[21]Sakit Hati[revisi]

232 11 0
                                    

Yang namanya luka tetap saja menyakitkan, meski sudah menghilang
-Author
🌸🌸🌸

Sasya membuka pintu kamarnya, ia segera merebahkan tubuhnya.  Kepalanya terasa pening akibat kehujanan tadi.

"Sya,  kamu kenapa sayang? " ujar Bunga mengusap kepala Sasya.

Sasya hanya mengelengkan kepalanya pelan.  Mulutnya seakan enggan terbuka.

"Ganti baju gih,  nanti kamu sakit. "

"Mah,  Nando jahat sama Sasya, " ujar Sasya meraih tangan mamanya.

"....."

"Kenapa selama ini Nando nutupin semua kebenaran dari Sasya? Nando jahat mah, "ujar Sasya terisak.

Bunga kembali mengusap kepala Sasya yang kini ada di pangkuannya,  "Sya, mungkin Nando nggak mau lihat kamu kayak gini. Nggak semuanya salah Nando, Sasya udah denger penjelasan Nando? "

"Sasya nggak mau denger apapun dari dia.  Sasya nggak mau lihat dia lagi mah. "

"Sayang, kamu harus denger penjelasan Nando. Coba kamu mau sejenak dengerin dia,  mungkin kamu akan ngerti, " ujar Bunga menasehati Sasya.

"Buat apa lagi Sasya dengerin Nando mah? Semua udah jelas bagi Sasya, " jawab Sasya.

Bunga menghembuskan nafas berat,  "Nggak ada salahnya kamu dengerin penjelasan dia. Semua terserah kamu Sya.  Udah,  ganti baju dulu sana, nanti sakit kamu."

"Iya mah,  makasih, " jawab Sasya mencoba menyungingkan senyum.

===

Kepalanya masih terasa berat. Suhu tubuh Nando meninggi. Mungkin karena ia terlalu lama kehujanan.  Membuat tubuhnya mengigil kedinginan. Nando meraih ponselnya,ia mencari nama Sasya di sana.

Nando
Sya, lo nggak kehujanan tadi?

Ia tahu semua yang ia lakukan hanya sia-sia.  Tapi nggak ada salahnya juga ia mencoba.  Mencoba meruntuhkan dinding pertahanan Sasya. Nando benar-benar menyesal.  Mengapa ia terlambat menyadari semua ini?

Nando
Lo nggak papa kan Sya? Syukur kalo lo nggak papa:')

Nando
Gue tau lo nggak akan bales chat gue.  Bahkan lo nggak akan baca chat gue:') gue sayang sama lo:*

Nando
Penyesalah datang terlambat Sya.  Lo tau kenapa? Karena kalo datang di awal itu namanya pendaftaran:')

Nando
Lo lagi apa Sya? Lagi mikirin gue? Maafin gue Sya,  gue tau kesalahan gue nggak bakal bisa lo maafin.

Nando
Maaf gue nyakitin lo. gue hanya nggak mau lihat lo,  kayak gini Sya.  Jangan nyakitin diri lo sendiri:')

Nando mengehembuskan nafas kasar. Ia manatap ponselnya,  tidak ada dan tidak pernah ada jawaban dari Sasya.  Kesalahannya terlalu besar, hingga Sasya sulit memaafkannya.

"Shit,  kenapa gue begok!  Agg! maafin guue Sya.  Gue bener-bener nyesel. Gue akan lakuin apa aja, asal lo kembali sama gue. "

===

Sedari tadi ia menatap ponselnya di meja.  Tak ada rasa ingin mengecek ponselnya.

"Ih,  siapa sih ganggu gue aja, " gerutu Sasya mengambil ponselnya.

Sasya memutar matanya malas.  Seharusnya ia sudah bisa menebak siapa penyebab ponselnya terus berbunyi.

"Ngapain lagi lo perhatian sama gue?  Hati gue udah tertutup buat lo! "

Sasya kembali meletakkan ponselnya dan berbaring di tempat tidurnya.  Kepalanya masih terasa pening.

"Hati gue masih sakit,  dan lo yang buat gue sakit, " ujar Saya yang kembali memejamkan matanya.

===

Pagi ini Sasya berangkat sekolah seperti biasanya.  Ada rasa malas untuk pergi ke tempat itu.  Ia malas bertemu dengan Nando lagi. Sasya melangkahkan kakinya masuk ke dalam kelas. Kelas masih sepi,  hanya ada beberapa anak saja yang sudah berangkat.

"Gue duduk sama lo ya? " ujar seseorang membuat Sasya menatapnya.

"Terserah."

Rendi duduk di samping Sasya.  Ia menatap Sasya yang dari tadi menatap lurus ke depan.

"Lo mikir apa? " tanya Rendi menaikan satu alisnya.

"Hah?! "

"Lo lagi mikir apa sih Sya? " tanya Rendi sekali lagi.

"Gue nggak papa,  cuma agak pusing aja. "

"Mau gue anter ke UKS?"

Kenapa gue ngebayangin lo sih Nan? Inget Sya,  dia Rendi bukan Nando, batin Saya.

"Em,  enggak usah Nan,  makasih. "

"Nan?! Nando? " ujar Rendi kebingunggan.

Buset ini mulut,  nyeplos mulu, batin Sasya mengutuki mulutnya sendiri.

"Eh,  maksud gue Ren. "

Rendi mendekatkan wajahnya ke wajah Sasya, "Lo lagi mikirin Nando? Ngapain juga lo mikirin cowok brengsek kayak dia?!"

"......"

"Inget Sya,  dia udah bohongin lo. Bahkan dia nggak ngasih tau lo kalo Vando sebenarnya kakak kandung dia. "

"...."

"Apa lo masih mau dibohongi sama Nando? Lupain dia Sya,  lo masih bisa dapetin yang lebih baik dari pada dia. "

"..."

"contohnya gue, " ujar Rendi di telinga Sasya.

Sasya sontak menoleh ke arah Rendi.  Ia dapat melihat seutas senyum yang mengembang di wajah laki-laki itu. Senyum yang justru menbuat Sasya muak.

"Jangan ikut canpur urusan gue!" ujar Sasya penuh penekanan.

Lo akan jadi milik gue Sya, batin Rendi.

Sasya mencoba menenangkan emosinya. Ia memalingkan muka dari Rendi.

Gue benci sama semua orang,  termasuk lo Ren.  Gue gak suka lo njelek-jelekin Nando di depan gue, batin Sasya.

Belpun berbunyi,  pelajaran pagi ini di mulai.  Sasya mengamati semua murid yang sudah masuk ke dalam kelas.

"Pagi anak-anak! " sapa seorang guru yang masuk ke dalam kelas.

"PAGI PAK! "

"Siapa yang nggak masuk hari ini? " tanyanya.

"Nando pak!  lagi sakit," jawab Martin yang hanya di jawab anggukan kepala.

Nando sakit? Kenapa gue masih sempat khawatir sama lo. Justru ini bagus,  gue gak usah susah payah ngehindar dari lo,  batin Sasya.

====

Vote+coment
Brilliantradhea

Tulungagung, 28 December 2017
10.11pm

For Sunrise [COMPLETED]Where stories live. Discover now