/74/

1.4K 124 12
                                    

Malam ini, ketika Leon baru saja tiba di Jakarta. Hal pertama yang dia lakukan adalah membuat Jesara jengah padanya. Dan hal itu sangat mudah bagi seorang Leon, seperti sedang membalikkan telapak tangan.

Menemui Elle adalah hal berikutnya yang laki-laki itu lakukan. Mereka berjanji bertemu disalah satu apartement milik Leon.

"Kenapa kamu?" Tanya Leon ketika mendapati Elle yang datang dengan rambut yang dikuncir

Elle tidak menjawab laki-laki itu, tetapi hanya menghela nafas dan kemudian mengisyaratkan pada Leon agar membuka pintu apartement lebih cepat sehingga mereka bisa masuk ke dalam sana dan bisa berbicara lebih privasi

"Jadi ada apa?" Tanga Leon sekali lagi ketika akhirnya Elle duduk di sampingnya

"Fabian mau aku hamil..."

"Ckck..." Leon menganggukkan kepalanya, "Mengingatkan aku pada seseorang"

"Orangnya menyebalkan?" Tanya Elle dengan melirik laki-laki itu

"Lumayan. Kalau kamu mau kenal, aku dengan senang hati akan kasih tunjuk dari jauh..."

Elle tersenyum samar, mengingatkannya kalau dia tidak ingin mengenal siapapun orang baru saat ini. "Tadi, Oktavia ajak aku bicara"

Laki-laki disampingnya mengangguk, "oh, that's explain why you show me that face"

"Hm..." kemudian Elle bersandar dan merangkul dirinya sendiri seolah-olah sedang menguatkan dirinya walaupun dia tahu, tidak ada yang memberinya kekuatan saat ini. "Oktavia tahu, aku dekat sama kamu. Dan aku yakin dia gak suka. Terus..."

Leon masih menunggu. Kali ini dia mengerti apa yang sedang terjadi. Sepertinya Jesara sudah sangat siap akan meninggalkannya dan Fabian sudah sangat siap untuk menceraikan wanita itu. Sepertinya begitu, ada dia bisa saja salah.

"Terus, Nyonya besar bilang aku harus bercerai secepatnya dari Fabian. Dia bilang laki-laki itu berbahaya. Tapi Fabian mau aku hamil..."

"Hm..."

"Dia bilang anak itu bisa buat aku terjamin..."

Leon menggertakkan giginya dengan cukup keras kemudian menyadari betapa miripnya Jesara dan Fabian dengan dua orang yang sangat dia kenal. "Terus...?"

"Terus?" Elle menerawang. Ketika wanita itu masih mengingat-ingat hal penting yang terjadi padanya saat Leon tidak disana, membuatnya seketika merasa lemah, "Terus aku gak tau Leon. Aku bingung harus bagaimana..."

"Let me ask you..." Leon menyela dengan cepat, "Kenapa kamu mau menikah sama Fabian? He said he did something about you, tapi something itu gak akan berjalan kalau kamu gak punya feeling ke dia..."

Elle menghela nafas. Mencoba mencari-cari jawaban itu. Kenapa dia menerima laki-laki sialan itu. "Mungkin. Mungkin... Mungkin karena i have nobody to run to dan waktu itu mataku sedang melihat satu-satunya harapan kosong"

Mereka terdiam kemudian. Leon tahu maksud dari jawaban itu. Elle sejak dulu bukanlah anak yang diinginkan keluarganya. Elle adalah beban. Dan ketika kesempatan itu datang, keluarga Elle membuang perempuan itu. Fabian sudah mengetahuinya. Oktavia dan Christian tentu sangat tahu dengan keadaan itu, dan kenapa mereka tidak merasa perlu untuk menerima pernikahan Elle dan Fabian.

Laki-laki dihadapannya ingin sekali mengatakan untuk bersandar padanya, hanya saja... Hanya saja Leon sama sekali tidak menginginkan menjadi bajingan sekali lagi untuk perempuan lain.

"You have me, for now..." Kata Leon lalu menarik lengan Elle, "And save me for later" dan kemudian melumat bibir perempuan dalam dekapannya

...

Leon, sedang menggelung dirinya ketika seorang gadis mendekat padanya, "Elle..." Panggilnya ketika merasakan Elle datang mendekat

"Sudah hampir jam 9, bangun Leon. Mau sampai jam berapa?"

"Sampai aku puas, menandai tubuh kamu"

Elle menyingkirkan tangan besar yang sudah akan menariknya kembali ke atas tempat tidur itu, "Aku sudah harus kembali ke Fabian"

Leon terduduk, memandang lekat gadis yang sudah ada dalam dekapannya, "Dia mau kamu hamil kan?"

"Anaknya, Le. Bukan anak orang lain" koreksi Elle dengan cepat

"Kamu yakin harus begini?"

Elle hanya mengedikkan bahu, kemudian berdiri dan memandang tubuh Leon yang terekspos begitu saja, "Abi yang bilang begini, kita begini. Kamu begini. Jesara begitu. Yakin harus sama Jesara?"

"She's my golden ticket" kata lelaki itu lalu mengusap wajahnya dengan kasar

Elle merasakan sesak di dadanya sesaat. Okay. Saat ini dia benar-benar hanya teman tidur Marvelino Lusson dan indung bagi calon anak Fabian Wijaya, sementara kedua lelaki itu sibuk mengejar Jesara

"Hey what's wrong?" Tanya lelaki itu menyadari perubahan raut wajah Elle

"Aku pergi"

Sepertinya sekali lagi, Elle sudah menaruh harapan kosong pada orang yang salah. Cepat-cepat Elle menyingkirkan pikirannya untuk terhanyut permainan ini.

FortuityWhere stories live. Discover now