/51/

1.4K 123 7
                                    

"Apa yang anda mau bicarakan, Pak Fabian?"

Fabian memberikan tanda kepada supirnya untuk menuju salah satu restaurant yang akan menjadi tempat makan siang mereka. "Saya bicarakan di sana saja"

"Apa gunanya Anda mengajak saya memutari rute tol dan membuat saya membuat waktu satu jam saya dengan anda kalau akhirnya anda mengatakan akan memberitahu saya saat makan siang nanti" Kesal Elle dan mendengus kemudian, dia tidak habis pikir dengan kelakuan Fabian yang selalu saja berhasil membuatnya marah.

"Apa yang kamu bicarakan dengan Caesar tadi?" Fabian bertanya dengan lembut kemudian kepada istrinya yang sama sekali entah sejak kapan terlihat menarik di matanya ketika marah

Elle menarik nafas kasar kemudian melirik Fabian dengan ekor matanya, laki-laki itu sedang menunggu jawabannya, "Kalau anda menguping seharusnya anda tau apa yang saya bicarakan dengan Caesar"

"Saya menguping tapi saya tidak paham kenapa kalian membahas Adinda Putri dan hubungannya dengan saya..."

"Jadi anda berkencan dengan anak di bawah umur hanya untuk memuaskan nafsu anda?"

Supir Fabian melirik pada spion dan berdehem untuk menghentikan perdebatan yang menurutnya sangat tidak berarti. Selain karena itu urusan rumah tangga mereka, Fabian terlihat tidak nyaman dengan pembicaraan yang diucapkan Elle mengenai dirinya.

"Pak Yusril pasti tau soal hubungan majikannya sama Adinda Putri kan? Saya juga bingung kenapa dia malah menikah sama saya..." Elle menoleh pada suaminya dan memberikan laki-laki itu tatapan tajam ketika melihat Fabian hanya tersenyum padanya, "Adinda Putri jauh diatas saya kan?"

"It's okay Pak Yusril, Nyonya cuma sedang cemburu. Biasa kan hormon ibu hamil?" Kata Fabian dan hanya mendapat kekehan dari supirnya

Elle sudah akan membantah kembali ucapan yang sudah dia dengar berminggu-minggu itu kemudian Fabian justru meletakkan tangannya yang besar di leher Elle dan menarik perempuan itu pelan.

"Sayang... Cuma ada satu perempuan yang pantas menyandang nama Wijaya" bisik laki-laki itu dengan tegas

...

"Kalau kamu masih gak nyaman sama kamarnya kita bisa pindah ke rumah sakit yang lebih bagus..." komentar Leon melihat Jesara yang mengatur ranjangnya

"It's okay bukan masalah besar. Cuma kesel aja liat suster disini pada bego semua... Muka kamu kenapa sih? Banyak banget yang lewat sini..."

Leon yang mendengar istrinya cukup marah karena banyaknya suster yang sempat memandangnya cukup lama hanya tertawa.

Beberapa dokter masuk bersamaan dengan Julian yang hanya sekedar mampir untuk menengok adiknya. Jessica sama sekali tidak datang karena mengurus keperluan Jevlyn dan orang tua mereka tampaknya tidak terlalu peduli dengan keadaannya.

"Kita jadwalkan operasi lusa bagaimana?" Tanya salah satu dokter kepada Jesara

"Bukannya Papa investasi disini? Kenapa gue gak jadi prioritas?"

Leon hanya melihat semua orang di dalam ruangan itu menghela nafa tanpa berusaha mengatakan sepatah katapun. Buat Leon, membiarkan istrinya berbicara sesukanya akan membuat perasaan wanita itu sedikit lega.

"Tipikal, Jesara. Biarin aja lusa jadwalnya..." Julian kemudian berbicara dengan salah satu dokter yang menangani Jesara dengan pelan

"Wait. Sejak kapan lo yang jadi wali gue? Gue bawa Leon kesini bukan buat pajangan doang, he's my husband, yang mutusin ya Leon juga" Jesara mendesis kemudian

dr. Bianca yang berdiri di sebelah Julian hanya menggelengkan kepalanya dan berbisik pada Julian, "Gimana ceritanya semua orang bisa sabar sama ni cewek"

"I told you, typical. Kalo dia baik sama lo, berarti lo musuhnya..."

dr. Bianca mengerutkan keningnya kemudian.

Leon berbicara dari tempatnya berdiri dengan tenang dan berkata pada Jesara menjelaskan situasinya untuk sementara agar istrinya itu bisa tenang sesaat, "First thing first Jesara, kamu harus puasa supaya operasi kamu berjalan lancar. Lusa adalah waktu yang pas buat operasi..."

Jesara memalingkan wajahnya menatap Leon kemudian bertanya dengan suara yang lebih lembut, "Kamu jangan kerja seminggu ini berarti..."

Leon menaikkan satu alisnya, hal yang sama sekali tidak pernah dia lakukan pada siapapun selama ini karena hal itu merupakan salah satu kemiripannya dengan keluarga Delano. Dan Leon membencinya

Julian melihat itu semua kemudian berbisik kembali pada Bianca, "She that? She's angry right now..."

FortuityOn viuen les histories. Descobreix ara