/88/

1.4K 133 18
                                    

"Bi kenapa perempuan itu berdarah, Bi?" Tanya Jesara ketika dia melihat Fabian keluar dari ruangan dokter dan laki-laki itu tampak tegang. Sangat tegang bahkan tidak menyadari kehadirannya

Satu setengah jam yang lalu mereka panik membawa Elle yang sudah nyaris pingsan dengan pendarahan dan beberapa luka memar. Jesara yang terlalu panik mengira dia melukai perempuan itu secara berlebihan dan tidak dapat berpikir dengan tenang lalu mulai menyalahkan diri sendiri

Fabian tidak ada bedanya. Laki-laki itu takut jika perlakuan kasarnya diketahui sang ayah dan lisensi praktiknya sebagai psikolog dicabut lalu dia harus mendekam selamanya dalam Wijaya. Sangat takut, sebenarnya dia juga panik karena orang lain menyakiti Elle

Tidak ada yang boleh menyentuh perempuan itu selain dirinya. Tidak ada, bahkan untuk menyakiti istrinya, tidak ada orang lain yang boleh melakukannya selain dirinya.

Tapi baru saja dia mendengar penuturan dokter mengenai keadaan Elle, bukannya senang atau tetap tenang. Fabian kini dilanda rasa ketakutan dan bersalah yang amat sangat. Dia, sudah menghancurkan perempuan itu dan menyakitinya

"Bi. Jawab aku perempuan itu gak mati kan?"

Fabian menatap marah pada Jesara dan menggertakan giginya, "Yara..."

Lalu Jesara ditarik menuju salah satu lorong yang cukup sepi dan Jesara merasa dia telah salah bicara karena laki-laki itu sama sekali tidak tampak senang sekarang

Fabian mengatur nafasnya kemudian melirik sekitarnya dengan gusar

"Kenapa? Apa aku bakal masuk penjara habis ini? Emangnya dia kenapa? Gak sampe sekarat kan?"

"Yara!" Bentak Fabian dan membuat perempuan itu terdiam lalu menatapnya bingung

"Kenapa, Bi? Aku salah apa?"

"Yara. Ini semua salah kamu. Salah Leon. Salah kita. Yara... Aku sudah membunuh anak aku sendiri..." Jelas laki-laki itu dengan frustasi kepada perempuan dihadapannya

"Hah?" Jesara mencoba mencerna apa yang terjadi dan lima detik kemudian dia berkata, "Perempuan itu keguguran? Kamu yakin itu anak kamu?"

"Sialan Yara! Itu anak aku! Iya! Dan kamu tau apa?! Perempuan itu sama sekali gak bilang kalo dia hamil dan..." Fabian tidak melanjutkan ucapannya lalu memukul dinding di sampingnya

Jesara berjengit mundur untuk mencoba mengamati perubahan Fabian yang sangat tiba-tiba dari yang membenci Elle lalu tiba-tiba menjadi semarah ini hanya karena perempuan itu keguguran

"Yara, aku hampir punya anak Yara! Kamu tau kan aku selalu pengen punya anak?! Dan anak itu pergi gitu aja sebelum aku tau aku..."

"Terus salah aku perempuan itu keguguran?!" Potong Jesara dengan marah

Pria itu menatap dengan tidak percaya lalu mengangguk, "Iya! Kalo kamu gak pergi dari hidup aku kemarin, Elle gak akan ngalamin kekerasan kayak gitu dan kamu gak akan balik terus tiba-tiba pukulin dia kayak tadi!"

"Jadi salah aku karena ninggalin kamu dan kamu kasar ke istri kamu?! Hah?!" Jesara menampar pria itu dengan cukup keras dan sekali lagi menatap tajam, "Kamu sialan! Kamu yang salah lah brengsek! Kenapa kamu sekarang peduli sama perempuan itu hah?! Hanya karena dia hamil anak kamu hah?! Karena dia hamil dan aku gak bisa hamil jadi kamu milih dia sekarang hah?!"

"Sialan!" Fabian menghindar dan menangkap lengan perempuan itu, "Yara! Ada hal lain kenapa aku marah begini Yara! Kamu milih Leon dan pergi tanpa kejelasan terus sekarang kamu begini?! Kamu perempuan sialan yang egois Yara! Kamu pikir aku gak pakai otak hah?! Kamu kira aku gak tau kalo kamu cuma main-main sama aku?!"

"Damn! Abi kamu sialan brengsek bajingan! Kamu salahin aku atas kesalahan kamu?! Bajingan sialan!"

"Pergi, Yara! Pergi dari sini atau aku yang seret kamu!"

...

30 menit sebelumnya

Fabian menelpon ibunya karena Bianca mengatakan sebaiknya ibunya datang karena beberapa hal yang ingin Bianca sampaikan selaku dokter kandungan kepercayaan Oktavia.

Sebelumnya Bianca mengatakan kalau Elle sudah melakukan checkup minggu lalu dan janinnya masih memasuki usia 2 minggu. Lalu Bianca mengatakan Oktavia ingin dihubungi kalau-kalau ada hal mendesak dan tidak ingin Fabian yang mengurus segala hal tentang Elle dan kehamilannya.

"Mama! Maksud mama apa soal kehamilan Elle yang mama sembunyiin? Mama mau apakan aku lagi?!"

Oktavia menghela nafas kemudian bertanya, "Jadi perempuan itu gak mau ngebuang janin itu seperti yang Mama bilang? Jadi sekarang kamu tau, Fabi? Jadi mau kamu apakan istri kamu? Mau kamu suruh mati atau melahirkan anak kamu terus kamu ceraikan?"

Fabian mendengus dan menatap tajam pada ponselnya, jadi Mamanya menyuruh Elle menggugurkan janinnya? Lalu kenapa perempuan itu tidak melakukannya? Sialan, Fabian merasa kecolongan dan sangat marah saat ini. "Maksud Mama apa nyuruh Elle gugurin kandungannya?!"

"Santai sayang. Mama kenal kamu, dan Mama yakin kamu gak butuh anak dari perempuan itu kan? Yah, paling kamu mau dia hamil supaya kami gak bisa menyingkirkan dia jauh-jauh kan?" Lalu Oktavia menghela nafas, "Tapi Mama mau dia gak memberikan kamu keturunan sama sekali. Mama tau niat licik kamu, Fabi. Kamu tau Jesara itu gak bisa hamil jadi kamu mau perempuan lain yang kasih kamu anak dan menyingkirkan perempuan itu..."

"Mama!" Bentak Fabian kemudian dan mendapat perhatian dari seluruh orang yang berada dikoridor rumah sakit, "Diam, Mama! Berhenti..."

"Fabi..." Sela ibunya, "Jadi kamu mau singkirikan Elle sekarang atau nanti? Karena Mama sudah lelah bermain sama kamu..."

"Masalahnya sekarang adalah Elle sudah keguguran! Puas?!"

FortuityOnde as histórias ganham vida. Descobre agora