[42]Sulit untuk menerima[revisi]

207 11 0
                                    

Kenapa lo lebih milih sama orang yang nggak lo cintai? Itu sama aja lo nyakitin perasaan lo sendiri
-Nando
🌸🌸🌸

Nando masuk ke dalam kelas, ia menatap datar perempuan yang duduk sebangku dengannya. Nando berusaha mengontrol emosinya.

"Hai! " sapa Sasya ke arah Nando.

Jangankan menjawab, tersenyum saja Nando enggan. Nando terpaksa duduk bersama Sasya, karena guru mereka sudah masuk ke dalam kelas. Nando mencoba fokus ke depan, ia berusaha mengacuhkan perempuan di sampingnya.

Sakit Sya, hati gue sakit, batin Nando.

"Nan? " ujar Sasya sekali lagi. Karena tidak mendapat jawaban dari Nando, Sasya kembali fokus kepelajaran.

Tet! Tet!

Tidak terasa, jam istirahat sudah berbunyi. Dengan cepat Nando segera bangkit dan keluar dari kelas. Tak tinggal diam, Sasya segera mengejar Nando ia berusaha berjalan menyamai langkah Nando.

"Nando! " teriak Sasya yang ia yakini Nando mendengarkan suaranya.

Nando mempercepat langkah kakinya, ia tak menghiraukan teriakan Sasya di belakangnya. Langkah kaki Nando berhenti di depan gedung kosong.

"Nando, " ujar Sasya di belakang Nando.

"Ngapain lo kesini? Pergi lo dari hadapan gue!"

"Maafin gue Nan. Maafin gue, gue tau gue salah. Gue udah nyakitin perasaan lo, maafin gue Nan, " ujar Sasya di balik punggung Nando.

"....."

"Nan, gue nggak mau lo benci sama gue. Gue mau lo jadi temen gue Nan."

"Sorry, gue nggak bisa?! " jawab Nando ketus.

Mendengar nada dingin keluar dari kulut Nando, membuat hati Sasya terluka. Ia mencoba menahan air matanya. Sasya mendekat ke arah Nando, ia memeluk laki-laki itu dari belakang.

"Maafin gue Nan, " ujar Sasya yang masih memeluk Nando.

Nando membalikkan badannya, ia menatap Sasya sejenak kemudian memeluk tubuh Sasya dengan erat.

"Gue sayang sama lo Sya," ujar Nando.
Gue juga Nan, gue juga sayang sama lo, batin Sasya.

"Sya, batalin perjodohan lo sama Vando."

"Maaf Nan, gue nggak bisa, " Sasya melepas pelukan Nando.

"Kenapa lo lebih milih sama orang yang nggak lo cintai? Itu sama aja lo nyakitin perasaan lo sendiri, " ujar Nando.

"Lo nggak tau apa-apa tentang perasaan gue. "

Nando menatap Sasya dengan datar. Ia tahu, ia sudah tidak punya harapan lagi. Sasya melempar senyum ke arah Nando yang berdiri menatapnya. Nando membelai lembut rambut Sasya.

"Makasih Nan, lo udah hadir di hidup gue," ujar Sasya.

"Makasih juga, lo udah nyakitin gue. "

"Maafin gue, gue nggak bermaksud nyakitin perasaan lo."

"..."

Sasya melangkah pergi meninggalkan Nando sendiri. Kini, Sasya bisa leluasa mengeluarkan air matanya tanpa takut dilihat Nando.

Sudah selesai, batin Sasya.

===

Vando menunggu di depan gerbang, ia menunggu Sasya keluar dari kelasnya. Pandangannya tertuju pada seorang lelaki yang berjalan sejajar dengan perempuan yang sedari tadi Vando tunggu.  Tanpa menunggu lama,  Vando keluar dari dalam mobilnya.

"Nan, gue bener-bener minta maaf sama lo, " ujar Sasya untuk kesekiaan kalinya.

Nando sudah tahu kedatangan Vando dengan emosi yang terlihat di gengaman tangannya.

"Jauhin tunangan gue! " ujar Vando menarik tangan Sasya agar menjauh dari Nando.

"Gue sadar diri kok! Cewek lo aja yang nggak sadar kalo udah punya tunangan! "ujar Nando dengan nada ketusnya.

Sasya terdiam, ia tidak suka ucapan Nando barusan. Ucapan itu seakan mengangapnya seperti cewek murahan.

Apa Nando yang dulu kembali. Nando yang dingin, yang susah untuk Sasya raih? batin Sasya.

"Ayo Van pulang, " ujar Sasya lesu.

"Sono pergi lo! Dasar cewek murahan! " ujar Nando ketika Sasya berjalan di sampingnya.

Diam, hatinya sakit mendengar makian yang keluar dari mulut cowok yang sampai sekarang masih Sasya sayangi. Lelaki yang pernah mengisi hidupnya, yang pernah memenangkan hatinya. Kini, seolah dia menjadi satu-satunya orang yang berhasil membuatnya terluka.

Vando melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, ia mengamati sejenak perubahan wajah Sasya.

"Gue murahan ya?" ujar Sasya membuat Vando nenatapnya.

"Nggak, kata siapa kamu murahan? "

"......"

"Nggak usah peduliin omongan Nando. Semua cewek yang pergi dari hidupnya, Nando anggap murahan. "

"Berarti gue salah satunya? " tanya Sasya lagi.

"Bagi aku, kamu bukan cewek murahan. Udah nggak usah di dengerin omongan Nando. "

Sasya mengalihkan perhatiannya dengan menatap keluar. Ia mencoba menahan isakan tangisnya. Sasya tidak mau Vando melihat air matanya. Meski sekarang perasaaan untuk Vando sudah mati. Sasya membulatkan matanya, ia membungkam mulutnya sendiri. Di depannya kini sudah ada Nando yang mengendarai motornya. Tapi, bukan itu yang membuat dada Sasya sesak. Tapi wanita di belakang Nando.

Siapa perempuan itu? Secepat itu lo lupain gue Nan? batin Sasya.

===

Nando melajukan motornya dengan cepat, membuat perempuan di belakangnya memeluknya dengan erat. Sekarang Nando tidak memperdulikan siapapun. Termasuk perempuan yang kini memeluknya.

"Thanks ya, lo udah nganterin gue pulang, " ujar perempuan itu turun dari motornya.

"Gue pulang. "

"Eh, tunggu dulu Nan. Gue mau ngoming sama lo."

Nando mengerutkan keningnya, "Ngomong apa lo?"

"Gue suka sama lo. Lo mau nggak jadi pacar gue? " ujar Fani kepada Nando.
====
  

  Vote+coment
-brilliantradhea

For Sunrise [COMPLETED]Where stories live. Discover now