[03]Sepucuk Surat [revisi]

656 102 129
                                    

Kalo lo mudah lupain gue
kenapa gue terlalu sulit ngelakuin hal yang sama
-Sasya
🌸🌸🌸

Sasya membuka mata, kepalanya masih terasa pusing akibat bola basket tadi.

"Kok gue ada di kamar?" Ucap Sasya pada dirinya sendiri.

"Tadi kamu pingsan, trus kamu sadarnya lama jadi kamu di anterin pulang sama teman kamu," ujar Bunga masuk ke dalam kamar Sasya.

Anehnya Sasya hanya bisa mengingat saat dirinya pingsan di lapangan basket, "Emang siapa mah yang nganter Sasya pulang? "

"Seingat mama kalo ngak salah namanya Nando," jawab Bunga melangkah pergi.

Apa gue nanya ke mama masalah Vando sekarang? Batin Sasya.

Sebelum Bunga melangkah keluar Sasya sempat meraih tangannya. Melihat itu Bunga kembali duduk di ranjang.

"Mah, Sasya boleh nanya sama mamah?" Tanya Sasya.

"Apa sayang?" Jawab mama lembut.

"Mama tahu Vando sekarang ada di mana? Sasya pengen ketemu sama dia mah."

"Sasya, lebih baik kamu lupakan Vando."

Perkataan Bunga justru membuat Sasya bingung. Ia tidak tahu kenapa Bunga menyuruh melupakan Vando. Bunga berdiri dan melangkah pergi. Melihat mamanya ke luar dari kamarnya Sasya segera mengikuti Bunga dari belakang.

"Tapi kenapa mah? Apa ada yang salah dengan Vando? Bukannya mamah suka kalo Sasya dekat sama Vando?" Tanya Sasya yang terus melangkah mengejar mamanya.

"Sasya kalo mamah bilang lupakan Vando kamu harus lupakan dia!" Ucap mama dengan tegas.

"Tapi kena...."

"Ada apa mah, Sya?" Tanya David, papa Sasya memotong ucapan Sasya.

Bunga masih terdiam. Melihat itu Sasya melangkah mendekati papanya yang baru saja pulang dari kantor.

"Sasya kangen sama Vando pah. Tapi kata mamah, Sasya harus lupain Vando," jawab Sasya.

"Itu demi kebaikan kamu Sasya," ujar Bunga.

"Tapi mah Sasya cuma pengen denger penjelasan mama."

Sekilas Sasya melihat raut muka papanya yang mendadak pucat saat Sasya menyebut nama Vando.

"Turuti saja perkataan mama Sasya, dia benar ini demi kebaikan kamu sayang," ujar David membuat Sasya semakin kebinggungan.

"Papa sama aja kayak mama!" Ujar Sasya menahan isakan tangis.

Sasya berlari masuk ke dalam kamar dan mengunci pintunya. Air mata yang dari tadi ditahanya kini Sasya keluarkan.

Sasya meraih foto yang ada di meja samping tempat tidurnya. Ada dua orang di dalam foto yang kini Sasya pegang. Terlihat raut gembira dari ke duanya. Itu adalah foto Sasya dengan Vando kekasihnya. Foto itu diambil saat Sasya menikmati sunrise bersama Vando di dekat danau.

"Kenapa mama nyuruh aku buat lupain kamu Van? Aku nggak bakalan bisa lupain kamu, aku sayang sama kamu, kamu terlalu berarti di hidupku, kamu bilang kamu ada di mana, dulu kamu bilang kamu ngak bakal ninggalin aku terus sekarang apa? Kamu bahkan nggak ngasih kabar ke aku, kamu jahat Van, kamu jahat sama aku," ujar Sasya yang masih terisak.

Tok tok!

Sasya melihat sekilas ke arah pintu. Ia melangkah mendekati pintu yang diketuk.

For Sunrise [COMPLETED]Where stories live. Discover now