/56/

1.4K 125 12
                                    

"Kamu mau apa Leon?" Tanya Jesara ketika menemukan Leon dengan kemeja hitamnya dan mengambil kunci mobil miliknya di gantungan

Leon menatap Jesara yang mengenakan gaun tidur sangat tipis sehingga Leon yakin bisa melihat sesuatu dibalik sana, "Keluar..." Jawabnya setelah menelan ludah dengan susah payah

Istrinya menyipitkan mata kemudian melangkah mendekati Leon yang sudah membalikkan badan sepenuhnya untuk melihat wanita yang sangat anggun dan menakutkan disaat bersamaan

"Look, we have a deal Jesara. Aku dan perempuan aku. Kamu dan semua laki-laki kamu..."

"Aku pikir aku sudah bilang soal mencoba membuat sebuah keluarga sama kamu, Leon..." Kata Jesara lalu mengambil kunci dari genggaman Leon dan melemparkannya entah kemana, "Aku ingat aku sudah bilang jangan tinggalkan aku ke kamu..."

Leon masih tidak merespon dan hanya diam saja ketika akhirnya Jesara merangkul tubuhnya dan menyandarkan kepalanya di bahu laki-laki itu

"Kamu bilang aku satu-satunya..." ucap Jesara tanpa menggubris kalau suaminya sama sekali tidak membalas pelukannya

"Kamu dalam pengaruh obat waktu itu, Jesara. So i said everything to make you feel safe..." Leon melepaskan pelukan Jesara dan mereka menatap masing-masing untuk menyelidiki

"Aku? I said that when i was sober?"

Leon menganggukan kepalanya

Jesara sudah terkekeh pelan sebelum akhirnya menghadiahkan laki-laki itu pukulan dengan kedua tangannya dan tangisan yang tiba-tiba tumpah, "Jahat kamu brengsek! Kalo aku sober itu berarti semua yang bilang was the truth!"

"Stop, Jesara!"

Perempuan itu tidak peduli dengan apapun yang diucapkan Leon dengan memanggil namanya. Dan menyerah ketika Leon menangkap kedua tangannya dan mereka tersengal untuk waktu yang cukup lama.

Ketika akhirnya tangan Jesara melemah dan menangis menatap Leon, laki-laki itu memutuskan untuk mengatakan sesuatu, "I knew i was bad. Dan akan selalu begitu. Aku juga butuh sesuatu Jesara dan kamu sedang dalam masa pengobatan..."

"So, yeah? Jadi semua salah aku? Aku yang ternyata punya tumor dan tidak jadi memiliki anak? Aku yang akhirnya bodoh karena sudah menyatakan keinginan aku untuk terus sama kamu? Jadi aku salah karena aku masih sakit dan gak bisa kasih kepuasan sama kamu?! So it is me all this time?!"

Leon melihat bagaimana Jesara akhirnya menyisir rambutnya dengan kasar menggunakan kedua tangannya sendiri dan terlihat begitu frsutasi di depannya. Leon tidak menyangka jika akhirnya Jesara benar-benar membutuhkannya dan mengatakan hal tersebut. Tapi Leon sadar kalau dia butuh sesuatu dan Jesara tidak dapat memberikannya. Dia tidak ingin menyakiti wanita itu.

Jesara menghentikan tangisnya kemudian menatap Leon dengan mata yang sudah memerah lalu memegangi keningnya sendiri, "aku capek sama semua drama ini, Leon. All i asked to you was making me the only one. Tapi kamu masih berpikir kalau apa yang kita bicarakan sekian dua bulan lalu itu real?"

"Jesara..." Leon menelan ludahnya ketika Jesara menatapnya dengan tatapan yang bukan seperti biasanya dia lihat. Perempuan itu benar-benar terlihat rapuh dan Leon membencinya ketika Jesara lemah seperti ini, "Aku minta maaf..."

Jesara menggelengkan kepalanya lalu terisak dengan lemah dihadapan -yang dia kira- suaminya. Beberapa detik kemudian, Jesara merasa tubuhnya terlalu ringan dan hampir saja terjungkal ketika akhirnya Leon berhasil menangkapnya

Leon dengan sigap membopong Jesara, kemudian mengecup puncak kepala istrinya sebelum membawa perempuan itu ke kamar mereka.

Jesara mengeratkan pegangannya pada leher laki-laki itu dan membenamkan wajahnya sepuasnya ke cerukan leher Leon sampai dia bisa mencium aroma laki-laki itu sepuasnya

Hanya butuh beberapa menit dan mereka sudah tiba di kamar milik mereka, kemudian Leon membaringkan Jesara dan mengambil sisi kiri Jesara lalu ikut berbaring disana, Leon menghela nafas kemudian merasakan Jesara berbaring di lengannya tapi tetap memunggunginya

"Kamu tau Jesara. Apa yang aku pikir Keluarga adalah seperti itu. Papa menikah sama Mama tapi Papa tetap punya perempuan lain. Mama adalah orang bodoh yang membiarkan perempuan itu menguasai semuanya. Semuanya dan melupakan kami... Itu adalah keluarga yang aku tau" Laki-laki itu menghela nafas dengan berat kemudian memeluk dengan posesif pinggang istrinya, "Jadi, maafkan aku kalau itu bukan keluarga definisi kamu..."

Jesara tidak berkata apapun tapi dia mengambil lengan Leon dengan pelan dan masih dengan isakkannya lalu memberikan kecupan pada lengan itu cukup lama, "Tunggu aku, Le. Jangan ada perempuan lain diantara kita"

Laki-laki itu hanya menghela nafas. Enggan menjawab permintaan Jesara

...

Wah udab bab segini aja. Tapi emang pendek2 sih. Soalnya pas ditulis emang pake chapter2 beda. Btw ini kayaknya masih jauh banget babnya. Semoga suka terus sabar aja bacanya hehe

FortuityWhere stories live. Discover now