/96/

4.4K 159 110
                                    

17:56 WIB, Jakarta-London

[Conversation between Jesara Salvia & Fabian Theodore Wijaya]

Jesara: "Halo? Abi? Are you there?"

Fabian: "Ya. Hai, Yara. It's been a while since we heard each other"
Fabian: "So, how is it?"

Jesara: *tertawa dengan pelan* "Yah, aku baik. Ini sudah hari kedua kamu keluar ya?"

Fabian: "Iya. Bisa cium wangi parfum bulgari yang dulu aku gak suka"

Jesara: "I know. Hm... Jadi, kamu sudah makan apa aja selama keluar?"

Fabian: *menghela nafas* "Belum. Aku balik ke apartement masih cari sisa-sisa surat lisensi praktik. Papa bilang aku baru boleh tes sertifikasi sekitar tiga tahun lagi. Kamu gimana? Sudah jadi arsitek lagi?"

Jesara: "Iya, passion. It's my life. My whole life. Jadi setahun yang lalu aku baru bisa mulai buka konsultan lagi dan yah, aku mulai dari nol"

Fabian: "Hm. Glad to hear that. Jadi, kamu sama Leon gimana?"

Jesara: "Kamu tau kan aku sama dia itu selalu jadi bahan gosip disini. People talk about it everytime. Jadi aku sama Leon menikmati aja. Lucu aja pergi ke gala atau award-award itu dan mereka tanya, 'kapan kalian menikah lagi?' Funny isn't it?"

*lalu mereka berdua tertawa bersama*

Jesara: "Aku rasa kalau nanti Leon lamar aku dengan pikiran warasnya, aku mau ya sama dia. Kamu kan sedang mengejar-ngejar perempuan itu"

Fabian: "Yara... Ini lucu tapi aku yakin kamu sedang nyindir aku. Kamu tau kan kenapa aku begini?"

Jesara: "Tenang aja, Bi. Aku tau kenapa kamu harus terlihat meyakinkan. Aku pikir kalo akting kamu yang sekarang kurang meyakinkan. Let me tell you this. Kamu harusnya dekati dengan pelan-pelan. Like, do your job like you used to dan tetap cari perempuan itu"

Fabian: "I know"
Fabian: "I'm on it. Tapi Papaku masih kelihatan gak percaya. Give me time, dan aku akan lamar kamu"

Jesara: "Hm..."

Fabian: "Gak sampai menemukan perempuan itu, tapi sampai mereka yakin kalau aku menyesal dan Papa gak ikut campur lagi sama lisensi aku"

Jesara: *menghela nafas* "Ah iya, Abi. Gimana kalo ternyata perempuan itu hamil anak kamu?"

Fabian: "Kamu jangan bodoh begini, Yara. We both know she didn't. Lagipula Papa aku itu keras. Kalau benar aku punya anak pasti sudah diambil sama Papa dan Mama"

Jesara: "I said what if. Mungkin aja kan? Apa yang mau kamu lakuin ke perempuan itu?"

Fabian: "Hm. Then you know what should you do. Aku cuma harus akting buat meyakinkan Papa sama Mama"

Jesara: "Semangat kalau gitu. Denger ya Bi, apapun yang aku lakuin sekarang, aku mau jangan sampai seperti kemarin. I'll wait tapi kamu jangan lama-lama"

Fabian: "Ya. Dan kamu jangan berlaku bodoh kayak kemarin kalau mau hubungan kita lancar"

Jesara: "Okay, sayang. Aku tunggu kamu, kamu punya waktu semau kamu buat meyakinkan Papa kamu itu kalau kamu sudah bisa handle Wijaya sendiri. I'll be here..."

Fabian: "Hm. Jangan lupa nanti, kalau aku sudah kelihatan capek dan yah you know kan? Cara main biar kelihatan 'kamu yang selalu ada buat aku' Yara?"

Jesara: "Gampang"

Fabian: "As always, Yara. Jangan sampai seperti kemarin. Kamu gak mau lagi ada orang lain diantara kita kan?"

Jesara: "Makanya kamu yang cepet dong yakinin orang tua kamu, brengsek..."

Fabian: "Yara..."

Jesara: "Okay. Aku becanda. Jangan serius-serius, Bi. Kalau serius mending kita menikah aja sekarang. Hahaha"

Fabian: "Fine. Yara?"

Jesara: "Apa?"

Fabian: "Wait for me and the diamond ring"

Jesara: "Aku selalu tunggu kamu sama cincin jelek kamu Fabian Theodore Wijaya"

Fabian: "Tunggu aku dan jadi anak baik, Yara"

Jesara: "Mungkin maksud kamu jadi Wanita baik-baik ya, sayang?"

Fabian: "Kamu tau kita gak butuh wanita baik-baik buat aku ini, kan?"

Jesara: "Kamu suka yang kasar ya?"

Fabian: "Hm..."

Jesara: "Fine. Fabian, aku tunggu kamu. Aku gak akan main-main. Aku serius. I'll be good for us. Jadi kamu, cepet kejar aku dan bikin mereka percaya kita nyesel sama kejadian kemarin. Jangan lama-lama atau aku tinggal kamu kali ini. No second chance, i'll leave you for sure"

Fabian: "Okay. Soon my lady. You have my word"

Jesara: "Oh, dan perempuan itu?"

Fabian: "Siapa? Hellena maksud kamu?"

Jesara: "Iya siapa lagi yang jadi korban kemurkaan kamu buat balas aku? Kamu lupa ya kalau kamu marah sama aku kamu balas aku seperti yang aku lakuin ke kamu? Hah? Aku tidur sama laki-laki lain kamu tidur sama perempuan lain. Dan dengan bodohnya waktu aku nikah sama Leon, kamu yang idiot itu malah menikah sama Elle dan kita berakhir begini"
Jesara: "Don't be such a jerk, Abi. Kamu tau maksud aku"

Fabian: "Hahaha... Okay. Elle? Hm. Dia cuma wrong person in the wrong time"

Jesara: "Jangan sampai ada yang lain"

Fabian: "Iya. Yara..."

...

London,

"Siapa?"

Jesara meletakkan smartphonenya dan memandang pada pria yang sudah berdiri dihadapannya. Mendekati pria itu lalu memutar dan memeluknya dari belakang, "Calon suami aku"

Pria itu berbalik dan membalas pelukan Jesara dengan melingkarkan lengan kokohnya di pinggang perempuan itu, "Hm... Kamu tau kan kamu bisa tinggalkan laki-laki itu dan hidup sama aku?"

"Sweetheart..." Kata Jesara sambil membelai halus rambut-rambut pria itu dan kemudian tersenyum, "Cuma dia yang aku mau..."

"Hm..." Pria itu menjauhkan wajahnya dan menatap dengan bingung, "Terus? Kenapa kamu ada disini?"

"Supaya dia kejar akulah..."

Pria itu tersenyum dan kemudian mengecup pelan bibir Jesara, "Kamu suka dijekar ya?"

Jesara menggelengkan kepalanya, "Kalau kamu mau berlutut buat aku, aku mau sama kamu. Hm? How?"

Pria itu tertawa dengan pelan, "Calon suami kamu yang paling cocok kalau buat hal begitu"

"Memang..." Jesara menegakkan pandangannya dan menatap bibir pria didepannya, "Memang cuma Fabian Wijaya yang cocok buat jadi suami aku"









Fortuity Status :  F I N I S H E D

FortuityWhere stories live. Discover now