The Blacklist Underground 12 ✔ : Beyond The Inferno

128 26 11
                                    


Bunyi ranting patah menjadi simponi yang mengerikan malam itu. Sayup angin yang menampar-nampar dan desis daun yang saling bergesekan tak lagi damai didengar. Lirihan jangkrik, katak dan beberapa hewan malam di luar sana terdengar seperti jeritan duka. Suasana syahdu malam itu ternoda oleh cemas dan ketakutan yang datang menggelitik, mengundang waspada sepasang mata yang masih terjaga dalam ketegangan.

Pistol digenggam erat ketika suara patahan ranting lagi-lagi terdengar. Memasang ancang-ancang, pria itu merunduk dan mengintip hati-hati. Iris matanya bergerak memindai dalam kegelapan, mencari sosok siapapun yang datang dan mendekat ke arah gubuk yang mereka tempati.

Namun tak ada siapapun.

Pria itu mendesah lega, ia menarik mundur dirinya dan masuk pelan-pelan tanpa menimbulkan suara.

"Iya, Lionel... tak apa, aku bisa melakukannya. Aku bisa, Lionel."

Pria itu menoleh, secepat kilat pada sosok gadis muda yang duduk di sudut gubuk yang mereka tempati untuk bersembunyi. Seorang gadis yang beberapa minggu lalu berhasil ia selamatkan dari usaha pembunuhan kejam.

"Kau sedang bicara dengan siapa, Eve?" Tanya pria itu hati-hati. "Lionel itu... dia... dia sudah mati, Eve."

"Mati? Haha. Bicara apa kau?" Eve memejamkan matanya erat-erat. Keringat mengalir dari dahinya, air mata menetes dari sudut gelap matanya.

Bukan untuk pertama kalinya ia mengamati jika mata itu terlihat begitu lelah pada kehidupan, cahaya yang sudah meredup, bagian putih yang ternoda serat-serat merah... dan kantung mata hitam di bawahnya.

Sudah berapa lama Eve selalu menghabiskan malam-malamnya dengan mengalirkan air mata dengan tidak menerima kenyataan?

"Dia tidak mati, Jason. Jelas-jelas dia sedang berbicara padaku," sanggah Eve dengan sorot mata kosong yang tampak terluka, seperti mata boneka perempuan yang ada di lemari penyimpanan. Cantik, namun tidak berjiwa.

"Eveline..."

"Bunuh," desis gadis itu pelan, namun terdegar begitu mengerikan. Seringai kejam terbit perlahan di wajah pucatnya. Ia menyeringai pada sudut kosong, tempat dimana sosok Lionel yang hanya bisa dilihat olehnya muncul dan tersenyum di sana. "Lionel menyuruhku untuk membunuh mereka. Jadilah kuat dan bunuh semuanya, dengan begitu..."

Jason mundur selangkah, ia merasa merinding sekujur tubuh. Gadis itu bukan lagi Eveline yang dia kenal.

"...kau bisa terbebas dari 'neraka' yang membelenggumu selamanya..."

.

.

.

__ Daftar Hitam Bawah Tanah 12 __
"Melampaui Neraka"

.

Clue keluar dari mobil diikuti Riza dan Morales yang berjalan mengekorinya. Dengan wajah tegas, mereka memasuki gang-gang sempit di pusat kota yang menjadi lokasi dimana Larry dan timnya menjaga saksi mata itu.

Larry bergegas menghampiri Clue, ia hendak menanyakan keberadaan David yang tidak tampak di matanya dalam rombongan itu, tapi Clue lebih dulu memberi isyarat jika ia tak punya banyak waktu untuk menjelaskan. Larry pun akhirnya mengangguk, pria berkaca mata itu segera menyeretnya masuk ke dalam sebuah ruang dengan bau apek dan mesiu dimana-mana. Sebelum Clue benar-benar melangkahkan kaki di sana, Larry dengan sopan menghadang Riza dan Morales untuk tidak melangkah lebih jauh.

"Maaf, Kolonel, Letnan, kalian tidak boleh masuk lebih jauh. Itu adalah syarat agar orang itu mau berbicara. Dia hanya mau berbicara pada Sersan Clue dan Inspektur David saja. Selain itu, dia tidak akan membuka mulut."

Detective Clue : Law And CrimeUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum