[16]Kebencian[revisi]

251 17 0
                                    

"Kenapa di saat gue mulai jatuh cinta sama lo, lo justru mulai benci sama gue?"
-Nando
🌸🌸🌸

Pagi ini Nando berniatan menjenguk Sasya. Tadi malam kata Bunga, Sasya sudah sadar dan sekarang keadaannya sudah mulai membaik.

Nando segera pergi dengan motor kesayangannya. Ia membelah jalanan ibu kota yang macet. Namun, itu semua tidak menghalangi niatnya menjenguk Sasya. Sebelum benar-benar pergi ke rumah sakit. Nando menyempatkan mampir ke toko bunga. Ia membeli setangkai bunga tulip merah untuk Sasya.

"Pasti Sasya suka," ujarnya.

Nando kembali menjalankan motornya membelah ibu kota.

===

"Sasya makan dulu ya nak?" ujar Bunga terus membujuk putrinya.

Sasya hanya menatap udara kosong di hadapannya. Setelah sadar, Sasya tidak banyak bicara seperti biasanya. Ia masih terpukul atas kepergian Vando. Dan parahnya lagi, semua orang menyembunyikan kebenaran ini darinya.

"Sya, ayolah makan. Nanti kamu sakit sayang," ujar Bunga yang masih setia menemani Sasya.

Cklek!

"Permisi," ujar lelaki yang masih sebaya dengan Sasya.

Lelaki itu melangkah masuk. Sasya tak sedikitpun menoleh ke arahnya. Sasya masih sibuk dengan pikirannya sendiri.

"Biar saya aja tante yang nyuapin Sasya, siapa tau dia mau makan," ujar lelaki itu dengan sopan.

"Kamu Rendi yang kemarin bukan?" tanya Bunga mencoba menginggat lelaki yang ada di hadapannya ini.

"Iya tante saya Rendi."

"Yaudah, yante tinggal dulu," ujar Bunga berjalan ke luar.

"Hai Sya, gue ke sini mau minta maaf soal kemarin. Gue nggak tau kalo jadinya malah bikin lo kayak gini," ujar Rendi mengusap punggung tangan Sasya.

"Semua orang jahat sama gue. Semua orang nyembunyiin kenyataan yang seharusnya gue tau!" ujar Sasya ketus.

"Itu juga demi kebaikan lo Sya."

Sasya mencoba melupakan Vando. Tapi, semakin Sasya mencoba melupakannya, ia semakin sakit.

"Ehem."

Deheman seseorang itu membuat Rendi memalingkan muka menatapnya. Sasya menatap lelaki di hadapannya ini dengan sorot mata yang sulit diartikan.

"Hai Sya, gue bawain tulip buat lo," ujar Nando menaruh bunga itu ke dalam vas.

"Kenapa lo bohongin gue?! KENAPA NAN?!" ujar Sasya yang tak kuat lagi menahan emosinya.

Rendi hanya diam. Ia merasa bersalah. Bukan ini tujuannya menceritakan semua hal ke Sasya. Ia hanya ingin melihat Nando dan Sasya putus. Bukan membuat Sasya sakit dan jatuh kritis.

"Ma..maksud lo apa?" tanya Nando mencoba menenangkan Sasya.

Nando menggusap lembut pipi Sasya. Namun, tangannya segera di tangkis oleh Sasya. Menyadari itu Nando memilih duduk di sebelah Sasya. Di tepi ranjang milik Sasya.

"I hate you Nando Gavin Blade. Lo hanya bikin gue semakin sakit hati, gue benci sama lo!" ujar Sasya terisak.

Nando mencoba menarik Sasya ke dalam pelukannya. Namun, Sasya menolaknya.

"KENAPA LO NGERAHASIAIN INI DARI GUE?! JAWAB GUE NAN?!" ujar Sasya mendorong Nando menjauh dari hadapannya.

"KARENA GUE NGGAK MAU LO KAYAK GINI SYA!" ujar Nando.

"Gue sayang sama lo. Gue mau lo lupain Vando, dia udah mati Sya!" ujar Nando sekali lagi.

"Nggak, Vando belum mati Nan!"

"DIA UDAH MATI! COWOK BRENGSEK ITU UDAH MATI!" ujar Nando mendekatkan wajahnya ke arah Sasya.

Plak!

Sasya menampar pipi Nando cukup keras. "Berhenti ngatain dia brengsek! Lo yang brengsek! Lo cuma mau balas dendam ke gue kan?!"

Hiks...hiks...ruangan itu kini di selimuti tangisan Sasya. Rendi sedari tadi hanya diam mematung menonton adegan di hadapannya. Ia tidak ingin ikut campur urusan mereka.

"..." Nando menegang.

"Kenapa lo diem?! Bener kata gue barusan?!"tanya Sasya.

"...."

Sasya melangkah mendekat ke arah Nando. Ia mencabut selang infus di tangannya.

"Aww.." erangnya.

Nando hanya diam di tempat. Menunggu pacarnya itu melangkah mendekatinya. Sasya menyisakan sedikit jarak dengan Nando.

"Salah gue apa sih Nan? Kenapa lo coba balas dendam ke gue? Apa karena mata ini, iya? Karena mata ini milik Ennola," tanya Sasya.

"Nan, kalo gue boleh milih. Gue milih nggak bisa lihat dari pada harus liat orang menderita di atas kebahagian gue. Gue juga nggak mau kayak gini Nan, hiks..hiks..."

Nando mencoba mendekati Sasya. Ia menarik gadis itu ke dalam dekapannya. Sasya memukul-mukul dada bidang Nando. Tapi, hal itu membuat Nando semakin mengeratkan pelukannya. Ia mencoba menenangkan Sasya. Sasya semakin terisak di pelukan Nando. Isakan itu perlahan menghilang bersamaan dengan kesadaran Sasya yang ikut menghilang.

Nando segera membopong Sasya. Ia menidurkan Sasya dengan perlahan. Di tatapnya wajah gadis itu.

Maafin gue Sya. Emang gue bodoh, gue emang brengsek. Lo pantes marah sama gue, batin Nando.

Nando menatap Rendi yang masih diam dari tadi. "Inikan yang lo mau? Lo mau gue putus sama Sasya kan?!"

Rendi bangkit dari duduknya, "Bagus kalo lo sadar. Gue doain semoga cepat putus."

"Gue kira lo sahabat gue! Nyatanya lo itu gak jauh beda sama sampah. Sama-sam busuk!"

"Lo pikir lo malaikat?! Mirror please!" jawab Rendi melangkah pergi.

===

"Nando, udah malem. Besok kamu sekolah, biar tante sama om yang jagain Sasya," ujar Bunga membangunkan Nando.

"Yaudah tante..om, Nando pulang dulu."

"Hati-hati," ujar David menyuguhkan senyum.

Nando melirik sekilas gadis yang masih tertidur dengan selang infus di tanggannya.

Malam ini jalanan sepi. Nando melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Ia masih teringat semua perkataan dari Sasya.

Apa dia masih mau maafin gue? Atau dia bakalan minta putus sama gue? Kenapa di saat gue mulai jatuh cinta sama lo, lo justru mulai benci sama gue? batin Nando.

"Apapun yang bakalan terjadi. Gue akan terus memperjuangkan lo. Entah lo suka atau enggak gue gak peduli," ujar Nando.
======

For Sunrise [COMPLETED]Where stories live. Discover now