43. Masih Rumit

22K 3.2K 230
                                    

Yang mau jadi ibu buat anaknya mas adam, boleh deh di coba daftar yaaa... hahahaa... 

*** 

Untukmu cinta yang ingin kusapa ...

Kurajut mimpi dengan berani mengharapkanmu, mempertaruhkan segenap asa untuk membuatmu jatuh cinta. Kala kemurnian hasrat membuatmu kalap dan memilih menjadi pembelenggu derita. Mengabaikanku yang berlutut diujung semesta. Dan kau tetaplah yang ingin kucinta.

Masih untukmu cinta yang ingin kurasa ...

Kupersembahkan bulan dan bintang sebagai mahar untuk meminang. Namun rupanya, kesalahanku masih saja kau kenang. Membuatmu enggan membuka pintu yang sengaja kuketuk dengan gamang. Lalu dengan seluruh emosi jiwa, kau tega membuang semua yang ingin kusumbang.

Oh, wahai nirwana tempat para bidadari surga ...

Kugadai kedua sayap demi memperoleh maaf. Memohon ampunan sambil mendekapmu erat. Lalu merintih dalam hati, berbisik padamu sang bidadari, bahwa selamanya, kau akan senantiasa kuharap.

***

"Dennis ..."

Lintang melangkah dengan mata melebar, ketakutan yang tadi sempat ia bayangkan menjelma menjadi nyata. Dengan langkah kecil yang tertatih gamang, Lintang tak lagi mengiraukan semua yang masih berada di dalam ruangan. Fokusnya kini telah menemukan satu titik keniscayaan. Dan keinginan mengejar Dennis, memacu semua yang telah mendesak dalam jiwanya.

"Lin, Mbak aja yang kejar." Farah berada di belakangnya. Menyadari sepenuhnya ke mana Lintang hendak melangkah.

Namun Lintang menggeleng. Tak memberi persetujuan pada upaya Farah untuk mencari anak kandungnya itu. "Biar Lintang, Mbak." Cicit Lintang bergetar. Setengah mati ia menahan ketakutan yang melandanya. Berharap Dennis masih akan memberinya waktu untuk menjelaskan semua perihal. "Dennis butuhnya penjelasan Lintang, Mbak."

"Tapi, Lin—"

"Enggak apa-apa, Mbak." Lintang sengaja memotong ucapan Farah. "Lagipula, Lintang nggak bisa ada di ruangan ini terus menerus, Mbak. Atau Lintang bakal meledak." Percakapan terakhir dengan ibu Adam jelas menguji kesabarannya sebagai pihak yang merasa dirugikan. "Mbak di sini aja, temani Mas Bagas."

Lintang sudah membuka pintu dan kembali menutupnya. Bersyukur karena Farah memberinya kesempatan untuk meluruskan masalah dengan Dennis berdua saja. Lintang yang tangannya telah berkeringat dingin, mulai mempercepat langkah dengan menuju kamar Dennis sebagai tempat pertama yang harus ia kunjungi.

"Dennis?" Lintang mengetuk pintu kamar pemuda itu. Namun ketika tak ada tanggapan dari dalamnya, Lintang memutuskan membuka langsung kamarnya. Dan hasilnya, nihil. Dennis tak berada di sana. "Den?" tetapi Lintang masih berusaha mencari dengan membuka pintu kamar mandi. "Kamu di mana, Den?" matanya mulai panik ketika tak menemukan Dennis di sana.

Lalu kakinya yang lemah itu melangkah kembali. Kali ini tujuannya adalah kamarnya sendiri. Sebab Dennis, memang kerap menjadikan kamar Lintang layaknya kamar sendiri, namun sama seperti sebelumnya, Dennis pun tak Lintang jumpai di sana.

"Dennis!" ketika mulai merasa panik, Lintang berteriak memanggil nama keponakannya itu. Tak ada tanggapan balasan dari Dennis, membuat Lintang cepat-cepat keluar dari kamarnya. "Dennis! kamu di mana?!"

Lintang bersiap menuruni tangga, ketika telinganya mendengar deru mesin mobil yang bergerak menjauh.

"Dennis!" itu mobil Dennis. Lintang akan mengejarnya.

Tetapi cekalan lengan di pertengahan anak tangga, secara otomatis menghentikan langkah wanita itu.

"Mas?" mata Lintang terperangah, ketika akhirnya menyadari Adam berdiri di belakangnya.

Different Taste (COMPLETE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang