[29]Kepergian[revisi]

219 11 0
                                    

Gue yakin, seseorang yang pergi suatu saat akan kembali lagi.
-Sasya
🌸🌸🌸

Kepalanya masih terasa pusing. Sasya perlahan membuka matanya. Ruangan yang sama seperti milik Nando. Bedanya hanya ada dirinya di sini, tidak ada Nando. Pintu terbuka, di sana sudah ada Bunga yang berjalan mendekat ke arah Sasya.

"Masih pusing Sya? " tanya Bunga.

"Nando mana mah? "

"......."

"Mah, Nando mana? Sasya mau ketemu Nando, anterin Sasya. "

Bunga bungkam, ia hanya tersenyum ke arah Sasya, "Kalo kamu udah sembuh nanti mama antar. "

"Sasya mau sekarang. "

"Nggak, kamu belum sembuh."

Sasya mengerucutkan bibirnya. Ia menatap Bunga dengan sendu. Bunga hanya menghela nafas pelan. Ia menggusap rambut Sasya dengan lembut.

"Lupain Nando ya Sya. "

Perkataan Bunga membuat Sasya membulatkan matanya lebar. Perkataan yang pernah ia dengar dari mamanya dulu. Perkataan yang membuat Sasya baru menyadari kehilangan seseorang, kehilangan Vando. Kali ini, apa Nando juga meninggalkanya seperti Vando? Sasya mengelengkan kepalanya pelan, ia mendekap mulutnya sendiri. Terlalu sulit baginya menebak ucapan Bunga.
"Maksud mama? "ujar Sasya dengan pelan, hampir tidak bisa didengar oleh Bunga.

"Lupain Nando seperti kamu nglupain Vando. "

"Nggak Nando masih hidup! Nggak mungkin mah! Nggak mungkin! "

Bunga memeluk putrinya itu, ia mengusap dan mengecup kepala Sasya. Sasya masih terisak dalam dekapan Bunga.

"Mah, bilang ke Sasya mama bohong! Bilang mah! "

"...."

"Kenapa Tuhan selalu ngambil orang yang Sasya sayang mah?!"

"Sya, Tuhan tau apa yang terbaik buat kamu," ujar Bunga.

Sasya melepas pelukan Bunga. Bunga menatap Sasya yang terlihat begitu kacau. Ia tahu apa yang dirasakan putrinya saat ini.

Mama nglakuin ini demi kebaikan kamu dan juga Nando, batin Bunga.

"Sasya mau pulang sekarang. "

Bunga menganguk singkat, mengabulkan permintaan Sasya. Dokterpun memperbolehkan Sasya pulang, karena dirasa kondisi Sasya sudah cukup baik. Bunga membantu Sasya membereskan barang-barangnya. Ia membantu Sasya berjalan. Sasya masih diam, ia enggan membuka mulutnya untuk bicara.

Nando, lo jahat! Lo ningalin gue, lo jahat. Nando jahat sama Sasya, batin Sasya.

Sasya masuk ke dalam mobil yang dikendarai Bunga, mamanya. Air mata Sasya kembali menetes. Luka yang dulu sempat menghilang, kini kembali menyapa Sasya. Mungkin mereka rindu melihat Sasya menderita.

"Sya, " ujar Bunga lembut. Namun Sasya masih setia menatap ke luar, entah apa yang sebenarnya ia tatap.

===

Sasya segera turun dari mobil, ia berlari kecil masuk ke dalam kamar. Sasya mengunci pintu kamarnya. Ia merebahkan tubuhnya, lebih tepatnya kini ia duduk di lantai sembari memegang sebuah bingkai foto. Foto itu menampakkan dua orang yang saling bertatapan. Air mata perlahan kembali menetes. Sasya melempar bingkai foto itu sampai pecah. Ia membanting semua barang yang ada di hadapannya.

"Lo jahat Nan, lo jahat sama gue! "

Pyar!  Pyar!

Bunga hanya bisa diam mendengar teriakan Sasya dari kamarnya. Kali ini ia membiarkan putrinya sendiri.

===

"Nando! Nando, tunggu! " teriak Sasya sembari berlari mengejar Nando yang terus berjalan tanpa memperdulikan teriakan Sasya.

"NANDO!! "

Kali ini Nando berhenti berjalan. Ia terdiam menunggu Sasya yang sedang menangis menghampirinya. Sasya segera memeluk Nando, ia tak ingin kehilangan lelaki itu lagi.

"Sasya sayang sama Nando, jangan tingalin Sasya. "

"Gue akan kembali, tapi sekarang ijinin gue pergi," ujar Nando mengusap kepala Sasya.

Sasya mengelengkan kepalanya cepat, "Lo mau kemana? Gue sayang sama lo. "

"Kalo lo sayang sama gue, tunggu gue kembali. "

Nando meningalkan Sasya yang berusaha mengejarnya lagi. Nando berhenti sejenak, ia menenggok ke belakang dan melambaikan tangannya sebelum ia benar-benar kembali berjalan pergi.

"NANDO!!! "

"NANDO!! "

Sasya membuka matanya, keringat sudah membanjiri tubuhnya. Nafasnya masih terengah-engah. Mimpi itu kembali mengingatkan Sasya dengan sosok Nando.

"Gue yakin, lo belum meninggal Nan. Gue akan tunggu lo sampai kapanpun, gue sayang sama lo, " ujar Sasya kembali terisak.

Tok!  Tok!

"Sya, makan dulu ya."

Mendengar itu Sasya segera membuka pintu. Ia turun dari kamarnya. Tak ada satu katapun yang Sasya ucapkan saat bertemu dengan Bunga dan papanya di meja makan. Ia hanya mengaduk-aduk makanan di depannya tanpa ada rasa ingin memakannya. Karena sudah merasa bosan, Sasya meletakkan sendoknya. Ia kembali berjalan masuk ke dalam kamarnya.

"Sya, kamu nggak makan? " ujar Bunga yang hanya dibalas gelengan kepala Sasya.

Pintu terbuka, Sasya segera merebahkan tubuhnya. Untuk saat ini ia masih ingin sendiri. Benar-benar sendiri. Ternyata kepergian Nando berdampak buruk bagi kehidupan Sasya.

"Gue yakin, seseorang yang pergi suatu saat akan kembali lagi. Dan gue pengen lo kembali lagi Nan, gue sayang sama lo. "

Sasya menutup matanya. Ia menghela nafasnya berat dan kembali tertidur.

===

Vote+coment
-brilliantradhe

For Sunrise [COMPLETED]Where stories live. Discover now