MC 6 : The Undercover Case 11 ( Rise Up )

3.4K 502 245
                                    

Tak sekalipun aku berharap untuk terlahir di dunia ini..
Tak sedikitpun aku berharap untuk melihat dunia yang penuh kebusukan ini..
Hingga kau datang dalam hidupku...

Dan mengubah segalanya...

Warning (!) :

Tekan vote sebelum membaca!! Hargai karya author dengan meninggalkan jejak!! 👣

Terima kasih 👍

Seorang pemuda tampan bersurai perak terlihat tersenyum ramah padanya. Pemuda itu memiliki bola mata yang sejernih air. Bibir tipis yang membentuk kurva layaknya bulan sabit, kulit yang seindah senja dan rambut perak yang unik bagaikan logam. Sosoknya yang tampan semakin tampan di hujam tetesan demi tetesan air hujan yang menari di atas tubuhnya. Menerpa kulitnya kemudian luruh mengikuti gravitasi.

"Hei~ jangan diam saja, kemarilah.." rayu pemuda itu sambil mengulurkan sebelah tangannya dengan semangat.

Namun, yang di panggil hanya diam. Sosok itu hanya menatap sang pemuda dengan tatapan masam. "Aku tidak mau! Kau tahu sendiri kan, jika aku benci hujan.."

Sang pemuda mengernyitkan alisnya membentuk dua kurva tegak lurus. "Kenapa? Menurutku hujan ini begitu baik. Lihat~ mereka mau bersahabat denganku, mereka terlihat sangat menyukaiku.." kata sang pemuda sambil melebarkan senyumannya.

"Bodoh!" lirih sosok itu dengan wajah kesal.

Sang pemuda menghela, namun hal itu tidak melunturkan senyumannya. "Baiklah~ tapi setidaknya kau harus mengatakan alasanmu membenci hujan,"

"Cih~ Aku benci hujan! Sebab, dengan adanya hujan, maka aku tidak bisa melihat bulan.." jawab sosok itu dengan menahan kesal.

"Kau bisa melihat bulan kapan saja, di musim panas misalkan. Atau kapan saja saat hujan tidak turun.."

"Kau tidak mengerti, Rain! Malam ini adalah malam yang istimewa, malam ini adalah ulang tahun ibuku dan aku ingin sekali menyapanya." Kata sosok itu sambil menerawang.

"Mengapa harus melihat bulan? Kau bisa saja mengucapkan langsung kepada ibumu. Kurasa itu lebih baik dari pada harus melihat bulan.." jawab pemuda yang di panggil Rain itu dengan santai.

"Tidak semudah itu, karena ibu sudah menjadi bulan. Sebelum ibu meninggal, ia sempat berpesan padaku agar tidak sedih karena aku masih bisa menemuinya kapan saja... Beliau akan menjadi bulan yang akan menyapaku setiap malam" balas sosok itu dengan nada pahit.

Mendengar hal itu, sang pemuda terdiam. Ada segaris penyesalan yang mendiami mata jenihnya. "Kurasa kau bisa melihatnya malam ini. Kurasa kau bisa bertemu dengan ibumu.."

Si sosok menoleh heran, menatap pemuda tampan itu dengan tatapan anehnya. "Jangan membuatku tertawa, hujan sialan ini tidak akan berhenti dan akan terus begitu sampai pagi tiba.." gumam Si sosok dengan wajah murungnya.

Rain terkekeh ringan, menunjukkan deretan gigi putihnya yang rapi. "Kata siapa?"

Setelah mengatakan hal itu, sang Pemuda berlari ke arah rumahnya dan tak lama kemudian, diapun kembali dengan membawa sebuah boneka putih di tangannya. Boneka Teru-teru bozu.

"Dengan boneka ini, maka hujan tidak akan turun lagi. Dan kau bisa melihat bulan.." ujarnya ceria.

Si sosok mendengus remeh. "Itu hanya dongeng anak-anak, Rain. Kita sudah terlalu tua untuk mempercayai hal-hal seperti itu."

Detective Clue : Law And CrimeOnde histórias criam vida. Descubra agora