/03/

3.9K 268 3
                                    


Fabian Wijaya baru saja melirik pada tab yang dibawanya ketika Jesara mengetuk pelan pintunya

Jesara sudah akan duduk dihadapan Fabian ketika laki-laki itu berdehem untuk menginterupsinya, "Apa?"

"Kamu yang ngapain disini?"

Jesara mendengus dan menghempaskan bokong cantiknya begitu saja lalu memandang tajam Fabian, "Buat seorang pacar merangkap sahabat merangkap tunangan dan sebentar lagi menjadi suami aku, kamu kayaknya kurang seneng ketemu aku"

Tidak disaat wanita ini baru saja menjalani kencan buta dengan seseorang, maka Fabian masih akan menganggapnya sebagai calon istri. Demi Tuhan, mereka baru dua minggu di London dan Jesara sudah menemukan teman kencannya. "Yeah keep saying, Jesara. I won't buy"

"Ternyata setelah aku pikir, kamu masih jadi orang yang paling mengerti aku"

"Kita kesini buat urusan bisnis, yang katanya Kay kasih ke kita. Aku disini profesional sementara kamu..."

Jesara melirik dengan kesal, "Jadi? Aku bosan ya seminggu ini harus pergi-pergi buat cek-cek lokasi tanpa kamu. Kamu disini ngapain?"

"Seminggu? Don't you forget your date with that pathetic guy"

Dan gadis itu menghela nafas dengan kasar, "Look. Kita punya masalah disini Fabian Wijaya. You and I. No, but us. I don't think we're gonna make it"

Sekarang, Fabian sudah melepaskan kedua kancing teratas kemejanya dan memandang Jesara dengan tatapan tajamnya

"Kamu selalu begini ya? Kamu itu selalu suka marah tanpa alasan, tanpa dengar penjelasan, tanpa tahu apa-apa. Kamu memutuskan sepihak"

"Kalau aku memang begitu, terus kenapa? Kamu berharap aku bakalan minta maaf dan minta kamu kasih kesempatan kedua?"

Jesara menatap nyalang pada tunangannya, "Mungkin, sedikit pengertian"

Fabian menghela nafas, "Listen, Jesara. Aku mau kamu, jadi istri aku"

"Yeah, kamu pikir semudah itu aku mau sama kamu setelah akhir-akhir ini kita semakin renggang bukannya dekat?"

Masalah mereka memang cukup rumit akhir-akhir ini. Selain karena sikap Fabian yang terlalu santai dan tidak peduli, juga karena sikap Jesara yang terlalu ingin perhatian. Bukan. Jesara dengan selingkuhannya dan Fabian yang malas menanggapi serta memperjelas status mereka.

"Kamu bilang kamu butuh kepastian, so i give it to you. Aku sudah lamar kamu, aku sudah menentukan kapan kita menikah. Jadi sekarang apalagi?"

"Do you even love me?"

"Apa perlu aku jawab pake kata-kata sementara selama ini sikap aku sudah menjawab pertanyaan kamu?" Tegas Fabian santai namun masih menatap lekat gadis di depannya

Jesara memejamkan matanya ketika hampir saja luapan emosinya memuncak keluar dari ubun-ubunnya, "Siapa yang tau kita mau menikah? Aku, kamu? Siapa yang tau kita selama ini seperti apa?"

Kali ini, Fabian menghela nafas dengan tenang, "Apa perlu semuanya tau?"

"Perlu. Aku mau semua dipublikasi, semuanya. Kalo kamu gak bisa, kita break"

"Fine, kita break"

Gadis itu termangu lagi, masih mencerna jawaban datar Fabian mengenai keputusannya, "Apa?"

"Kamu mau break kan? Ayo..."

"You need to fix this Fabian. Kamu dan attitude kamu. Kamu yang arogan itu"

Fabian tertawa kecil kemudian menatap tunangannya dengan tenang, "Aku? Kita tau siapa yang attitudenya buruk disini"

"Maksud kamu itu aku?"

"Yeah, admit that. Mana ada perempuan yang bisa-bisanya kencan sama orang lain pas dia sudah punya pasangan Jesara. Hanya kamu orang gila seperti itu" Jelas Fabian ketika Jesara sudah menatapnya dengan marah dan sepertinya akan melayangkan sepatu hak tinggi kesayangan gadis itu kearahnya

"Coba kamu lebih perhatian sama aku mana mungkin aku begini, Fabian Theodore Wijaya"

Fabian menarik lengan kemejanya hingga siku kemudian balas menatap Jesara dengan jengah, "I'm what? Aku kerja buat memenuhi kebutuhan kamu nanti. Louis Vuitton kamu bisa sampai 200jt kamu tau?!"

"Kita break!" Kata gadis itu kemudian menghela nafas dan memijit keningnya

"Sure. Kamu butuh waktu buat tau apa yang kamu mau, Yara. Sana cari laki-laki yang sabar menerima kamu yang gampang bosan dan gonta-ganti teman kencan. Cuma aku satu-satunya yang bisa menerima tingkah kamu itu"

Jesara melirik sekilas ketika langkahnya sudah mencapai pintu ruang kerja laki-laki itu, "Yah, perempuan mana yang sudi bertahan sama batu kayak kamu"

"Kamu. Buktinya kamu selalu kembali setelah selesai main sama mereka"

"Yah karena aku mana pernah bisa main sama kamu karena kamu seperti robot yang selalu aja nurut sama kata aku"

Fabian terdiam ketika gadis itu memakinya lagi

"Dan asal kamu tau, Louis Vuitton itu gak 200 juta! Even just a tiny little dust, i'll pay for it. Not with your money!"

Lit Savage

FortuityWhere stories live. Discover now