Halaman 29 : Mengejutkan

Mulai dari awal
                                    

Siapa lagi jika bukan Sang Neptune? Kekuasaan Sang Dewa Laut, tidak ada yang bisa menghentikan perintahnya. Tapi apa? Anaknya sendiri telah melanggar perintahnya dan akibatnya adalah mengalami koma. Sungguh menyedihkan sekali.

"Pengawal!!" teriak Sang Raja.

Tidak lama pengawal tersebut datang lantas menunduk hormat. "Hormat saya, Rajaku."

"Bagaimana pencarian Vale? Apakah ada perkembangannya?" tanya Sang Raja dengan intonasi yang tegas.

"Mohon ampun, Rajaku. Kami belum satupun mendapati keberadaan Putri Vale."

Kegelisahan Raja Neptune mulai menjadi-jadi. Ia menunduk, tidak ada cara lain untuk menyembuhkan anak lelakinya ini. Apakah Sang Raja harus menyerah?

"Baiklah, kuharap kau dapat perkembangannya," ucapnya lirih.

"Akan kami usahakan, Rajaku. Saya pamit, permisi," pamit sang penyawal dengan tundukkan kepala lalu pergi.

Raja menghampiri tubuh pucat Sea. "Inilah akibatmu jika kau melanggar perintahku, Sea. Tapi aku adalah Ayahmu. Ayah mana yang rela melihat anaknya terbaring lemah, bernyawa, tapi tidak hidup? Entahlah, Sea. Mungkin kau harus menikmati kesakitanmu dulu." Air mata sang Raja mulai menetes.

~•ѻ•~

Sea Pov.

INILAH AKU. Aku tau, aku mendengar semuanya. Semua tangisan, rintihan, serta doa yang dipanjatkan untuk kesembuhanku. Aku tau bahwa aku sangat ceroboh, karena kecerobohanku salah dalam memilih pasangan.

Sudah tiga hari aku terbaring lemah dikerang, dan itu tubuh asliku. Tapi, sekarang aku hanya ruh-nya saja. Aku menatap sedih ketika tubuh asliku terlihat pucat, kaku, sekarang malah terlihat membiru.

Semuanya aku lihat. Aku menghampiri kamar ayah dengan ragu. Tanpa kuketuk pintunya, aku pun dapat masuk dengan mudah, ingat aku ini ruh-nya. Kulihat ayah sedang termenung dikerangnya, sungguh aku jadi tidak tega melihatnya. Bulir air mata jatuh dipipinya. Ia menangis tanpa isakkan.

"Sea..... Aku sungguh tidak tau harus berbuat apa lagi? Mengapa kalian meninggalkanku? Mengapa kalian pergi meninggalkanku?! Zeyvina, Naya, dan sekarang... Sea, mengapa kalian meninggalkanku?" tangisnya lirih.

Dengan iba, kurentangkan tanganku untuk memeluk tubuh kekar ayah, namun hasilnya buruk. Ayah lolos begitu saja ketika aku memeluknya, dan ia tidak menyadarinya. Aku bagaikan sebuah bayangan yang dapat bergerak bebas, aku tembus pandang.

Bosan. Aku pun berenang bebas kesana-kemari, toh, mereka tidak menyadariku, bukan?

Entahlah, aku terus saja berenang ke depan dengan tatapan kosong. Tanpa kusadari, aku sudah sampai di perbatasan. Terlihat para penjaga terus berenang tanpa lelah. Yah, kau tau, para penjaga perbatasan adalah seorang prajurit yang kuat dalam bidangnya, mereka diberi sumpah agar setia pada kaumnya. Mereka juga mendapatkan sepertiga kekuatan ayah, saling menguntungkan.

Lelah, aku tak perduli, aku harus pergi ke daratan untuk mencari Vale. Sebelum itu, aku menjumpai bangkai kapal manusia. Setahuku, tempat ini adalah tempat tinggal siren terkutuk. Ada sesuatu yang menarik perhatianku. Ada seorang perempuan berkulit hijau dan sama persis seperti siren terkutuk. Dengan ragu-ragu aku menghampiri siren tersebut. Inilah yang kubenci dari sifatku yaitu rasa penasaranku yang melebihi batas.

Siren perempuan itu duduk diatas batu besar. Setelah ia menyadari kedatanganku ia memekik kaget.

"Si-siapa kau?" ucapnya terperangah.

"Aku? Aku adalah Sea, seorang Pangeran Laut," Jawabku sekenanya.

Ia berenang mundur menjauhiku. Sebenarnya apa salahku. Aku pernah melihatnya tapi siapa yah? Aku lupa.

"Siapa kau?"

"A-aku Revanda," Jawabnya lirih. "Aku adalah siren yang telah membunuh ibumu."

Mataku membelalak, nafasku tercekat, hatiku hancur. Kurasakan panasa amarah merasuki tubuhku. Kesal dan dendam tentu saja.

"Ka-kau?!" ucapku penuh penekanan. Seketika itu tubuhku lemas. "Ibu..Naya..."

Ia memajukan langkahnya, menghampiriku. Tangannya merogoh seseuatu ditelinganya.

"Ini adalah anting kekuatanku. Ambillah, bunuhlah aku dengan ini!!!" ucapnya memburu dan tangisnya pun pecah.

Pertamanya ingin sekali tangan ini mengambilnya, tapi hatiku menolak. Aku menggelengkan kepalaku mantap.

"Pergilah! Menjauh dariku siren terkutuk!" ujar kemurkaanku.

Ia tersenyum getir. Menatapku sayu lalu memandang lirih pintu berkarat dihadapannya.

"Aku akan pergi, aku janji. Tapi bagaimana caranya? Padahal aku sudah berkali-kali mencoba bunuh diri. Tapi apa hasinya yang kudapat? Semua cara itu tidak dapat membunuhku. Aku sudah berbulan-bulan mengekang sebagai ruh yang tidak memiliki kehidupan. Kau tau? Ini jauh menyiksaku. Maka dari itu, ambillah ini. Tusuklah dadaku agar aku dapat mati!!" teriaknya.

"Lalu mengapa kau membunuh Ibuku?! Kau juga membunuh Adikku!! Apakah kau mengetahui bahwa aku jauh tersiksanya dibanding dirimu?!! Aku sudah berburuk sangka kepada seorang gadis dan aku hampir saja membunuhnya!" tegasku yang hampir bergetar.

"Maaf... Itu semua murni kesalahanku. Tapi bagaimanapun juga, Zeyvina adalah sahabatku...itu dulu. Dan ini semua karena dendam dan ego-ku yang berlebihan."

Sungguh siren terkutuk ini membuatku geram. Aku sangat tidak perduli dngan bualannya itu. Sangat tidak menguntungkan untuk kudengar.

"Aku tak perduli, sungguh. Kali ini kau akan kulepaskan tapi jika kita berjumpa lagi maka tak segan-segan aku menyayat tubuh hijaumu itu,"

💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕

Kalau readers bingung dengan judulnya, itu aku ambil intinya. Huhuhu,....

Stay for fun! 😙

Prince Of Sea [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang