5. Ny. Park

60K 3.7K 52
                                    

Mataku terbuka ketika aku mendengar sebuah bunyi yang sangat berisik, kurasa itu alarm ponsel Chanyeol. Saat ini tangan Chanyeol sedang memelukku dari belakang, dia masih tertidur akibat semalam kami bermain 3 ronde sekaligus. Secara perlahan aku meraih ponsel Chanyeol yang terus berbunyi di atas nakas tapi itu terlalu jauh, jadi aku menggeser badanku sedikit secara perlahan agar aku dapat meraih ponsel itu.

"Kau sudah bangun?" Suara serak Chanyeol terdengar dikupingku tiba-tiba. Lalu Chanyeol malah membalikkan badanku, hingga kami saling berhadapan saat ini. Mata Chanyeol masih tertutup namun dia mengeratkan pelukannya padaku, hingga wajahku terbenam di tubuh bidangnya.

Aku mendongakkan wajahku agar aku bisa melihatnya. "Apa aku membangunkanmu?" tanyaku.

Chanyeol menggeleng. "Itu suara panggilan ponselku." Chanyeol sepertinya sudah bangun sedaritadi, tapi dia sengaja mengabaikan suara dari ponselnya.

"Bukan alarm?"

"Bukan. Jadi, tidurlah lagi." 

Kali ini Chanyeol mengusapkan hidungnya di puncak kepalaku. Dia masih memejamkan matanya, kurasa dia benar-benar lelah karena ini masih jam 5 dini hari sedangkan semalam kami menyelesaikan permainan kami jam 1 dini hari. 

Tapi, tunggu. Kenapa di jam segini ada yang menelpon Chanyeol? Maksudku, jika ada orang yang menelpon di jam segini. Bukankah itu artinya panggilan itu termasuk panggilan yang cukup penting?

"Kau tidak mau mengangkat atau melihat siapa yang menelpon?" tanyaku. Jujur saja, jika sudah bangun seperti ini, akan sulit sekali bagiku untuk tidur kembali. Terlebih otakku tidak bisa berhenti memikirkan siapa yang menelpon Chanyeol di jam segini.

Chanyeol menghela napasnya mendengar ucapanku, dia membuka matanya sedikit. "Itu bukan panggilan penting."

"Tapi dia menelponmu di jam 5 seperti ini Park Chanyeol."

Lalu untuk yang kesekian kalinya, ponsel Chanyeol berbunyi. "Angkatlah!" titahku.

Chanyeol memaksa matanya untuk terbuka dan dia mengacak rambutnya frustasi sebelum akhirnya dia mengambil ponselnya lalu menjawab panggilan itu. "Hallo." Nada bicara Chanyeol terdengar seperti enggan sekali mengangkat panggilan itu.

Tak berapa lama kemudian, Chanyeol tiba-tiba terduduk dan matanya benar-benar terbuka sangat lebar. "Apa? Lalu bagaimana kondisinya? Pesankan aku tiket pagi ini dan aku akan segera pulang."

Chanyeol mematikan sambungan telpon itu dan wajahnya terlihat suram. Aku tidak tau apa yang membuatnya menjadi seperti ini. Sebenarnya ada masalah apa? Kenapa setelah menerima panggilan itu Chanyeol terlihat seperti ini dan tiba-tiba menyuruh seseorang untuk memesan tiket pulang? Jika dilihat dari rencana kami, seharusnya masih ada waktu 5 hari lagi untuk kami tinggal di tempat ini.

"Kenapa?" tanyaku yang juga ikut terduduk.

"Eomma tiba-tiba masuk rumah sakit."

Jantungku tiba-tiba seperti berhenti berdetak. Ny. Park sudah kuanggap seperti orang tuaku sendiri dan sekarang aku mendengar kalau Ny. Park masuk rumah sakit? Itu benar-benar membuatku sangat khawatir dengan kondisinya. Mengingat, memang  belakangan ini Ny. Park sering sekali masuk rumah sakit karena penyakit jantungnya.

"Apakah penyakitnya kambuh lagi?" 

Chanyeol mengangguk dan dapat kulihat jika air matanya mulai menetes membasahi wajahnya. Aku memeluk pria yang ada di sampingku saat ini. Dia begitu menyayangi Ibunya, tidak heran jika Chanyeol menangis seperti ini. 

"Aku tidak bisa membayangkan jika terjadi sesuatu pada eomma," ucap  Chanyeol pelan.

"Tidak ada yang terjadi padanya. Jangan khawatir." Tanganku mengelus punggungnya pelan, mencoba untuk menenangkan Chanyeol dari segala rasa khawatirnya. 

Secretly Married (Park Chanyeol)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang