"Gue ga ada berhak buat cerita. Gue ngga tau... --"

"Please ini ada apaan sih? Kenapa sama Rana? Rana udah lama meninggal. Kenapa kalian ungkit ungkit lagi?" suara lantang Lisa berangsur merendah ketika mengucpakan kata 'Rana'.

"Lo ngga tau apa apa diem aja," Tia mencoba menormalkan keadaan.

"Ada apa sih?! Apalagi yang kalian sembunyiin dari gue?"

"Emang kita pernah nyembunyiin hal apa dari lo?! Haa?!. Setelah lo ninggalin Rana untuk semata mata dapetin Rei?! Apa itu semua belum cukup?!" teriak Tia masih memendam emosi yang sangat dalam, disampingnya duduk kekasih Tia yaitu Jovan.

"Lo juga sadar diri ti! Lo itu orang luar yang ga berhak ikut campur sama keadaan dalam?! Tau apa lo sama persahabatan gue dan Rana?!" kali ini Lisa sudah berada di Puncak emosi yang tak kalah tinggi, dan membuat Rei disampingnya berusaha menenangkan tunangannya.

"Hei kita kesini buat nyelesain masalah ini?! Bukan buat ngebahas masa lalu!" kali ini Ihsan angkat bicara. Dimas dan Kenzo pun sesekali menyetujui niat Ihsan.

"Yang gue takutin adalah hal semacam ini!. Dengan kalian ungkit ungkit masalah adek gue!, itu ngebuat gue semakin terkubur didalam masa lalu waktu itu!" Farhan berdecak kesal sambil mengusap raut wajahnya yang terlihat lelah.

"Oke calm down. Kita mau minta kepastian dari lo, apa Rana masih hidup?" lagi lagi Rei mengomandani semua.

"Ya"

Semua menganga lebar tak percaya, antara dusta atau kenyataan. Lisa menutup mulutnya sambil menangis dalam diam, Tia juga sudah menunduk sambil memainkan jari jarinya, Jovan juga sudah berdecak tak kalah kesal, Rei yang mendengar itu langsung menangkup wajahnya sendiri dibalik tangannya. Sedangkan ketiga cowok itu malah menyemburkan nafas berat, percaya tak percaya ternyata Rana masih hidup sungguhan.

"Awalnya gue ngga percaya atas kedatangan dia kesini tiba tiba. Kepala gue pusing, hati gue nolak tapi batin gue rindu. Mama papa gue juga udah ngga tau gimana lagi. Semua orang syok berat, terutama mama gue. Gue ngga tau harus marah atau enggak, gue ngerasa dipermainin sama dia. Entah niat dia baik atau buruk, intinya itu sebuah masalah yang dateng tiba tiba. Walau dia adek gue, tapi rasanya gue belum tau banyak tentang dia. Rasanya gue udah mutusin tali saudara sama dia, janji gue buat ada disisi dia udah ngga tau gimana lagi. Gue....hiksss..." terdengar nafasnya tercekat dan tidak bisa melanjutkan kata katanya lagi.

"Jadi???..... Hikssss.... Raa-naaa maaa-sihhh hiiiii-dup?!...... Hikssss.....hikssssss" Lisa yang sedari tadi mendengarkan hanya diam, lalu menjadi jadi ketika Farhan sudah menyelesaikan perkataannya walau belum selesai.

"Kita butuh penjelasan dari dia han. Lo ngga boleh kayak gini sama adek lo," Jovan membantu menyegarkan dan mencarikan suasana.

"Lo ngga tau perasaan gue! Antara sedih atau bahagia!..." satu tetesan medarat lagi, padahal ia sudah janjikan untuk tidak mengeluarkannya. Tetapi mungkin inilah yang terbaik.

"Kita butuh penjelasan," Rei mengusap wajahnya kasar dan menghembuskan nafas dalam-dalam.

"Kita berempat udah dikasih penjelasan sama dia." ucap Dimas sungguh sungguh.

"Berempat? Maksud- lo siapa aja?.." tanya Lisa menggebu gebu.

"Gue, Ihsan, Kenzo sama Tia. Dan mungkin lo juga udah tau han." ucap Dimas lagi menamai Farhan tanpa embel embel 'kak'.

Rei menganga lebar dan memasang wajah bingung. "Jadi?- wak,tu itu pas dia nangis?. Dia habis dari kelas?"

Dan dibalas anggukan oleh keempatnya.

"Yaa, dia ngga ada niatan bales dendam. Dia kayak gini karena pengen nyari tau tentang dirinya sendiri, tapi dia selalu mantau kita. Dan masalah kuburan itu dia ganti nama. Gue juga ngga habis pikir gimana dia bisa senekat ini." Tia yang sedari tadi menunduk kini mendongak dan berbicara seadanya.

"Egois," desis Rei pelan.

Jovan berusaha mencari tau lebih banyak lagi. "Kita harus gimana?"

"Gue ngga tau. Terserah kalian, gue udah muak sama drama ini." Farhan sudah dibuat kesal lagi, dan lagi lagi itu ulah adiknya sendiri.

"Lo ngga boleh gitu han, gimana pun juga dia adek lo, lo pernah bilang kan sama dia? Kalau lo orang pertama yang bantu dia bangkit disaat dia jatuh?. Dan ini saatnya lo ubah semua dan nerima dia lagi, dia gini juga karena kita semua yang ngga pernah ada buat dia. Kita emang hidup sama sama, tapi pikiran dan hati kita masih kearah yang lain. Stop sama ego masing masing dan dengerin penjelasan Rana." kata Jovan lalu bungkam sesaat.

"Penjelasan apa lagi?!. Ini semua udah jelas dan ga perlu ada basa basi lagi.." balas Farhan masih dengan egonya yang tinggi.

***

Aku menatap sendunya langit, berharap hujan turun sambil membawa obat. Kadang aku terus berpikir, kapan aku bisa bahagia?, kapan aku bisa bebas dari masalah yang ada? Kapan aku bisa bebas seperti remaja yang lainnya?. Apakah hanya aku yang diberi beban sehebat ini? Apa cuma aku yang diberi hukuman sehebat ini?.

Lalu aku beranjak kekamar mandi dan kututup mataku lalu menenggelamkan diriku di bath up, oh macam ini rasanya mati rasa?. Iya mungkin aku sudah mati rasa, tak bisa lagi merasakan hangatnya Cinta dan Kasih sayang. Setelah ini apa yang harus kulakukan? Bunuh diri di bath up atau mencari jalan keluar dengan beban berat masa lalu seperti Batu besar beratus ratus ton?. Tidak aku tidak akan melayangkan nyawa main main untuk yang kedua kalinya.

Apa aku akan mendapatakan jati diriku lagi? Apa aku akan mendapatkan kisah kisah Remaja seperti yang lain?. Nongkrong nongkrong di cafe, tertawa ria, membahas teman sekolah, lalu membahas pria tampan sebagai captain basket?. Apa itu masih berlaku padaku? Apa itu masih bisa kurasakan?. Pertanyan ini memenuhi otakku, dan sampai sekarang, aku belum mendapatkan jawabannya.








***












Want know me more?
Ask fm: reginaeriyanti98
Instagram: rgnaerynti
Line: @vzg8180b use '@'.

See you soon next part and waiting my story.

Secret Rana [Completed]Where stories live. Discover now