/77/

1.3K 118 12
                                    

Jesara tahu apa kesalahannya dan apa yang salah dengan semua hal yang dia dan pria itu lakukan. Semakin sering dia menghabiskan waktu dengan pria itu, semakin Jesara merasa dia mengetahui apa mau pria itu.

Bukan cinta atau apapun yang bisa membuatnya tinggal. Tidak lagi seperti itu dan semua semakin jelas sekarang. Semenjak Leon mulai melakukan hal yang sering Jesara lakukan dulu, dia semakin merasa ada yang salah dengan kehidupannya dengan Fabian.

Sedangkan Fabian, sekarang tidak lagi menempati posisi pertama di hati dan pikirannya. Semakin hari dia menghadapi Leon, semakin tersadar dia apa yang Fabian inginkan darinya. Seperti pecahan kaca yang bila disatukan akan memantulkan bayangan dengan sempurna. Begitulah, sikap Leon menghadapinya.

Dan Jesara tidak mau menghadapi bayangan dirinya dan juga melihat jelas keinginan Fabian jika terus-terusan seperti ini. Muak adalah apa yang dia rasakan dan akhirnya berkata pada laki-laki itu

"I'm done with you, Bi. We're done. Sekarang kita beneran sahabat. Friends. Note it, Bi. Aku, kamu. Kita adalah sahabat..."

Laki-laki itu sudah menatapnya dengan tajam dan kemudian mendengus, "What's wrong with you? Elle lempar botol wine ke kepala kamu sampai otak kamu koslet begitu?"

"What?!" Jesara memekik hampir tanpa suara, "Kepala aku baik-baik aja. Saking baiknya, sampai aku sadar kalo aku harusnya sudah selesai sama kamu dari dulu. Enough, Bi. Aku capek"

"Capek kamu bilang?" Fabian mendengus sekali lagi lalu meraih tangan Jesara dan menariknya ke keningnya, "Check my brain, Jesara. MRI kalo perlu. Ada milyaran cara supaya kamu balik ke aku. Dari cara baik-baik aja sampai gak normal. Kamu mau yang mana hah?"

Melihat tatapan tajam pria itu, membuat Jesara memundurkan sedikit tubuhnya dan kemudian berkata kembali, "Kenapa sih kamu mempertahankan aku hah? Kenapa kamu sekeras ini sama aku? Padahal dulu kamu sama sekali gak pernah mengumumkan hubungan kita dan sekarang kamu begini"

Lelaki itu tidak menjawab dan hanya diam sambil terus menggenggam tangan Jesara

"You're denying, Bi. Kamu gak cinta aku, we're not fallin love. Kita cuma butuh satu sama lain buat mengisi kekosongan kita sewaktu-waktu"

"Apa maksud kamu, Ra? Aku minta maaf soal menyembunyikan kita, menikah sama Elle dan sampai seperti ini i'm sorry. Really. I mean it. Tapi tiba-tiba kamu bilang, we're done? Kamu mau aku cerai? Fine, i'll do it. Kamu cerai sama Leon dan kita langsung menikah... Kamu mau besar-besaran? Let's do it..."

"Bi!" Jesara melepaskan genggaman tangan Fabian yang semakin mengeras dan mencengkramnya. "Stop, it. I can't. Kita sudah sama-sama nikah sama orang lain, aku gak bisa. Dan aku tahu kamu gak cinta aku"

"Oh, stop it Yara. Kamu tau kan nikah itu bukan seperti yang kita tahu. Jangan jadiin alasan pernikahan. Every million people got divorces every second dan kemudian mereka menikah dengan cinta mereka sendiri. Kamu tau kan maksud aku? Kamu tau kan?! Jangan jadikan pernikahan sesuci itu Yara, kamu sama Leon menikah bukan karena kalian cinta, so cut it off"

Jesara menatap dengan tidak percaya kemudian menggelengkan kepalanya dengan pelan kepada laki-laki itu, "This is not Love, Abi. Kamu sama sekali gak ngerti kenapa aku bilang seperti ini. Elle harusnya bersikap seperti apa yang Leon lakuin ke aku supaya kamu sadar sama sikap kamu, Bi..."

"Kenapa kamu malah ngomong soal perempuan itu hah?"

"Bi, please..." Jesara menghela nafas kemudian kembali menatap laki-laki itu dengan sedikit ragu, "Bi kamu selama ini cuma takut kesepian. Now you have Elle. Aku bukan bilang ini karena pernikahan. But, she's carrying your child. Think with logic. Kenapa sih kamu masih mau sama aku?"

Fabian menggelengkan kepalanya kemudian menatap tajam perempuan itu, "Sialan, Yara. Kamu masih nanya kenapa aku mau sama kamu?"

Jesara mengangguk dengan pelan

"Karena aku yang pertama buat kamu dan begitu juga sebaliknya. Jadi masih perlu kamu bahas ini sekarang?!"

"Ckckck, Bi. But finally we're not the last for each other, right?"

"..."

"Bye, Bi" Jesara melepaskan genggaman tangan pria itu kemudian tersenyum samar, "Semoga kamu ngerti dan" Jesara menghela nafas, "aku masih jadi sahabat kamu, jadi... I'll be there as a friend"

FortuityWhere stories live. Discover now