/59/

1.3K 126 11
                                    

"Hari ini aku makan malem diluar, ya?"

Leon membalikkan tubuhnya dan melihat Jesara sedang memasang antingnya dengan bercermin, "Mau keluar sama siapa?"

"Sama Abi. Biasa, ada kumpul sama anak-anak... Mau ketemu sama Malia juga katanya sudah akur sama Dias..."

Leon mengangguk kemudian mengencangkan dasinya dan mendekati Jesara, "Kamu dijemput atau berangkat sendiri?"

"Lucu Leon" Jesara mendesis kemudian. "Aku pikir kamu mau tanya aku mau diantar kamu apa gak..."

Leon tertawa sangat pelan seperti sedang tidak ingin melanjutkan obrolan ini, "Yah, karena aku yakin ada Kay disana. I don't want to see another bastard again today..."

Jesara membalikan tubuhnya lalu menatap Leon, "Kenapa kamu benci banget kalo harus ketemu dia? He's your brother afterall. Gak ada yang salah dengan mulai menjalin hubungan kekeluargaan..."

"Sekarang, kamu yang aneh Jesara..." Potong Leon lalu menatap perempuan itu dengan tatapan memyelidiknya, "Kita mulai pelan-pelan bukan berarti kamu bisa minta aku bersahabat sama dia. Lagi pula kalo kamu lupa, dia yang menyeret aku ke sini karena dia gila... Dan dia itu anaknya Laura. Jadi tolong pengertiannya"

Jesara menghela nafas lalu tersenyum dan meraih satu lengan Leon lalu mengusapnya, "Dia sahabat aku. Yah, walaupun kami semua ini sinting dan segala macam. Kami juga punya rasa kekeluargaan, Leon. Aku yakin Kay sayang sama kamu tapi cara menunjukkannya salah..."

"Cara kamu membahas Kay sama temen-temen kamu mengisyaratkan sesuatu Jesara... Kekeluargaan you said? Jadi kalo suatu hari nanti aku menemukan kamu sama Fabian berduaan, berarti kalian sedang menjalin hubungan persahabatan dengan cara kekeluargaan?"

Mendengar tuduhan Leon dan cara menatap laki-laki itu mau tidak mau membuat Jesara bertanya, "Kamu kenapa Leon?"

"Aku yakin kamu paham maksud pertanyaan aku, Jesara. Kamu dan Fabian merencanakan sesuatu kan?"

Kemudian, Jesara teringat tentang obrolannya dengan Fabian beberapa hari lalu. Jadi ini yang dimaksud oleh laki-laki itu. "Kamu tau?"

"Bukan hanya sekedar tahu Jesara. Jadi begini, aku tidak akan melepas kamu begitu saja karena kita punya perjanjian disini. You asked me to stay so don't wish for another jerk to ruin this..."

Jesara tidak membalas ucapan Leon dan kemudian melepaskan genggamannya pada lengan laki-laki itu,

"Kamu dan Fabian merencanakan sesuatu kan? Atau hanya dia yang berusaha mendapatkan kamu lagi? Memangnya kenapa dia harus mendapatkan kamu? Mau buktikan ke semua orang kalau akhirnya cuma dia yang bisa merubah kamu? Atau dia memang benar-benar mencintai kamu?"

Ditatapnya Leon yang sudah memandangnya dengan penuh kemenangan. Merasakan aura kemarahan Leon yang semakin menjadi-jadi dan Jesara tidak ingin mengatakan apapun untuk mencegah prasangka laki-laki itu. Suaminya ini benar-benar diluar kendali Jesara. Jika biasanya dia berhasil menenangkan Fabian hanya dengan ciuman, maka untuk kasus Leon, bukan ketenangan yang akan dia dapatkan. Jesara yakin jika dia mencium pria ini, Leon akan memperlakukannya seperti wanita murahan dan jelas Leon akan menamparnya

"Pikir itu Jesara. Pikir apa yang akan terjadi kalau sampai Fabian mendapatkan kamu lagi. Kamu akan dianggap perempuan murahan seperti kemarin. Dan lagi, Fabian akan memperlakukan kamu seperti kemarin karena akhirnya you keep coming back and looking for him. Kamu hanya akan merusak pernikahan orang lain dan Kamu... Kamu merusak pernikahan kita sendiri..."

"..."

"Ini bukan tentang kita yang punya perempuan atau laki-laki lain di pernikahan ini. Tapi ini tentang Fabian dan kamu. Kalian itu sudah masa lalu. Sudah terlambat buat memperjuangkan satu sama lain. Sudah terlambat buat balik sama-sama. Kalian sudah sama-sama berkeluarga. Harusnya kamu sadar, di detik kamu pertama kali melihat Fabian. Harusnya kamu sudah berpikir buat tidak meminta sebuah ciuman dari suami orang Jesara..."

FortuityWhere stories live. Discover now