Halaman 43 : A Mr. Forn Mission

Start from the beginning
                                    

"Kami menyelundupkan beberapa box mariyuana ke Afrika dan kebetulan kapal barang milik perusahaanmu juga menuju kesana," Hendri menghela nafas. "jadi, kami menukar box makanan pokok yang akan kau kirim dengan box mariyuana milik kami."

"Apakah kau tahu, bahwa istri dan anakku ikut terbakar dalam kebakaran besar itu?"

Hendri menggeleng pelan membuat Forenzo kalap, lantas menonjok pipi kiri Hendri hingga lebam.

BUGH...

BUGH...

Hendri hanya diam, menikmati setiap pukulan yang dilayangkan oleh Forenzo untuknya. Memang, inilah takdirnya,...inilah akhirnya. Hingga...

JLEB...
Benda tajam itu menancap tepat didada kirinya.

Nafasnya tercekat, sayup-sayup ia melihat wajah bengis Forenzo. Dengan tersenggal-sengal ia berkata, "Ma-maaf-kan....a-aku..."

Bukannya tersadar, Forenzo lebih anarkis lagi. Ia menusukkan pisau dapur itu berkali-kali tepat ditubuh Hendri yang sudah tak bernyawa.

"Kata 'maaf'-mu takkan mampu mengembalikan nyawa istri dan anakku, sialan!!"

"Ini untuk istriku!" Ia menghujam pisaunya tepat dikepala Hendri.

"Dan ini untuk anakku!"

Dan terakhir ia menusuk wajah Hendri yang sudah berantakan.

Mengenaskan. Tubuh yang sudah tidak terbentuk dan juga darah merah yang mengalir deras, mengotori kemeja dan juga celananya.

Tidak ingin membuang waktu, akhirnya Forenzo mencuci tangan di closet dan membuang pisaunya disana. Ewh, itu sangat menjijikan.

Forenzo memanjat ventilasi yang cukup lebar untuk melarikan diri. Dan berhasil.

Setelah itu, agar ia menghilangkan barang bukti, Forenzo membakar kemeja, celana, dan sepatunya kemudian memakai pakaian yang baru saja ia beli.

Darimana uang itu berasal? Ia menjawab sangat tenang, "Aku tidak sengaja mendorong seorang nenek hingga terjatuh ke selokan karena ia tidak mau memberikan dompet kecilnya kepadaku."

✺✺✺

Jum'at, 12 Januari 2016

Seorang pria terlihat sedang berkomunukasi menggunakan ponsel pribadi miliknya dibelakang halaman.

"Bagaimana?"

"..."

"Apakah semuanya  siap?"

"..."

"Baiklah, jangan sampai rencana kita gagal seperti kemarin"

"..."

"Ya. Kita laksanakan rencana X, aku yakin pasti akan berhasil."

Ia mematikan telfon tersebut, lalu berjalan masuk ke dalam mansion bercat putih gading. Tersenyum ketika ada pembantu yang menyapa dirinya.

"Mr. dipanggil Tuan diruang kerjanya,"

Pria yang disebut 'Mr' itu segera menuju ruang kerja tuannya. Ia segera membungkuk ketika berpaspasan dengan seorang lelaki muda berahang tegas.

"Ada keperluan apa anda memanggilku, Tuan?"

Lelaki tersebut hanya tersenyum kecil. "Siapkan keperluanku, malam ini aku akan berangkat."

"Dilaksanakan, Tuan." Sang tuan melangkah pergi menjauh dengan senyum yang menghiasi wajah tampannya.

Setelah membungkuk, 'Mr' itu mulai menyunggingkan senyum miringnya seakan menyembunyikan sebuah rahasia besar dan misterius.

"Tinggal kita tunggu waktu bermainnya, Tuan."

Prince Of Sea [REVISI]Where stories live. Discover now