/43/

1.7K 118 2
                                    

"Suami kamu mana?"

Jesara mengedikkan dagunya kearah luar ruangan praktik Julian kemudian memandang saudaranya kembali lalu bertanya, "Mau ngomong sama Leon?"

Julian tidak menjawab lalu menunggu sampai akhirnya Leon masuk dan duduk di samping Jesara

"Sorry, telepon penting. Bapak Arthur, biasa. Kumat sintingnya" ucap Leon lalu memberikan senyum terbaiknya pada Julian

"That's useless. Kamu bisa simpan senyum kamu Leon. Julian itu gak bisa ramah sama siapapun..."

Julian menatap sekilas Jesara kemudian memandang Leon, "Oh, i've tried to be nice. Tapi orang-orang tidak menggubris jadi, you knowlah dude"

Leon meletakkan tangannya di dada kemudian mengangguk setuju, "People nowadays"

Julian kemudian membuka lembaran di tangannya dan menatap dengan serius kedua orang di depannya dengan bergantian, "Kamu sedang stres Jes? Apa Leon jahat sama kamu? Yah, i think you're the one who plays devil..."

"Memang ada masalah sama kandungannya?"

Julian menggeleng menjawab Leon, kemudian berkata kembali pada kedua orang itu, "Sebenarnya sih, kalian harus angkat kandungannya..."

"Hah? Why?" Jesara bertanya bersamaan dengan Leon

"Kamu sakit Jesara? Apa pernah..."

Jesara memotong ucapan Julian dengan berkata cukup tegas pada laki-laki itu, "Ya, kan gue bilang kalo gue sakit. And it hurts good. Dan kalo mau tau lagi, Bianca juga bilang harus diangkat..."

"Ya karena kamu punya miom di rahim kamu..." Lanjut Julian

"You said what?" Tanya Leon dengan setengah terkejut

"You didn't tell him, did you?" Tanya Julian sekarang sambil menuding ke arah Jesara

Jesara menghela nafas, kemudian menatap Julian lurus pada mata laki-laki itu, "Ya, tapi kata Bianca it's okay dan bisa diangkat nanti..."

"Wait, Jesara. Ini masalahnya kamu dan anak kamu yang nanti akan jadi korbannya..." Kata Julian

Leon sama sekali tidak mengerti apa yang kedua orang ini bicarakan kemudian hanya diam, berpikir dengan mencoba mengingat-mengingat apa yang dokter kandungan bernama Bianca itu sampaikan

"No. Gue gak mau, Jul. Itu beresiko..."

"Lebih beresiko kalo dibiarin membesar dan menyebar Jesara. Angkat sekarang daripada nanti dan rahim kamu yang diangkat..."

"I... I..." Jesara sama sekali tidak tahu harus mengatakan apa kemudian tiba-tiba diam membeku

Julian menatap Leon kemudian berkata lagi, "Kamu Leon, yakinkan istri kamu buat mengangkat anak kalian dan miomnya atau anak kalian dan istri kamu nanti tidak akan selamat dan kalian tidak bisa punya anak lagi..."

Leon menganga untuk beberapa saat, kemudian dia tersadar dan melihat Jesara yang masih diam membeku. Laki-laki itu mengambil tangan Jesara lalu menggenggamnya dan menoleh kembali pada Julian, "We will talk about this later, Jul"

"Call me as soon as you make the decision, dude. She's my sister, dan kalian juga keluarga gue. Saran gue sebagai dokter ya kalian angkat dan kalian bisa punya anak lagi nanti..."

Mereka terdiam kembali dengan Leon yang kembali menatap Jesara tertunduk dan diam begitu saja. Untuk pertama kalinya, Julian dan Leon melihat Jesara tidak menyahuti mereka dengan kata-kata kasarnya dan hanya berdiam begitu saja

"Kalo sebagai sodara sih, kata gue mending diangkat aja kalo masih belom mau mati... Dosa lo masi banyak kalo mau mati sekarang..."

Sialan. Jesara memaki dalam hati. Baru juga dia menikah beberapa minggu lamanya. Masa sekarang dia akan kehilangan janinnya? Lalu kenapa kemarin dia bisa bertindak bodoh untuk menikah? Sialan dunia menipunya dengan sangat pintar.

FortuityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang