[30]Kembali mengenang[revisi]

227 12 0
                                    

Bagaimanapun caranya kita melupakan, jika masih melekat kata sayang semua hanya akan menjadi sia-sia.
-Author
🌸🌸🌸

Sudah satu bulan, Nando tidak lagi bersama Sasya. Sasya mencoba melupakan Nando, tapi sayangnya ia tidak bisa. Nando terlalu berarti di dalam hidupnya. Sasya kembali menyeka air matanya, kehadiran teman-temannya yang mencoba menghibur Sasya ternyata tidak berhasil. Tak ada lagi senyum cerah yang Sasya suguhkan. Ia lebih suka diam dan mengingat Nando.

Setelah pulang sekolah, Sasya tidak langsung pulang seperti biasannya. Ia mampir ke kedai es krim dekat sskolahannya. Sembari berharap, suasana hatinya kembali membaik. Pintu terbuka, Sasya memilih duduk di meja nomor lima, dekat cendela. Seorang pelayan menghampiri Sasya.

"Selamat datang, mau pesan apa? "

"Saya mau pesen es krim vanila dengan toping parutan coklat di atasnya satu," ujar Sasya.

"Saya ulangi sekali lagi, es krim vanila dengan parutan coklat satu. Tunggu sebentar, " ujar pelayan itu yang dijawab anggukan kepala Sasya.

Sasya kembali teringat Nando. Di sini, beberapa bulan yang lalu ia dan Nando berada di tempat ini, tapi kini hanya ada Sasya sendiri yang menempati meja ini.

"Gue kangen sama lo."

Pesanana Sasya datang. Sasya hanya tersenyum kecil, sebagai tanda terima kasih. Pelayan itu kembali meninggalkan Sasya.

Kling!

Pintu terbuka, di sana ada lelaki yang menatap Sasya dengan datar. Ia berjalan menghampiri meja Sasya. Sasya masih melamun, ia tak tahu kedatangan lelaki itu yang kini sudah duduk di hadapannya.

"Boleh gue temenin? " tanyanya yang hanya mendapat anggukan singkat.

"Lo boleh cerita sama gue. Itu juga kalo lo mau."

Sasya menghela nafasnya pelan, "Gue sayang sama dia. Gue rindu sama dia. Tapi sekarang, dia ninggalin gue sendiri. Bahkan semua orang enggan ngasih tau gue tentang dia."

"Dia pergi, Nando sudah pergi. "

"Semua orang selalu bilang dia pergi. Tapi bagi gue, dia belum pergi. Nando sayang sama gue, dia akan kembali lagi sama gue. Gue... "

Sasya menghentikan ucapannya, ia menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Air matanya kembali menetes. Martin hanya bisa menghela nafasnya melihat Sasya seperti itu.

"Gue nggak bisa bilang apa-apa lagi. Kalo lo butuh bantuan, lo bisa minta tolong ke gue. "

"Makasih, lo baik Tin. "

Sasya menatap panggung kecil yang berada tak jauh dari tempatnya duduk. Ia bangkit dari tempat duduknya, berjalan meninggalkan Martin yang menatapnya bingung.

Di sana ada beberapa orang, sepertinya mereka akan bernyanyi menghibur pembeli yang berada di dalam kedai ini. Setelah mendapat ijin, Sasya duduk di kursi sembari memangku gitar di tangannya. Melihat itu Martin mendekat ke panggung, ia mengeluarkan ponselnya. Sasya menghela nafas singkat sebelum bernyanyi.

Berdiriku disini hanya untukmu
Dan yakinkan ku untuk memilihmu

Dalam hati kecil ku inginkan kamu
Berharap untuk dapat bersamamu

Aku ‘kan ada untuk dirimu
Dan bertahan untukmu

Terlukis indah raut wajahmu dalam benakku
Berikan ku cinta terindah yang hanya untukku
Tertulis indah puisi cinta dalam hatiku
Dan aku yakin kau memanglah pilihan hatiku

Terlukis indah raut wajahmu dalam benakku
Berikan ku cinta terindah yang hanya untukku
Tertulis puisi cinta dalam hatiku
Dan aku yakin kau memanglah pilihan hatiku

(pilihat hatiku -Lavina)

Perlahan kebersamaannya dengan Nando kembali berputar dalam benaknya.

*flasback on

Tertulis puisi cinta dalam hatiku
Dan aku yakin kau memanglah pilihan hatiku.....

Setelah selesai bernyanyi Sasya turun dari panggung. Ia menghampiri Nando yang sedang duduk tersenyum ke arahnya.

"Suara lo bagus. Lagu itu buat gue? "tanya Nando.

"Makasih, enggak tau kenapa kalo gue nyanyi lagu itu pasti lo yang gue bayangin. "

Nando tertawa mendengar ucapan yang keluar dari bibir Sasya. Nando memberikan buket bunga tulip kepada Sasya. Melihat perlakuan Nando membuat Sasya hampir saja menangis, ia terharu diperlakukan seperti itu.

"Gue sayang sama lo Sya. Mungkin lo udah bosen dengar ucapan itu, tapi suatu saat lo akan rindu. Sekali lagi gue sayang sama lo," ujar Nando.

Sasya tak dapat menyembunyikan senyum bahagiannya. Ia meraih buket bunga itu, "Gue akan selalu inget ucapan lo, sampai kapanpun gue akan inget. "

Nando meraih Sasya dalam dekapannya. Sasya tak kalah erat membalas pelukan Nando.

*flasback off

Air mata kembali menetes membasahi pipi Sasya. Ia berhasil menyelesaikan satu lagu. Riuh tepuk tangan membuat Sasya semakin sesak. Kini setelah ia selesai bernyanyi, tak ada lelaki yang memberinya buket bunga, tak ada lagi pelukan hangat, bahkan tak ada lagi ucapan sayang.

Gue rindu sama lo Nan, batin Sasya.

Martin kembali duduk dengan Sasya. Mereka menghabisakan es krim masing-masing. Sasya menarik nafasnya berusaha menormalakan suaranya.

"Gue kangen sama Nando, " ujar Sasya pelan.

Martin menatap mata Sasya yang sendu. Ia menghela nafas sejenak, "Lupain dia, Sya."

"Gimana caranya gue mau lupain orang yang masih gue sayang? Yang ada gue pasti keinget dia."

"Sibukin diri lo aja. Lo suka musik, kenapa nggak ambil kursus musik? Ya biar sibuk aja," ujar Martin.

Sasya diam sebentar, ia memikirkan ucapan Martin barusan, "Thanks saran lo, boleh gue coba tu. "

Hari sudah mulai sore, Sasya segera pamit pulang. Martin berniat mengantarnya pulang, namun Sasya menolaknya karena sopir pribadinya sudah berada di depan.

Sasya keluar dari kedai, ia segera masuk ke dalam mobil, "Pulang ya pak! "

Gerimis kembali menyapa Sasya dari balik kaca mobilnya.

Sampai kapanpun gue akan tetep nunggu lo kembali, batin Sasya.
===

  Vote+coment
-brilliantradhea

   
    
           

For Sunrise [COMPLETED]Where stories live. Discover now