, ia meninggalkan Rendi yang masih tertingal jauh di belakang.

Gue punya kejutan buat lo, batin Rendi.

Jarak keduanya lumayan jauh, Nando masih saja memimpin. Rendi sepertinya begitu santai, ia sama sekali tidak ada niatan untuk mengejar Nando. Nando mencoba mengurangi kecepatannya, ia menenggok ke belakang memastikan keberadaan Rendi di sana.

Karena terlalu fokus dengan keberadaan Rendi. Nando kehilangan keseimbangan. Rendi tidak menyia-nyiakan keadaan itu. Kini Rendi berada di sampin Nando.

Dari arah berlawanan ada mobil dengan kecepatan tinggi. Nando mencoba menghindari mobil tersebut. Namun, tiba-tiba Rendi sudah berada di samping Nando, ia dengan sengaja mendorong motor Nando dengan satu kakinya. Kejadian itu membuat Nando kehilangan keseimbangan, motor besar miliknya beradu dengan mobil di depannya.

Bruk!

Nando mengalami benturan yang keras di bagian kepalanya. Pandangannya mulai memudar, dan hilang. Rendi segera pergi dari tempat kejadian itu. Banyak orang yang sudah berkumpul di tempat kejadian itu.

"NANDO! "teriak Martin yang panik melihat kondisi temannya itu.

Nandopun langsung di bawa ke rumah sakit terdekat. Sedangkan, pengendara mobil tidak di temukan keberadaannya.

===

Sasya sedang menikmati coklat panas buatannya. Karena di luar hujan ia memilih duduk di teras rumahnya dengan secangkir coklat panas.

"Tumben di rumah? Biasanya pergi sama Nando, " ujar Bunga yang kini duduk di samping Sasya.

"Nando lagi ada urusan katanya mah. Kenapa tiba-tiba perasaan Sasya jadi nggak enak ya mah? "

"Coba kamu hubungi Nando. "

Sasya mengangguk singkat. Ia mengecek ponselnya, mencari nomor milik Nando. Namun, hasilnya sama saja.

Nomor yang anda tuju sedang sibuk..

Nan, lo di mana sih? Kenapa gue jadi khawatir sama lo? Batin Sasya.

Karena cemas Sasya meminum coklat panasnya. Ponselnya berbunyi, ada pesan singkat dari Martin.

Martin
Nando kecelakan!! Ke sini sekarang!

Gelas yang ada di gengaman Sasya terjatuh,"Nando! "

"Kenapa Sya?! "tanya Bunga yang tidak kalah panik melihat perubahan Sasya.

"Nan... Nando kecelakaan mah,Sasya harus ke sana sekarang. "

===

Martin masih mencoba menenangkan mama Nando di sana.

"Nando kenapa Tin? Kok bisa kecelakaan? "tanya Sasya yang tak bisa menahan isakan tangisnya.

Martin berdiri di hadapan Sasya, ia mengusap pundak Sasya mencoba menenangkan dirinya.

"Rendi nantangin Nando balapan. Gue gak tau pasti apa penyebab kecelakaan Nando, tapi gue yakin ini udah direncanai sama Rendi. Brengsek emang dia! "ujar Martin.

Sasya menatap wajah Martin, "Ren... Rendi?!"

"Iya, dia suka sama lo, mangkanya dia mau rebut lo dari Nando."

Percakapan mereka terhenti setelah dokter keluar dari ruang UGD.

"Gimana keadaan anak saya dok? "tanya mama Nando.

Dokter itu menghela nafasnya sebentar, "Benturan keras di area kepala membuat anak ibu kritis saat ini. Kemungkinan dia akan mengalami koma, dan bahkan bisa mengalami amnesia. Saya permisi dulu. "

"NANDO! " teriak Sasya.

Mereka semua masuk ke dalam ruangan Nando. Sasya bisa melihat berbagai alat medis yang melilit tubuh Nando.

"Nando, "ujar Sasya yang mulai melemah.

"Gue bakal kasih perhitungan sama Rendi. Lo tenang aja Nan, " ujar Martin di sebelah Sasya.

Mama Nando mengusap punggung tangan Nando. Melihat itu Sasya memeluk mama Nando dari belakang.

"Lebih baik kita berdoa yang terbaik buat Nando tan, " ujar Sasya yang mendapat anggukan dari Rita mama Nando.

Di saat lo terluka sebenarnya gue jauh lebih sakit dari apa yang lo rasain, batin Sasya.

Sasya mengusap air matanya yang dari tadi enggan berhenti.

"Ayok Sya gue anter lo pulang, " ujar Martin meraih tangan Sasya.

"Gue mau nunggu Nando di sini. "

"Lo butuh istirahat, besok baru lo boleh nugguin Nando," ujar Martin kembali membujuk Sasya.

"Sya, kamu pulang dulu, malam ini, biar tante yang jaga Nando, " ujar Rita melempar senyum ke arah Sasya.

Sasya mengangguk pasrah. Ia menggusap pipi Nando sebelum dirinya pergi.

Malam ini hujan masih setia menyapa bumi pertiwi. Sasya menatap dari balik kaca mobil milik Martin. Ia kembali mengingat Nando, membuatnya meneteskan air matanya.

Tuhan jangan ambil dia dari dekapku, batin Sasya.
====

Vote+coment
-brilliantradhea

Salatiga, 10 Januari 2018
02.44pm

For Sunrise [COMPLETED]Where stories live. Discover now