/52/

1.4K 128 2
                                    

Sudah tiga hari ini, Elle mengurung diri di kamar besar yang dulu menjadi kamar tamu di kediaman Wijaya. Tidak ada yang Elle izinkan keluar masuk ke ruangannya kecuali kpala rumah tangga yang membawakannya makanan.

Mertua Elle, Stefan dan Oktavia hari ini tiba dari Kyoto setelah semenjak hari pernikahan Fabian, mereka berangkat ke sana untuk tujuan bisnis. Oktavia yang menyadari ada yang salah ketika dia mendapati kepala rumah tangganya keluar dari kamar tamu, bertanya pada kepala rumah tangganya,

"Ada tamu? Siapa? Keluarga bapak?"

Kepala rumah tangga itu membungkukkan badannya kemudian menjawab Oktavia dengan tenang, "Maaf nyonya, Nyonya Elle sedang tidak enak badan sejak beberapa hari ini"

"Morning sickness?" Tanya Oktavia sambil mengerutkan keningnya

Stefan mendekati istrinya kemudian memeluk dari belakang pinggang wanita yang selama ini dan akan selalu menjadi satu-satunya wanita yang berada di sisinya, "Kenapa? Ada yang kamu tidak suka, Via?"

Oktavia mempersilahkan kepala rumah tangganya pergi kemudian menghela nafas, "Menantu kamu..."

Stefan menghela nafas sama dalamnya dengan Oktavia kemudian, "Kenapa mereka pisah kamar? Aku tidak melihat ini sebagai pertanda bagus, Via. Bicara sama anak kamu sebelum aku turun tangan..."

"Fine, tapi kalau aku berhasil, kamu mau belikan aku resort di bali?" Tanya Oktavia seolah menantang suaminya

"Anything to make you happy. Aku tahu bicara sama Fabian tidak pernah mudah..." kemudian Stefan mengecup kening istrinya dengan lembut

...

Jesara masih dalam pengaruh anestesi yang cukup kuat sehingga membuat beberapa orang keheranan melihatnya. Baru saja Leon pergi lima menit yang lalu, Jesara sudah menangis tersedu-sedu ketika tidak menemukan laki-laki itu dalam jarak pandangnya.

"Bisa kamu pergi jangan lama?" Tanya Jesara dengan pelan ketika akhirnya Leon keluar dari restroom yang ada di kamar itu.

"Well, sepuluh menit bukan waktu yang lama, honey..." Leon menjawab sambil melangkahkan kakinya ke ranjang Jesara, menepuk sebentar sisi ranjang yang masih cukup luas lalu berbaring dengan kepala Jesara yang berada di lengannya

Mereka sedang memandang langit-langit dalam keheningan ketika Jesara mengeluarkan suaranya untuk mengejutkan Leon sekali lagi dengan nada yang lembut. "Would you still by my side even i can't give you the kids?"

Leon menghela nafas. Sudah beberapa kali Jesara menanyakan hal ini padanya dan masih dengan jawaban yang sama dan nada yang sama, laki-laki itu mengusap kepala Jesara dan mendekapnya lebih erat, "I can't believe, kamu yang kena pengaruh anestesi bisa semanja ini... Every shade of you, has taken me down. I don't see any reasons to leave you. Instead, i was the one who is afraid of losing someone..."

Jesara mengadahkan kepalanya dan menatap laki-laki itu tepat di matanya, "Are you serious? Karena aku gak mau jadi perempuan bodoh yang kedua kalinya Leon. Cukup satu kali aku bikin hati aku sakit cuma buat jagain orang yang sama sekali gak pantas buat semua waktu aku. Just don't be my another mistakes..."

Mereka terdiam cukup lama sampai akhirnya Leon mendekatkan wajahnya pada perempuan di dalam dekapannya. Entah kenapa, bibir Jesara selalu manis dalam indra perasanya dan Leon selalu menyukai bagaimana Jesara menggeram karena ulahnya. Laki-laki itu melepaskan pagutannya kemudian menatap Jesara sedalam perempuan itu menatapnya,

"Be my prefection Jesara..." kata Leon dengan tenang

FortuityWhere stories live. Discover now