33. Tragedi Itu Bernama Adam

25.1K 3K 46
                                    

Juduulnya avaaa bangeettt yaaakkk hahahhaha .... 

*** 

***

Cinta ini hanyalah romansa biasa, tentang aku dan kau yang bertemu di ujung persimpangan. Tentang kita yang tak sengaja saling bersisihan. Dan mengenai kisah yang kemudian tercipta oleh kita.

Banyak cerita yang kita tulis bersama. Lewat hangat canda dan tawa, kita sepakat memberi namanya dengan cinta.

Hingga kemudian tragedi berdarah melunturkan senyum yang kita semat abadi dalam relung jiwa. Mengguncangkan tak hanya nadi, namun juga raga.

Warna putih yang kita agungkan tercemar noda. Dan itu berkat semua yang disebut pengkhianatan. Menghancurkan lukisan yang belum sempat kita beri nama. Kemudian membuat kita terpisah hingga berjuang mengukir kembali lukisan indah lewat kanvas yang berbeda.

Satu titik air mata yag tercurah, melambangkan derita. Dan rintihan yang mengaung diudara, merupakan pertanda. Bahwa kau dan aku, tak lagi menjadi kita.

****

Lintang sudah menghubungi temannya yang bernama Anjani itu, kemudian menceritakan secara garis besar apa yang menimpahnya saat ini. Dan sesuai dengan dugaan Lintang, Anjani mencemoohnya habis-habisan. Namun Lintang diam saja, ia biarkan Anjani berceloteh apapun mengenai dirinya saat ini. Sebab Lintang masih memiliki keperluan dengan perempuan itu.

Hingga kemudian Anjani menyanggupi janji bertemu dengan Lintang di Jakarta, sebab dokter yang pernah mengaborsi janin Anjani pun berada di Jakarta. Dengan sabar, Lintang menanti selama dua minggu. Sesuai dengan kesepakatannya dengan Anjani. Dan selama dua minggu itu pula, Lintang rutin membeli obat pencegah mual di apotek berkat saran dari Anjani.

Kerja buliran obat itu cukup baik di tubuh Lintang. Membuat frekuensi mual dan muntahnya berkurang, walau tidak drastis. Namun cukuplah untuk menyamarkan kebiasaannya yang kerap berlarian ke kamar mandi di pagi hari. Sebab bukan apa-apa, sangat sulit berkelit di depan para wanita penggunjing di kantornya. Dan Lintang senantiasa was-was setiap hari, takut kalau ada mulut-mulut rewel yang mencoba mengintrogasinya.

Untungnya hingga detik ini, Lintang tak menjumpai hal tersebut. Pribadinya yang baik dan sopan kepada setiap rekan kerja juga staff pengajar itulah yang mungkin membuat mereka segan berpikiran macam-macam mengenai Lintang. Belum lagi fakta, bahwa Lintang merupakan adik dari pengacara yang cukup kondang dan sudah memiliki nama, hal itu jelas mempengaruhi penilaian mereka terhadap kebiasaan-kebiasaan Lintang yang terasa janggal belakangan ini.

Ya, sudah bukan hal aneh lagi di Indonesia. Status sosial serta latar belakang seseorang sangat berpengaruh pada penilaian publik. Jahat memang jika Lintang menikmati hal itu, namun untuk saat ini ia tak punya pilihan. Apalagi sekarang, ia berkecimpung di dunia pendidikan. Dunia di mana, tak hanya pendidikan akademik saja yang ditonjolkan, namun juga moral.

Lalu apakabar jika, berita mengenai kehamilannya menyebar luas? Bisa-bisa ia menjadi suatu contoh dari kebobrokan moral anak bangsa yang kini gemar mengusung gaya hidup bebas dimasyarakat. Serius, Lintang bukanlah anak muda macam itu.

Ngomong-ngomong, Dennis juga sudah berada di rumah. Namun keinginan mereka untuk berlibur di Bandung harus ditunda. Kondisi Dennis belum sepenuhnya dikatakan baik-baik saja, juga fakta bahwa sebentar lagi Dinda akan menghadapi ujian tengah semesternya. Jadi mereka tak bisa pergi sekarang.

Lintang sudah mengajukan izin untuk tidak masuk besok. Ya, karena besok adalah janji temunya dengan Anjani. Dua minggu ini, belum ada yang berubah dari bentuk perutnya, semua terlihat sama saja. Hanya payudaranya saja yang sering terasa nyeri. Kata Anjani, hal itu memang biasa dan merupakan hal yang wajar untuk wanita yang tengah hamil muda. Hal itu kemudian membuat Lintang memiliki kebiasaan baru sebelum tidur, ya, ia tak lagi tahan mengenakan bra. Selalu melepaskan penganggah payudaranya setiap kali ia pergi tidur.

Different Taste (COMPLETE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang