"Nelayan?"

"Ya, nelayan. Siren terdahulu bilang, kalau seorang siren, ikan, atau makhluk air sampai masuk kedalam jaring manusia, orang tersebut tidak akan pernah ditemukan kembali. Nelayan itu menangkap Okta dengan jaring mereka. Sea yang mengetahui hal tersebut menjadi sedih, tapi ia tidak menangis. Justru ia menangis dalam diam, menyulutkan kemarahannya didalam diam. Sejak hari itu, Sea sangat membenci manusia.

Beberapa hari kemudian, ekor Sea mulai membaik. Ia pun mulai mencari Okta kemana-mana namun hasilnya nihil. Tidak ada bukti ataupun jejak. Sea malah menemukan Seekor Swalliev, ikan bermulut besar sebesar ukuran tubuhnya. Karena ia marah tapi tak terucap, ia sedih tapi tidak menangis, ia rindu tapi tak berkata. Akhirnya tanpa berpikir panjang ia memberi nama Swalliev itu dengan Octallypus, artinya Okta yang ditambah bahasa latin."

Vale mengangguk paham. Tiba-tiba ia merasakan sakit hati atau lebih tepatnya cemburu. Bukankah ini hanya masa lalunya Sea? Sea telah melupakan kejadian pahit ini, bukan? Ya, mungkin saja.

Tersenyum getir.

'Aku bahkan cemburu pada seekor gurita. Bukan karena kecantikannya tapi kenyataannya. Kenyataan bahwa aku bukanlah cinta pertama Sea, kenyataan bahwa Sea belum bisa melupakan Okta.' Ucap Vale didalam hati.

"Vale, jangan melamun," ucap Raja Neptune dngan cemas. "menangis?"

Vale langsung menyeka air matanya dengan cepat, "Tidak-tidak, aku hanya kelilipan. Mungkin ada seekor fitoplankton yang tersangkut dimataku."

"Baiklah, kau pergi saja menemui Sea. Aku ingin berkeliling dahulu."

Vale menurut. Ia kemudian ke halaman belakang. Diintipnya seorang Siren lelaki yang tengah duduk kelelahan sembari menatap matahari. Vale berenang menuju Sea berada.

"Sudah selesai?"

"Sepertinya sudah, tapi kalau masih ada prajurit yang mampu melawanku aku akan berbaik hati."

"Aku, ehm- maksudku aku ingin melawanmu, boleh?"

"Kau bisa memegang pedang dengan benar? Asal kau tau Vale, pedang perang itu sangat besar dan berat. Lagipula aku tidak ingin melawanmu atau melukaimu. Sudah, sudah cukup aku kehilangan orang yang aku sayangi."

"Sea, aku ini Vale. Kau dengar, aku ini V-A-L-E, aku ingin mencoba dan kau kuberitau, jangan pernah meremehkan aku."

"Oh baiklah, jika kau memaksa. Tapi aku tidak akan melawan, aku hanya menangkis seranganmu."

Vale hanya menaikan bahunya. Pedang silver berukir naga ada digenggaman Vale. Pedangnya digenggam degan erat bersiap untuk menyerang.

"Jika kau lelah, katakan saja. Apa kau siap?"

"Oke."

Tangan Vale terayun dengan ringan. Pedang seberat tubuh orang dewasa mampu diangkat dengan mudah seperti mengangkat pedang kayu biasa. Pedang silvernya menuju pedang emas milik Sea namun Sea segera menangkis serangan Vale.

Suara gesekan pedang terus beradu ditengah hari. Tanpa lelah Vale terus menyerang Sea.

"Aku akan mengalahkanmu!" gumamnya.

Seringai terlihat diwajah kedua insan ini. "Seranganmu tak bisa dianggap remeh. Lumayan untuk seorang pemula."

"Pemula katamu!?"

Matanya berkilat merah beserta ekornya yang ikut berubah warna menjadi merah. Perubahan arna ini menunjukkan bahwa Vale sedang marah.

Pedang Vale mengunci pedang Sea dari atas. Dikunci dngan kuat pedang emas tersbut dengan kuncian pedang silver miliknya. Semakin kuat, semakin kuat kunciannya, dan ...

Prince Of Sea [REVISI]Where stories live. Discover now