Indonesian Death Game 04 💀 : Tugas Dari Satria

115 21 16
                                    

"Uhh ... panas." David mengerang pelan, ia mulai terbangun dari tidurnya.

Apa-apaan ini? Mengapa cuacanya jadi sepanas ini?

David menggeliat, merasakan seluruh tubuhnya dibasahi peluh. Sinar matahari yang terik membias dari balik jendela kaca mobil, menyiksanya tanpa ampun. Sementara diluar, perang klakson mulai terdengar riuh. Mobil mereka ikut berhenti diantara kendaraan lain.

Ah, sial.

Situasi familiar yang amat menyebalkan, khususnya bagi David.

"Kau sudah merasa kepanasan, Inspektur?" Ishaq terkekeh sembari melirik David lewat spion depan. "Itu artinya kau sudah merasakan sensasi di Surabaya. Haha. Kabar baiknya kita hampir sampai. Dan kabar buruknya sekarang sedang macet, jadi ..." suara tawa Ishaq terdengar menyebalkan. "Kau harus menyiapkan stok kesabaran yang cukup ya, Inspektur."

"Dalam menghadapi cuaca sepanas ini di tengah kemacetan, maksudmu?" David membuka kancing atas kemejanya, membiarkan peluhnya bercucuran. "Apa Surabaya memang sepanas ini?"

"Bisa dibilang begitu, Inspektur. Apalagi jika di musim kemarau." Kali ini Clue yang menimpali, sepertinya dia sudah bangun dari tadi tanpa David sadari. "Sekarang bulan Oktober, seharusnya sudah menginjak awal musim hujan. Namun sering waktu dan faktor pemanasan global, perkiraan waktu ini bisa berubah tanpa alasan yang jelas."

Clue memandang David sejenak. "Ah, satu lagi. Peralihan musim biasanya membuat cuaca cukup terik. Itu terjadi akibat adanya pergerakan posisi semu matahari yang berada di wilayah utara ekuator."

"Hm, kau benar, Sersan. Fenomena ini juga disebabkan oleh angin yang bersifat kering dan kurang membawa uap air, sehingga menghambat pertumbuhan awan. Itu sebabnya, kondisi suhu yang dirasakan oleh masyarakat menjadi cukup terik pada siang hari," terang Ishaq menimpali.

David menghela napas jengah. Dari pada mendengarkan dua rekannya ini berdiskusi masalah fenomena cuaca, lebih baik sekarang dia memikirkan bagaimana cara mengatasi nasibnya di mobil ini.

"Ah, sialan. Apa pendinginnya tidak berfungsi?"

"Sepertinya sudah kunyalakan dari tadi. Apa rusak ya?"

"Apa? Rusak?"

Ishaq ikut mengecek keadaan pendingin mobilnya. "Sepertinya benar, Inspektur. Maafkan aku. Pendingin di mobil ini memang rusak, kurasa aku akan membawanya ke tempat reparasi setelah kita tiba."

Sekali lagi, David menghela napas. Masalahnya kapan mereka tiba?

Ah, dia lalu melirik pada Clue. Memperhatikan apa yang dilakukannya. Perempuan itu lebih tertarik pada buku setebal kamusnya, alih-alih membantu David. Sejak kasus ini diturunkan pada mereka dua minggu lalu, dia lebih sering mengisi waktunya dengan menghapal kosa kata di kamus, membaca ensiklopedia, pengetahuan umum, dan lainnya. Dia juga sering terlihat memainkan biola di sela-sela latihan mereka.

Gadis ini, apa kepalanya tidak pusing ya?

David tersentak saat Ishaq menarik tuas koplingnya, pria itu rupanya cukup mahir dalam mengemudikan mobil. Dia melewati celah jalan yang terlihat, memanfaatkan kesempatan itu dengan baik, meliuk di antara mobil lain dan truk tronton yang juga berusaha melintas.

"Pegangan yang erat ya? Sepertinya kita akan segera sampai tepat waktu."

.

.

💀 Permainan Kematian (di) Indonesia 💀
"Satria's Job"

.

.

Mereka mengunjungi rumah sakit tempat dimana Satria dirawat. Saat ditemui, pria itu sudah terlihat lebih baik. Namun untuk berjalan dia masih membutuhkan alat penunjang gerak. Tangannya cedera, cukup parah di bagian kanan. Tulang rusuknya juga sepertinya retak dan masih belum sembuh total.

Detective Clue : Law And CrimeWhere stories live. Discover now